Mengisahkan tentang Ling Yi, seorang gadis desa yang mendadak kehilangan kebahagiaannya akibat suatu bencana tak terduga.
Bukan karena musibah, melainkan karena peristiwa kebakaran yang di sengaja oleh pasukan jahat dari suatu organisasi rahasia.
Di saat itu pula, Ling Yi juga menyadari bahwa ia memiliki suatu keistimewaan yang membuat dirinya kebal terhadap api.
Malam itu, kobaran api yang menyelimuti rumah mungilnya itu akhirnya menjadi saksi bisu tentang kepedihan, kesedihan, kemarahan, serta kebencian yang memuncak dalam tekadnya untuk membalaskan dendam.
"Tidak bisa aku maafkan! Penderitaan ini, aku pasti akan mengingatnya seumur hidupku!"
"Akibat ulah mereka, aku sampai harus kehilangan ibuku, ayahku, tempat tinggal, serta semua harta bendaku,"
"Aku bersumpah! Suatu hari nanti, aku pasti akan menghabisi mereka semua dengan apiku sendiri!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SSERAPHIC, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pengkhianatan Seorang Kakak
"Kakak..." lirih Yan Cheng dengan gemetar, sembari menatap setiap inci wajah dari pria yang kini tepat berhadapan dengannya itu.
Air matanya lolos begitu saja, menunjukkan sisi lemah dari dirinya yang selama ini ia pendam sendirian. Yan Cheng benar-benar kesulitan berkata-kata saat berhasil bertemu dengan orang yang telah bertahun-tahun ia rindukan.
Setelah berusaha keras Yan Cheng akhirnya menahan tangisnya untuk mulai mengutarakan perasaannya.
"Kak... tatap aku... aku tau itu pasti kamu. Aku tau kamu pasti mengenaliku, kan? Iya, kan? Jawab aku, kak! Berhentilah berpura-pura bodoh!" bentaknya dengan kesal pada pria berwajah dingin itu, yang sama sekali tidak memberi respon padanya.
"Kenapa kak? Kenapa kamu melakukan semua ini? Kenapa kamu malah pergi meninggalkanku hanya untuk bergabung dengan orang-orang bajingan seperti mereka!?" bentak Yan Cheng sekali lagi dengan nada yang semakin meninggi.
"Jadi ini yang sebenarnya dia sembunyikan? Sudah ku duga, pasti memang ada alasan di balik sifatnya yang begitu suram," batin Xiao Feng dalam hatinya sambil menatap Yan Cheng penuh prihatin.
Wajah Yan Cheng semakin memerah penuh emosi, air mata mengalir deras membasahi kedua pipinya, menggambarkan dengan sangat jelas bagaimana penyiksaan dari kesepian dan sejuta kerinduan yang begitu berat yang telah di pendamnya sejak beberapa tahun silam.
Pria misterius itu terpaku, membatu, diam seribu kata. Sorot matanya tak pernah lepas pandangan dari Yan Cheng yang menatapnya penuh harap.
"Aku mohon kak... jawab pertanyaanku. Jawab aku, kak..." lirih Yan Cheng dengan sisa-sisa energi yang hampir terkuras habis oleh rasa frustasinya.
Pria itu akhirnya memberi respon, meski sebenarnya dia tau bahwa itu bukanlah respon yang Yan Cheng inginkan. Tangan kanan pria itu bergerak menggapai tangan Yan Cheng yang menggenggam pergelangan tangan kirinya, lalu menurunkan tangan Yan Cheng itu dengan perlahan hingga terlepas.
"Maaf, aku tidak mengenalmu," ucapnya dengan wajah datar, namun berhasil memberi dampak emosional yang cukup dahsyat bagi Yan Cheng.
Bak tersambar petir, Yan Cheng membatu dengan kedua matanya yang terbelalak, termenung tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Seorang kakak yang selalu menjadi sosok pahlawan dalam pikirannya, kini telah dengan teganya mengatakan hal sepahit itu.
"Haha... hahahaha..." tawa Zhang Hao penuh kepuasan, sembari bertepuk tangan untuk penderitaan yang ia saksikan di hadapannya itu.
Setelah puas tertawa meledek, ia pun melanjutkan dialognya.
"Sudahlah... berhentilah berharap padanya. Dia itu bukanlah kakakmu lagi, melainkan hanya seorang budak yang akan patuh hanya kepadaku saja," ucapnya santai sambil menyeringai.
"Aku benar, kan, Yan Guo?" timpalnya sembari menatap pria itu dengan sinis.
Yan Guo, nama itu, nama pria itu, tak lain dan tak bukan adalah memang kakak kandung Yan Cheng. Ia pergi beberapa tahun lalu meninggalkan Yan Cheng sendirian di Ladang Welas Asih ( sekarang kita sebut panti asuhan ).
Dulunya Yan Cheng berjanji, dan berbohong pada Yan Cheng, mengatakan bahwa ia akan kembali lagi menjemputnya. Namun kenyataannya, ia tidak pernah kembali lagi, sampai akhirnya Yan Cheng tumbuh dewasa dan mendengar sebuah berita simpang-siur bahwa kakaknya itu telah bergabung dengan pasukan Malam Hitam.
Oleh karena itu Yan Cheng mulai mengembara untuk mencari keberadaan Malam Hitam demi menemui kakaknya, Yan Guo, hingga akhirnya mereka berhasil bertemu di tempat ini.
Setelah mendengar perkataan Zhang Hao yang sangat merendahkan kakaknya, wajah Yan Cheng seketika berubah geram dan menatapnya dengan tajam.
"Bajingan kau!" umpatnya dengan geram sembari mengangkat kepalan tangannya lagi.
Namun lagi-lagi usahanya itu berhasil di gagalkan oleh sang kakak, Yan Guo.
"Cukup," tutur Yan Guo dengan singkatnya, dengan wajahnya yang setia datar.
Yan Cheng pun menatapnya dengan penuh rasa heran. Ia tidak menyangka kakak kesayangannya itu akan berubah menjadi sosok seperti sekarang ini, yang tak lagi segan melakukan keburukan.
"Lepaskan aku!" ucap Yan Cheng sambil melepaskan tangannya dengan kasar.
"Aku tidak menyangka, kak. Kau benar-benar sudah berubah. Kau bukan lagi kakakku yang aku kenal. Kau pengecut!" lanjut Yan Cheng dengan nada remeh dan penuh kesal, sukses membuat Yan Guo sempat membatu sesaat.
"Pergilah, jangan pernah mencariku lagi," ucapnya dengan raut wajah yang dingin.
Perasaan Yan Cheng kembali di buat tertusuk dengan perkataan kakaknya. Dan dengan santainya, Yan Guo berlalu begitu saja melewatinya dan mendekati Zhang Hao. Ia memapah tubuh Zhang Hao dan membawanya berdiri, membuat pria itu kembali menujukkan seringai kemenangan.
"Selamat tinggal," ucap Zhang Hao sambil menyeringai.
Ia lalu di bawa pergi menghilang bersama Yan Guo, yang langsung di ikuti oleh pasukannya yang lain. Lagi dan lagi, Malam Hitam kembali mundur dan menghilang meninggalkan tempat kejadian.
Xiao Feng terkejut melihat hal itu dan berlari mendekat, namun sayangnya mereka semua sudah benar-benar sudah pergi, dan meninggalkan Yan Cheng yang terpaku sendirian di tempat ia berdiri.
"Aaaakh!" teriak Xiao Feng dengan geram lantaran pasukan Malam Hitam telah berhasil kabur sebelum ia menghabisi semuanya, apalagi Zhang Hao, satu-satunya yang paling ia benci di antara mereka semua.
Tak lama berselang, Ling Yi pun datang menghampiri mereka untuk melihat kondisi mereka saat ini.
"Di mana mereka? Apa yang terjadi?" tanya Ling Yi bingung. Ling Yi menatap Xiao Feng dan Yan Cheng bergantian dengan ratusan pertanyaan yang berkeliling di kepalnya, namun tidak satu pun dari mereka mau menjawabnya.
"Ada apa ini? Apa jangan-jangan Malam Hitam berhasil kabur lagi?" batin Ling Yi yang ikut merasa kesal.
Wajah Xiao Feng dan Yan Cheng benar-benar sulit untuk di jelaskan. Yan Cheng hanya menunduk termenung, sementara Xiao Feng terlihat memijat kepalanya dengan mata yang terpejam. Ling Yi benar-benar bingung harus mengatakan apa lagi pada mereka. Ling Yi pun akhirnya mengajukan pertanyaan untuk mengalihkan pembicaraan.
"Xiao Feng, Yan Cheng, berhubung malam sudah semakin larut, lebih baik kita menginap dulu saja di sini, benar, kan?" ucap Ling Yi memberi saran, berusaha berkomunikasi dengan mereka.
Tak lama berselang, Xiao Feng akhirnya bersedia menatap Ling Yi dan menjawab. "Baiklah, untuk malam ini kita akan menginap di sini bersama mereka. Kamu pergilah beristirahat bersama mereka, aku dan Yan Cheng akan berjaga di sini," ucapnya lembut dengan wajah yang tampak kelelahan.
"Tidak bisa, kita sudah sama-sama bertarung, jadi kita juga harus beristirahat sama-sama, termasuk kalian berdua. Lagipula kalian juga terluka, kan? Kalau begitu, itu artinya luka kalian juga harus di obati," protes Ling Yi saat menemukan cukup banyak luka di sekujur tubuh Xiao Feng maupun Yan Cheng.
"Tidak, tidak perlu," sahut Yan Cheng pelan tanpa menatap Ling Yi.
"Tidurlah, tidak perlu mengkhawatirkan kami," timpal Xiao Feng sembari duduk dan bersandar di tembok.
"Ck! Apa-apaan sih mereka?" batin Ling Yi kesal, yang akhirnya meninggalkan tempat itu tanpa berkata sepatah kata pun.
🤗