NovelToon NovelToon
Benih Pria Beristri (Terpaksa Menjadi Yang Kedua)

Benih Pria Beristri (Terpaksa Menjadi Yang Kedua)

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikah Kontrak / Pernikahan rahasia
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: Velza

Ketika sedang dihadapkan pada situasi yang sangat sulit, Farida Agustin harus rela terikat pernikahan kontrak dengan seorang pria beristri bernama Rama Arsalan.

Bagaimanakah kehidupan keduanya kelak? Akankah menumbuhkan buih-buih cinta di antara keduanya atau justru berakhir sesuai kontrak yang ada?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Velza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15. Kasih Seorang Ibu

Pagi ini Farida sudah diperbolehkan pulang. Dan sesuai permintaan Mami Sinta, bahwa Farida akan pulang ke rumah utama. Selama perjalanan Farida hanya terdiam sembari melihat pemandangan luar jendela mobil.

Mami Sinta menoleh ke arah Farida yang tak membuka suara sama sekali sejak di mobil.

"Apa yang kamu pikirkan?" tanya Mami Sinta seraya memegang tangan Farida.

Farida pun menoleh pada Mami Sinta dan memberikan seulas senyuman. "Tidak ada yang saya pikirkan, Mi."

"Yakin? Tapi matamu mengatakan yang sebaliknya. Katakan saja apa yang mengganggu pikiranmu, kasihan janin kamu kalau mamanya terlalu banyak pikiran."

Mama? Farida seketika tersenyum kecut saat mendengar panggilan itu. Apa pantas dia menjadi seorang ibu dari anak yang nantinya tidak akan pernah dijumpai dalam waktu yang entah sampai kapan?

Dia memang yang mengandung dan melahirkan, tetapi dia tak berhak sedikitpun atas anak yang masih dalam kandungannya.

"Ya sudah, kalau nggak mau cerita sekarang. Mami minta saat di rumah nanti, katakan apa yang ingin kamu katakan. Jangan memendamnya sendirian. Ya?" pinta Mami Sinta.

"Iya, Mi." Farida mengangguk, mengiyakan permintaan Mami Sinta.

Sesampainya di rumah, Farida langsung diantar ke kamar yang akan ditempatinya.

"Ini kamar kamu sekarang, pokoknya selama di sini kamu nggak boleh aktivitas terlalu berat," tutur Mami Sinta.

"Iya, Mi."

"Sekarang kamu istirahat, mami mau ke luar sebentar buat beli sesuatu."

Mami Sinta hendak beranjak pergi, tetapi langkahnya terhenti karena tangannya ditahan Farida.

"Mi, apa Tuan Rama akan pulang ke sini juga?" tanya Farida.

"Kenapa memangnya?"

"Saya takut jika sewaktu-waktu istri Tuan Rama kembali dan menambah masalah karena kehadiran saya di sini."

Mami Sinta kembali duduk lalu mengelus kepala Farida. "Kamu nggak usah mikirin hal itu. Mami dan Rama yang akan mengurus semuanya. Mami akan memastikan kenyamanan dan keselamatan kamu selama di sini."

"Iya, Mi," jawab Farida seraya mengangguk.

**

Sepulang dari kantor, Rama langsung menuju rumah Mami Sinta karena ingin tahu keadaan Farida. Kebetulan sore itu, Farida sedang bersama Mami Sinta di rumah belakang. Dari arah dapur, terdengar suara canda dan tawa sang mami dengan Farida. Ini pertama kalinya, Rama mendengar tawa Farida. Karena tak ingin mengganggu momen tersebut, Rama pun berbalik arah menuju ruang tengah untuk mengistirahatkan badannya.

"Sudah hampir senja, kita masuk, yuk," ajak Mami Sinta dan diiyakan Farida.

Mereka pun berjalan beriringan masuk rumah melalui pintu dapur.

"Kamu mau istirahat di kamar atau di ruang tengah?"

"Saya di ruang tengah aja, Mi. Masih terlalu sore kalau harus istirahat di kamar."

"Oke, kalau gitu mami mau ke dapur dulu, minta bibi buat siapkan makan malam sekalian buatkan susu untuk kamu."

Setelah Mami Sinta ke dapur, Farida pun melanjutkan langkahnya menuju ruang tengah. Namun, saat sampai di sana, dia tampak bingung sebab televisi yang menyala tanpa ada yang menonton.

"Siapa yang nonton TV? Perasaan tadi nggak nyala," gumam Farida.

Ketika berjalan mendekat ke arah sofa, Farida menutup mulutnya karena Rama tang tertidur tanpa melepaskan sepatu dan juga jasnya.

"Sejak kapan Tuan Rama di sini? Bisa-bisanya tidur tanpa melepas sepatu dan jas."

Farida pun berinisiatif untuk melepas sepatu, tetapi baru saja memegang sepatunya tiba-tiba Rama langsung terbangun.

"Farida." Rama pun duduk sembari mengucek matanya.

"Tuan, kok, bisa tidur di sini?"

"Iya, tadinya mau istirahat sebentar sambil nonton, eh, malah ketiduran."

"Oh, gitu. Mau saya siapkan air untuk mandi?" tawar Farida.

"Enggak usah, biar saya sendiri saja. Kamu 'kan nggak boleh kecapekan, nanti kalau mami tahu bisa jadi perkedel saya."

Farida hanya tersenyum tipis mendengar perkataan Rama. Dibalik sikapnya yang dingin dan tegas, ternyata Rama juga takut dengan omelan maminya.

......................

Hari-hari dilalui Farida hanya dengan jalan-jalan di sekitaran rumah, makan, dan tidur. Mami Sinta tak membiarkannya sekadar membantu pekerjaan bibi di dapur.

Jika ditanya apakah dia betah atau tidak, maka jawabannya adalah tidak. Sebab dia tak terbiasa ongkang-ongkang kaki di rumah, setidaknya ada pekerjaan rumah yang bisa mengusir rasa bosannya.

"Gimana, ya, kabar Rian? Sejak dia ikut kerja anaknya Dokter Ilham, jadi jarang komunikasi."

Farida merebahkan tubuhnya sambil menghela napas panjang. "Ngapain, ya, enaknya, biar nggak bosen di rumah karena nggak melakukan aktivitas?"

Farida seketika langsung bangun dan kekuar dari kamar. Dia berjalan ke kamar Mami Sinta.

"Masuk." Terdengar sahutan dari dalam setelah Farida mengetuk pintu.

"Mami." Farida mendekati Mami Sinta yang sedang sibuk dengan laptop.

"Farida. Ada apa? Butuh sesuatu?"

"Saya pengen makan kue bolu, Mi," ucap Farida.

"Kamu mau bolu?" tanya Mami Sinta dan dibalas anggukan oleh Farida.

"Ayo, mami antar ke toko kue langganan mami, nanti kamu pilih sendiri mau yang varian apa."

"Tunggu, Mi." Farida menahan tangan mami saat hendak berdiri.

"Apa lagi? Katanya kamu pengen kue bolu."

"Iya, tapi bukan dari toko."

"Terus?"

Farida menundukkan kepalanya seraya memilin jemarinya bak anak kecil. "Saya mau kue yang dibuat sendiri."

"Buatan sendiri? Tapi mami nggak bisa bikin kue."

Mami Sinta menggaruk dahinya saat melihat tatapan memelas Farida dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

"Gimana, ya?" Mami Sinta tampak berpikir, mencari solusinya.

"Jujur, ya, mami nggak pernah bikin kue sama sekali. Kalau disuruh bikin, mami nggak bisa, kecuali ada yang kasih arahan bahan dan cara bikinnya mungkin bisa."

"Beneran? Kalau gitu, biar saya bantu Mami siapkan bahan dan kasih tahu cara bikinnya."

"Kamu tahu resep kue bolu?" tanya Mami Sinta yang sedikit ragu.

"Tahu, Mi." Farida mengangguk antusias, meyakinkan sang mertua.

"Baiklah, kamu katakan saja apa bahannya nanti biar disiapkan bibi. Mami ganti baju dulu."

"Iya, Mi. Makasih, ya."

"Sama-sama," jawab Mami Sinta sambil mencubit pelan hidung Farida.

Setelah sekian lama, Farida kini dapat merasakan kasih tulus seorang ibu. Meski hanya sementara, setidaknya bisa mengobati kerinduannya pada sang ibu.

'Terima kasih untuk kasih sayang dan ketulusan mami. Ini akan menjadi momen dan kenangan terindah yang tidak pernah Farida lupakan,' batin Farida.

1
Blu Lovfres
lepaskan, farida dgn .kasih bayaran yg lebih mahal.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!