NovelToon NovelToon
Pernikahan Status

Pernikahan Status

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Juwita Simangunsong

Enam bulan pernikahan yang terlihat bahagia ternyata tak menjamin kebahagiaan itu abadi. Anya merasa sudah memenangkan hati Adipati sepenuhnya, namun satu kiriman video menghancurkan semua kepercayaannya. Tanpa memberi ruang penjelasan, Anya memilih pergi... menghilang dari dunia Adipati, membawa serta rahasia besar dalam kandungannya.

Lima tahun berlalu. Anya kini hidup sebagai single mom di desa kecil, membesarkan putranya dan menjalankan usaha kue sederhana. Namun takdir membawanya kembali ke kota, menghadapi masa lalu yang belum selesai. Dalam sebuah acara penghargaan bergengsi, dia kembali bertemu Adipati—pria yang masih menyimpan luka dan tanya.

Adipati tak pernah menikah lagi, dan pertemuan itu membuatnya yakin: Anya adalah bagian dari hidup yang ingin ia perjuangkan kembali. Namun Anya tak ingin kembali terjebak dalam luka lama, apalagi jika Adipati masih menyimpan rahasia yang belum terjawab.

Akankah cinta mereka menemukan jalannya kembali? Atau justru masa lalu kembali?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Juwita Simangunsong, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23

Langkah kaki Adipati terdengar mantap menyusuri lorong kantor. Begitu memasuki ruangannya, ia langsung melepas jas dan duduk di kursi kerja, lalu memanggil asisten pribadinya "Jeremiah, kosongkan semua jadwal saya untuk tiga hari ke depan. Sepertinya saya butuh waktu untuk libur."

Jeremiah sedikit kaget "Semua, Pak? Termasuk rapat dengan tim regional dan presentasi partnership?"

Adipati tegas tapi tenang "Iya. Tolong geser semuanya ke minggu depan. Saya, mau rehat sebentar… dan saya mau bawa Alvino untuk nginap dirumah. Saya sepertinya butuh waktu untuk berdua."

Jeremiah mengangguk pelan "Baik, Pak. Akan saya atur. Apakah perlu saya booking villa atau tempat khusus?"

Adipati tersenyum tipis "Tidak usah. Saya hanya ingin dirumah saja seperti yang saya katakan tadi. Rumah yang dulu pernah kami tempati bersama Anya, walaupun sebentar."

***

Rumah keluarga Anya terasa tenang siang itu. Mama Anya sedang menyusun bunga di vas ruang tamu, sementara Papa Anya membaca majalah di beranda. Suara mobil di depan rumah membuat keduanya menoleh.

Tak lama, Adipati keluar dari mobil dan menghampiri dengan senyum sopan "Selamat sore, Ma, Pa."

Mama Anya tersenyum hangat "Sore juga, Pati. Wah, kejutan nih! Ayo masuk nak."

Papa Anya meletakkan majalah dan berdiri menyambut "Apa kabar, menantu kesayangan?"

Adipati tersenyum penuh hormat "Baik, Pa, Ma. Terima kasih Papa masih Sudi mengakui saya menantu kesayangan, setelah apa yang terjadi enam tahun lalu. Saya juga ke sini ingin minta izin, pada Mama dan Papa."

Mama Anya "Izin untuk apa, nak?"

Adipati dengan sopan berkata "Saya ingin mengajak Alvino menginap di rumah saya. Tiga hari saja. Di rumah yang dulu saya dan Anya sempat tempati."

Papa Anya mengangguk pelan "Kami percaya kamu akan jaga Alvino dengan baik. Anak itu selalu ceria setiap habis main sama kamu dan mungkin itu perlu agar kamu dan Alvino bisa semakin dekat. Karena Papa percaya padamu, kejadian enam tahun lalu hanya salah paham. Mungkin dengan begini kalian bisa kembali menjadi keluarga yang utuh."

Mama Anya sedikit haru "Alvino memang dekat banget sama kamu, walaupun dia belum tahu siapa sebenarnya kamu. Seperti yang Papa kamu bilang, siapa tahu ini memang jalan nya nak. Alvino pasti senang. Kami juga mengizinkannya , Pati."

Adipati nada suaranya tenang "Terima kasih, Ma, Pa. Tapi kalau Anya merasa kurang nyaman Alvino nginap di tempat saya, tolong sampaikan ke dia… dia boleh nyusul ke sana atau menghubungi saya, saya akan mengantarkan Alvino kembali ke rumah ini. Saya tidak ingin membuatnya keberatan, apalagi sampai marah."

Papa Anya "Ayah yakin Anya akan paham. Kamu niatnya baik, dan kamu selalu ingin jadi Papa yang bertanggung jawab."

Mama Anya "Kamu tetap menantu kami, nak Pati. Rumah ini selalu terbuka untuk kamu."

Adipati tersenyum tulus "Terima kasih, Ma, Pa. Saya sangat menghargainya."

Adipati pamit dengan hati lega. Saat ia masuk kembali ke mobil, senyum tipis mengembang di wajahnya. Tiga hari ke depan adalah waktu yang ia siapkan bukan hanya untuk Alvino, tapi juga untuk mengenang kembali rumah yang pernah menjadi saksi cinta mereka. Meski hanya sekejap.

***

Anya pulang kerja, membuka pintu rumah yang biasanya disambut oleh tawa kecil Alvino. Tapi sore ini, rumah terasa terlalu sunyi.

Anya memanggil "Ma... Pa...? Alvino?"

Mama dan Papa Anya keluar dari ruang keluarga.

Mama Anya dengan tenang berkata "Selamat sore, Nak. Kamu cari Alvino, ya?"

Anya mengangguk, matanya mulai waspada "Iya, biasanya dia udah ribut nyari camilan jam segini. Kok nggak kelihatan?"

Papa Anya ikut menjawab "Siang tadi Adipati datang. Dia minta izin bawa Alvino ke rumah yang dulu pernah kalian tinggali… rumah yang dulu sempat kalian tinggali berdua sewaktu kalian masih baik - baik saja."

Anya membeku sejenak "Kenapa Papa dan Mama nggak bilang dulu ke aku?"

Mama Anya "Dia menanyakan baik-baik. Dan Alvino... dia bilang ingin ikut. Dia sudah tahu siapa Adipati."

Anya terperanjat "Apa? Alvino tahu?"

Papa Anya mengangguk "Alvino bilang, 'Aku tahu dia Papa aku.' Waktu Adipati datang, dia langsung peluk dan bilang 'Aku mau main di rumah Papa.'"

Anya menatap ke bawah, suaranya nyaris berbisik "Aku nggak pernah bilang... Tapi dia tahu?"

Mama Anya "Anak secerdas Alvino… dia bisa merasakannya. Dan kamu tahu sendiri, Nak, Adipati bukan cuma ayah biologis. Dia tulus."

Anya menarik napas dalam-dalam "Kalau aku keberatan…?"

Papa Anya "Kamu boleh susul. Bawa Alvino pulang kalau kamu mau. Tapi kamu juga tahu… mereka sedang membangun sesuatu yang selama ini hilang.

***

Anya memandangi tempat tidur kecil Alvino yang kosong. Selimut biru favoritnya masih terlipat rapi. Tak ada suara kaki kecil, tak ada tawa sebelum tidur.

Anya memeluk bantal, bergumam lirih;"Biasanya kamu minta diceritain tentang bintang, Vin…"

Diam. Sunyi.

"Ini aneh. Terlalu sepi tanpa kamu." gumam Anya sendiri.

***

Pagi yang cerah. Adipati membuka pintu rumah dengan senyum kecil saat melihat Anya berdiri di ambang pintu "Pagi. Sudah nggak tahan ya, nggak lihat Alvino semalam?" kata Adipati dengan senyuman.

Anya menarik napas dalam "Aku mau jemput Alvino. Aku rindu."

Suara kecil terdengar dari dalam "Mamaa!!!" Alvino berlari kecil ke arah pintu, memeluk kaki Anya dengan tawa ceria.

"Aku tidur sama Papa! Kita bikin nasi goreng bareng!" kata Alvino lagi pada Anya.

Anya tersenyum kaku "Papa, ya?"

Alvino mengangguk bangga "Iya! Mama, Papa baik banget. Aku lihat foto pernikahan Papa dan Mama di kamar Papa. Ayolah Ma , Mama jangan sembunyikan lagi kalau Om Adipati ini sebenarnya adalah Papa kandung Alvino. Dia cerita waktu aku lahir Papa tidak ada , karena Papa harus kerja cari uang untuk Mama dan Alvino sekolah."

Anya menoleh ke Adipati, sedikit tergetar "Kamu bilang ke dia?"

"Dia nanya kenapa ada foto pernikahan kita. Dan aku nggak mau bohong. Aku cuma jawab jujur, tanpa maksain dia harus panggil aku Papa."

Alvino menatap Anya "Mama... boleh kan aku tetap di sini? Cuma sebentar. Aku senang bisa main sama Papa."

Anya berlutut, menatap mata anaknya "Boleh, Sayang. Mama cuma... kangen kamu."

"Gimana kalau kita habiskan hari ini bertiga? Main ke mal, makan siang bareng, lalu jalan ke taman? Anggap aja piknik kecil. Satu keluarga." kata Adipati dengan lembut.

Anya ragu sejenak, lalu mengangguk "Hanya hari ini."

***

Alvino tertidur di pangkuan Adipati. Mereka duduk di bangku taman, dikelilingi semilir angin sore dan tawa anak-anak dari kejauhan.

Adipati pelan, menatap Anya "Kamu tahu... aku selalu ingin jadi bagian hidupnya. Tapi aku nggak pernah maksa karena aku tahu kamu yang paling berhak."

Anya menatap langit "Aku hanya takut dia kecewa… kalau kamu pergi lagi dan kembali ke masa dimana kamu berhubungan dengan Bram mas."

Adipati tegas tapi lembut "Aku nggak akan pergi. Sekarang aku di sini. Dan kalau kamu izinkan... aku ingin dia punya dua rumah yang penuh cinta. Bukan satu rumah kosong, satu rumah rindu."

Anya hati mulai goyah "Kalau dia bahagia... mungkin aku harus belajar berdamai dengan hati aku mas."

" Kalau kita kembali bersama bagaimana istri ku?" kata Adipati dengan sebutan yang dulu pernah menjadi panggilan kesayangan untuk Anya.

Anya hanya diam saja tanpa menjawab pertanyaan tersebut.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!