Jatuh cinta pada pandangan pertama, membuat Shakala Fathan Elgio Genova, berusaha untuk memperjuangkan cintanya pada Zakira. Gadis manis yang ia temui tanpa sengaja di perusahaannya. Zakira adalah salah satu karyawan di perusahaannya.
Namun, sayangnya saat ia mengutarakan niatnya untuknya melamar gadis itu. Terjadi kesalahpahaman, antara Fathan dan Mamanya. Nyonya Yulia, yang adalah Mamanya Fathan. Malah melamar Nabila, yang tidak lain sepupu dari Zakira. Nyonya Yulia, memang hanya mengenal sosok Nabila, putri Kanayah dan Jhonatan. Mereka adalah rekan bisnis dan keluarga mereka memang sangat dekat.
Nyonya Yulia juga mengenal dengan baik keluarga bakal calon besannya. Akan tetapi, ia tidak pernah tahu, kalau keluarga itu memiliki dua orang anak perempuan. Terjadi perdebatan sengit, antara Fathan dan sang Mama yang telah melakukan kesalahan.
Nabila yang sudah lama menyukai Fathan, menyambut dengan gembira. Sedangkan Zakira, hanya bisa merelakan semuanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Icha mawik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 15
Nabila menatap lurus ke luar jendela kamarnya. Ia kembali mengingat setiap detik yang ia lewati tadi. Bagaimana Fathan bersikap acuh padanya, sementara berbanding terbalik saat Fathan bersikap terhadap Zakira.
Pria itu terlihat memperlakukan Zakira dengan manis dan senyum yang selalu mengukir diwajah tampannya. Nabila juga sempat melihat, perhatian yang Fathan berikan pada sepupunya itu. Dengan menukar daging steak miliknya yang telah dipotong dan memberikannya pada Zakira.
Nabila mengepal tangannya kuat. Saat ia larut dalam pikirannya. Oma Sukma masuk dan menghampiri Nabila.
"Sayang, kamu melamun?" tanya Sukma.
Seperti tidak menyadari kehadiran Oma Sukma, Nabila masih saja diam.
"Bila! Kamu ngelamunin apa sih?" tanya Sukma lagi. Ia jadi semakin penasaran, pasalnya tidak pernah Nabila mengacuhkannya seperti ini.
"Aku rasa, Fathan juga menyukai Zakira," ucap Nabila buka suara.
"Maksud kamu?" Pandangan Sukma, beralih ke arah Nabila.
"Aku tau, Oma. Selama aku mengenal Fathan, ia tidak pernah tertawa lepas saat bersamaku atau siapapun. Jangankan tertawa selepas tadi, senyum pun ia enggan," ungkap Nabila.
"Jadi, maksud kamu. Fathan berubah sikap, karena Zakira?" tebak Sukma.
Nabila mengangguk samar.
"Lalu, apa yang akan kamu lakukan?" tanya Sukma lagi.
"Sepertinya, aku akan mundur," jawab Nabila.
"Apa?" Sukma seketika berdiri dan menghampiri Nabila.
"Kamu mau nyerahin, pria yang kamu sukai pada Zakira, sepupu kamu itu?" kata Sukma dengan nada sedikit meninggi.
Kembali Nabila, hanya menjawab dengan anggukan. Nabila, tidak mungkin bisa memaksakan kehendaknya pada Fathan. Sedangkan, dia tahu dengan persis seperti apa sikap Fathan.
"Tidak! Jangan!" cegah Sukma.
"Tidak bagaimana, Oma? Fathan tidak pernah suka padaku, dia hanya suka sama Zakira," terang Nabila.
"Dari mana kamu tau?" Kembali Sukma merundung Nabila dengan pertanyaan.
"Semua orang bisa melihat dengan jelas. Oma ingat saat dirumah Ummi kemarin, kan? Bagaimana perhatiannya Fathan pada Zakira, saat dia bicara. Fathan bahkan tidak pernah berpaling darinya. Senyum itu, selalu terbit saat Fathan bersama Zakira," ungkap Nabila.
"Itu sudah biasa, Bila. Kamu tau, kan kalau Zakira itu bawahannya Fathan dikantor dan saat itu Fathan berada ditengah-tengah keluarga kalian. Bisa jadi, Fathan ingin memberikan imej baik dimata keluarga. Kalau pun, Fathan membantu Zakira. Itu karena, memang dia membutuhkannya. Kamu tau sendiri, kan kalau salah satu tangan Zakira tidak berfungsi dengan baik?" cecar Sukma.
Nabila masih berusaha mencerna ucapan Oma Sukma. Sebagian, apa yang dikatakan Oma sukma itu ada benarnya. Mungkin, Fathan merasa kasihan, melihat Zakira yang kepayahan. Akan tetapi di sisi lain, tidak bisa Nabila pungkiri. Ia merasa ada sesuatu dengan sikap Fathan pada Zakira.
"Seharusnya, kamu itu terus berusaha merebut kembali hatinya Fathan. Kamu yang lebih dulu mengenalnya. Itu artinya, kamu yang berhak memiliki Fathan. Kalau hanya Zakira, Oma yakin. Kamu bisa mengatasinya, apa lagi dia itu cacat. Pria mana yang mau dengan wanita cacat dan tidak sempurna seperti Zakira," beber Sukma.
"Tapi, Oma tidak mengenal Fathan. Dia pasti tidak akan mempermasalahkan semua itu. Jika, dia menginginkan sesuatu," jelas Nabila.
"Mungkin, Fathan bisa menerima. Bagaimana dengan keluarganya, terutama orang tuanya?" tanya Sukma.
Nabila terdiam. Meski tidak terlalu dekat dengan keluarga Fathan. Akan tetapi, Nabila tahu persis, bagaimana keluarga Fathan, terutama Ibunya. Wanita itu, tentu menginginkan yang terbaik untuk bisa menjadi menantunya. Apa lagi Fathan, adalah anak satu-satunya. Pewaris keluarga yang akan mewarisi semua harta kekayaan keluarga Genova.
"Kamu jangan khawatir, Oma akan bantu kamu. Untuk mendapatkan apa yang kamu inginkan," hibur Sukma.
"Oma janji?" ucap Nabila.
"Janji! Oma akan selalu ada di belakang kamu, yang akan membela kamu," tambah Sukma.
*****
"Za, di ruangan Pak Bos, ada tamu," ucap Risma.
"Siapa?" tanya Zakira yang baru saja tiba.
"Gak tau, belom sempat kenalan juga," jawab Risma asal.
"Dasar ganjen," umpat Zakira kesal.
Risma hanya tertawa mendengarnya.
"Ada apa ini?" Suara berat yang akhir-akhir ini sering Zakira dengar.
"Eh... Selamat pagi, Pak!" sapa Risma.
Zakira hanya menganggukkan kepalanya.
"Ada tamu diruangan, Anda," ucap Zakira mencairkan suasana.
Dapat ia lihat ketegangan diwajah Risma.
"Ikut saya," titah Fathan.
Zakira mengangguk dan membuntuti Bos nya, diikuti oleh Soni.
"Mau saya bikinkan minum, Pak?" tanya Zakira.
Dengan muka kesal karena dipanggil Bapak, Fathan pun mengiyakan. Soni hanya tersenyum melihat tingkah keduanya. Zakira melanjutkan langkahnya ke arah pantry yang ada di lantai atas. Fathan masuk bersama Soni, menemui tamunya.
"Papa!" 7cap Fathan.
Aditya tersenyum melihat putra kebanggaannya telah tiba.
"Kejutan!" kata Aditya.
"Papa ngapain, di sini?" tanya Fathan.
"Jalan-jalan, sambil ngecek keadaan kantor. Ternyata, sudah banyak berubah," ucap Aditya.
Mereka kembali mengobrol dan sesekali terdengar gelak tawa Soni dan Aditya ketika berhasil membuat Fathan kesal. Soni, bukanlah orang lain di keluarga Fathan. Dia adalah teman Fathan semasa kuliah di luar negeri dulu. Karena kepiawaiannya, Fathan menjadikanya asisten sekaligus tangan kanannya.
"Permisi!"
Seketika senyum Fathan kembali terkembang, ia segera beranjak dan membukakan pintu untuk Zakira.
"Kopinya, Pak!" ucap Zakira.
Fathan menatapnya dengan tajam. Namun, bukannya takut. Gadis itu malah tersenyum puas. Fathan meraih nampan berusia tiga cangkir kopi dan membawanya. Zakira mengikuti langkah Fathan dari belakang.
"Pa, ini ...!" Fathan menghentikan kata-katanya, saat melihat kode dari Papanya.
Aditya menatap dalam wajah Zakira, ia tersenyum dan sesekali menoleh ke arah putranya.
"Za, ini Papaku," ucap Fathan.
"Oh... Apa kabar, Tuan?" sapa Zakira ramah.
Aditya ingin mengulurkan tangannya. Namun, Zakira lebih dulu meletakkan tangannya didada sembari tersenyum.
"Maaf," ucap Zakira.
Aditya mengangguk paham dan membalas senyum Zakira.
"Jadi, dia orangnya?" tanya Aditya, setelah kepergian Zakira.
Fathan mengangguk samar.
"Cantik," puji Aditya.
"Tidak hanya wajah." Fathan menjedah kalimatnya.
Aditya menoleh ke arah putranya.
"Cantik, untuk semuanya," lanjut Fathan.
"Semua...?" Aditya menggantung kata-katanya.
"Semua... semua yang aku inginkan, ada padanya," jawab Fathan.
"Benarkah?" goda Aditya.
Fathan menjawab dengan anggukan kepala tegas.
"Jadi, apa rencanamu selanjutnya?" tanya Aditya lagi.
"Menemui Tuan Kiano dan melamar Zakira," jawab Fathan, suaranya terdengar lebih tegas dari sebelumnya.
"Kamu yakin, mereka akan menerima?" Kembali, Aditya bertanya.
"Tidak ada alasan mereka untuk menolak. Sebab, sebelumnya aku telah bicara pada Zaki, untuk meyakinkan kedua orangtuanya," ucap Fathan.
"Baiklah, kalau itu sudah keputusanmu. Papa dan Mama akan selalu mendukung apapun rencanamu," putus Aditya.
Fathan menoleh sekilas dan tersenyum samar.
****
Zaki menjemput adiknya. Seperti biasa, Fathan yang mengantar dan menemani Zakira hingga Zaki datang.
"Gue duluan, ya!" pamit Zaki pada Fathan.
Fathan hanya menganggukkan kepalanya." Hati-hati!"
"Duluan, ya Pak!" Ucap Zakira, yang berhasil membuat Fathan kesal.
Ia tertawa lebar, melihat wajah kesal bos nya itu. Fathan tersenyum melihat bayangan Zakira hilang di perempatan jalan. Ia pun memutuskan untuk langsung pulang ke rumah dan ingin mengutarakan semua keinginannya pada kedua orangtuanya.
Sesampai di rumahnya, Fathan langsung mandi dan beristirahat sejenak. Saat tiba makan malam, ia pun segera mengatakan keinginannya.
"Ma, Pa! Ada yang ingin aku katakan," ucap Fathan.
Aditya dan sang istri menatap wajah putranya.
"Katakan," ucap Aditya yang sebenarnya sudah tahu. Apa yang ingin Fathan katakan.
"Aku akan menikah!" ucap Fathan dengan lantang.
"Apa?" kata Yulia terkejut.