Cinta Berujung Maut

“Jangan bercanda!”, ucap Putra.

“Tidak, aku tidak bercanda. Bahkan kami mengulang pemeriksaan untuk memastikan semuanya”

“Hahhh, apa itu mungkin?”, ucap Bagas.

Bagas benar-benar kehilangan arahnya, ia tidak tau lagi harus mengatakan apa jika tidak ditemukan satu kejanggalan pun di tubuh Laura.

“Hem, bukankah bocah ini reporter aneh itu? Hoho, menarik. Bagaimana kalian bisa bersama?”, tanya Cindy setelah menyadari siapa Bagas.

“Lupakan itu, apa kau yakin tidak menemukan keanehan apa pun di tubuh Laura?

“Ya, aku yakin!”, ucap Cindy penuh keyakinan sambil menatap pasti kearah Putra yang membuatnya kehilangan kata-kata.

“Haisss..”, Putra benar-benar tidak tahu lagi harus melakukan apa. Sekarang ia tau bahwa, betapa sulitnya untuk mengungkapkan kasus ini.

“Phuff, ayo keruanganku!”, ucap Cindy.

Ia ingin berbicara lebih lanjut tentang semua penemuannya pada Putra.

Putra yang menyadari bahwa apa pun yang di temukan oleh Cindy ini sepertinya tidak bisa dikatakan di depan para rekan yang tidak bisa di percayainya.

Namun hal yang lebih membuat Putra penasaran adalah, asumsi akhir dari Cindy pada jasad Laur.

Sebab, pernyataan akhirnya lah yang menentukan segalanya.

...\*...

**Ruangan Cindy**.

“Jadi apa yang kau temukan?”, tanya Putra begitu sampai di ruangan Cindy.

“Bukankah sudah aku katakan, tidak ada yang aku temukan!”, jawab Cindy lagi.

Lagi-lagi jawaban Cindy ini membuat Bagas frustasi.

Pikirnya, apakah hal itu masuk akal? Bagaimana mungkin tidak ada kenahan apa pun pada jasad Laura!.

“Mustahil kau tidak menemukan keanehan pada jasadnya”, tegas Bagas.

Bagas yang sangat amat yakin akan perkataan pihak keluarga Laura bahwa memar yang ada di tubuh Laura saat itu sangat mencurigakan, lalu bagaimana mungkin sekarang sang ahli mengatakan tidak ada kejanggalan akan hal itu.

Sungguh mustahil, namun itulah pernyataan yang di ucapkan berulang kali oleh Prof. Cindy.

Raut wajah dan tatapan mata Prof. Cindy membuktikan segalanya.

Bagas benar-benar frustasi dibuatnya, ia tidak tau harus melakukan apa sekarang.

Terlebih lagi pernyataannya kala itu yang membuat kehebohan saat ini, pasti akan menjadi kontroversi kearah yang salah jika tidak di temukan satu keanehan pun di Tubuh Laura.

Namun berbeda dari Bagas, Putra masih menjaga kewarasannya hingga ia berpikir lebih kritis dan realistis hingga muncul pertanyaan tak terduga.

“Justru karena itu, bukankah aneh jika kau tidak bisa menemukan apa pun?”, celetuk Putra tiba-tiba.

Ia yang sejak dari tadi berpikir keras akhirnya bisa menanyakan satu pertanyaan yang membuat Cindy tersenyum puas. Pikirnya, ini baru Putra yang ia kenal.

Putra yang ia kenal tidak akan pernah mempercayai perkataan orang- orang jika ia menemukan kejanggalan- kejanggalan pada setiap kasusnya.

Hal itu pula yang membuat Cindy senang bekerja sama dengannya.

“Akhirnya, kau menyatakan hal yang benar. Seperti kata mu, sangat aneh jika kita tidak menemukan apa pun di tubuh Laura”, jawab Cindy.

Perkataan Cindy membuat Bagas bingung, namun Bagas juga melihat betapa serasinya dua orang yang bisa memahami satu dengan yang lainnya ini.

Tebaknya, pasti Putra dan Cindy banyak terlibat di kasus yang sama terutama pada kasus yang penuh misteri begini.

“Hem, apa mungkin karena jasadnya sudah lama di dalam air?”, tanya Putra lagi.

Kini, Putra mengambil kesimpulan bahwa semua jejek yang ada telah terhapus oleh air.

Hal ini diperkirakan kedua jasad yang sudah membengkak saat ditemukan, yang artinya mereka telah lama berada di dalam air saat itu.

“Hooo, kau cukup peka juga!”, ucap Cindy.

Cindy benar-benar merasa rekan yang sudah berulang kali bekerja sama dengannya ini semakin hari, semakin kritis pula.

Entah kenapa pula ia merasa bangga pada kemajuan Putra kali ini, seolah ia telah memperhatikan dan membimbing Putra sejak awal dulu, sejak ia masih menjadi seorang amatir.

Ekspresi dan saling memahami keduanya pula yang membuat Bagas semakin penasaran bagaimana keduanya bisa saling mengenal hingga bekerja sama begini.

Namun demikian, entah kenapa insting Bagas saat ini memilih untuk diam dan tidak bersuara, sambil terus memperhatikan dua orang seniornya yang tengah berbicara.

“Tapi, mungkin saja mereka sudah membersihkan semua jejak sebelum melemparnya ke sungai kan?”, tanya Cindy.

Pertanyaan Cindy itu membuat Bagas yang memilih diam pun tak percaya, hingga akhirnya Bagas pun bersuara.

“Apa itu mungkin?”

“Mungkin saja, jika pelakunya psikopat atau seorang pro di bidang itu”, jawab Cindy.

Pernyataan tegas Cindy itu membuat Bagas terkejut, namun Putra tidak terlihat terkejut sama sekali.

Justru sebaliknya, ia sangat marah seakan kasus yang sama pernah terjadi dan pelakunya benar-benar seorang pro yang memiliki kelainan mental dalam seksualitas yang berlebihan pula.

“Ck, sialan!”, pekik Putra. Ia tidak berharap seorang psikopat seks malah terlibat pada kasus ini.

“Apa maksudmu?”, tanya Bagas.

Berbeda dari Putra, Bagas yang tidak pernah mendengar tentang psikopat seks ini malah kebingungan di buatnya.

“Aku pernah menangani kasus yang hampir sama seperti ini, dimana seorang remaja yang mati setelah diperkosa”. Jelas Cindy.

“Saat itu kami tidak bisa menemukan jejak pemerkosaan, bahkan tidak ada sperma atau pun hal yang mencurigakan di va nya yang bengkak dan merah”, terangnya lagi.

Pernyataan yang dinyatakan oleh Cindy ini entah kenapa membuat Bagas muak, ingin rasanya ia menghajar para pelaku pemerkosaan itu hingga membuat mereka menjadi seorang kasim.

“Jadi maksudmu, semua jejak telah di bersihkan sebelumnya?”, tanya Putra yang teringat pada kasus saat itu.

Kasus yang membuatnya sangat frustasi hingga menggila lantaran pelaku tidak hanya memakan satu korban saat itu.

“Tentu saja, untuk orang yang sudah terbiasa bahkan professional dalam kasus pemerkosaan”, jawab Cindy.

Mendengar hal itu, membuat darah Bagas mendidih. Pikirnya, apa orang seperti itu masih bisa di biarkan bebas berkeliaran di luar sana?

Tentunya orang seperti itu harus diadili dengan seberat- beratnya lantaran, pasti telah memakan banyak korba hingga Putra dan Cindy menyatakan dia seorang pro dalam bidang itu.

“Ck, mesum sialan. Apa orang itu sudah tertangkap?”, tanya spontan Bagas untuk memastikan sampah masyarakat itu telah di adili.

Namun diluar harapan Bagas, orang yang dinyatakan psikopat itu belum lah di adili lantaran memiliki banyak alibi hingga saat ini.

“Belum!”, jawab Cindy yang membuat Bagas kian frustasi.

“Wah, hahhhh, ini gila, benar- benar gila”, komentar Bagas tak percaya.

Pikirnya, apa yang membuat para pihak berwajib itu hingga membiarkan psikopat itu berkeliaran bebas di laur sana?

Pasti hal ini akan menjadi kegelisahan publik, jika berita ini tersebar keluar sana.

Bagaimana mungki orang-orang, terutama para wanita akan keluar dengan nyaman dan perasaan aman.

“Apa saja yang dilakukan polisi, sehingga membiarkan psikopat itu?”, tanya Bagas dengan kesalnya.

Ia tidak habis pikir kenapa ada kelalaian yang bisa menyebabkan keresahan public begini.

Terlebih lagi pelaku pemerkosaan hingga pembunuhan itu tidak diadili hingga saat ini, atas semua perbuatan gilanya.

“Hei, apa maksudmu?”, tanya Putra.

Putra yang tidak percaya Bagas menyalahkan pihaknya yang saat itu telah bekerja selama berbulan-bulan, hingga kasus itu tidak bisa lagi di tangani oleh mereka.

Lantaran, mereka yang tidak memberi kejelasan apa pun di karenakan banyaknya kejanggalan pada saat menyelidiki kasus tersebut.

Hingga, tim mereka pun di tertawai dan dinyatakan tak berguna oleh atasan mereka.

Namun, karena ke gigihan Putra untuk mempertahankan kasus itu agar mereka yang menanganinya, barulah mereka mendapatkan pelakunya yang merupakan seorang psikopat.

Namun, setelah mengamati orang yang saat itu sebagai terdakwa, entah kenapa Putra merasa bahwa dia bukanlah dalang di balik peristiwa yang menimpa para gadis saat itu.