Ardian Herlambang duda tampan yang tak memiliki keinginan untuk menikah lagi setelah sang istri meninggal harus berurusan dengan gadis yang selama ini selalu dihindarinya.
Kinanti Maheswari, dokter cantik yang selama ini selalu menatap satu pria di dalam hidupnya. Rasa cintanya yang besar membuatnya tak bisa berpaling dari Ardi, walaupun berkali-kali lelaki itu mematahkan hatinya.
Hingga akhirnya sebuah kesalahpahaman membuat Ardi terang-terangan membenci Kinanti dan mengucapkan kata-kata yang sangat menyakiti hati gadis itu. Hingga akhirnya Kinan memutuskan untuk benar-benar pergi.
"Jangan pernah menghubungiku hanya karena merasa bersalah, semua yang kamu ucapkan benar. Aku bukan siapa-siapa, hanya parasit yang menumpang hidup di tengah-tengah keluarga kalian." ucap Kinan pada Ardi sebelum berlalu menuju calon suami yang sudah menunggunya.
Akankah Ardi menyadari perasaannya setelah kehilangan Kinanti? Bagaimana kehidupan Kinanti bersama lelaki yang tak pernah bisa dicintainya itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naira_w, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tawaran Jabatan
Ardi menatap ruangan atasannya dengan tatapan khawatir. Beberapa hari ini gosip miring tentangnya sudah menyebar. Walaupun banyak karyawan yang tak mempercayai jika dirinya adalah ayah dari anak yang dikandung Winny. Namun, banyak juga karyawan yang menyindirnya dan mengata-ngatai dirinya baik di depan maupun di belakangnya.
Meli sendiri sudah mendapatkan rekaman CCTV kantor, tepatnya area bagian HRD. Kebetulan kepala bagian keamanan adalah calon kakak iparnya. Jadi Meli menggunakan sedikit kekuatan orang dalam untuk mendapatkan rekaman itu.
Terlihat di dalam rekaman itu jika Winny memang sering mendatangi ruangan kepala HRD itu pada saat luar jam kerja. Tetapi bukti itu tidak kuat, karena hanya menunjukkan Winny yang sering keluar masuk ruangan itu saja.
Ardi mengetuk pintu ruangan pak Dipta.
"Masuk!"
Ardi membuka pintu tersebut setelah mendengar perintah dari si pemilik ruangan itu.
"Assalamualaikum, bapak manggil saya?"
"Waalaikumsalam, masuklah Ardi. Silahkan duduk." kata pak Dipta mengarahkan tangannya ke kursi di depan mejanya.
Pak Dipta melepaskan kacamata yang sedari tadi berada di depan netranya.
"Kamu tau kenapa kamu dipanggil ke sini?" tanya pak Dipta.
"Maaf, pak. Saya tidak tau." jawab Ardi dengan sopan.
Terdengar suara helaan nafas keras dari lelaki yang hampir dua tahun ini jadi atasannya.
"Ini tentang tentang berita yang menyebar di kantor. Tentang kamu dan Bu Winny." kata Pak Dipta.
Ardi pun merubah posisi duduknya, dia duduk dengan tegak dan ada perasaan tak nyaman di hatinya. Ternyata masalah Winny semakin berlarut-larut dan sepertinya akan berdampak pada pekerjaannya.
"Tadi saya dipanggil oleh pak Dirut, dia menanyakan tentang kamu. Dan sepertinya tak lama lagi kamu juga akan dipanggil oleh beliau." kata Pak Dipta.
"Walaupun saya sebenarnya tak yakin jika kamu melakukan tindakan yang buruk itu, tapi saya tidak bisa membela kamu jika memang kamu bersalah." kata Pak Dipta dengan tegas
"Bukan saya ayah bayi itu. Memang saya pernah dekat dengan Bu Winny selama satu bulan. Tapi kami tak pernah jalan bersama, hanya satu kali saja kami keluar bersama menemui keponakan saya. Setelahnya kedekatan kami hanya status saja." kata Ardi menjelaskan.
Pak Dipta menatap Ardi dengan tatapan menyelidik. Mata tuanya masih terlihat tajam dan mengintimidasi Ardi. Namun, Ardi tak gentar. Dirinya memang bukan penabur benih di rahim Winny.
"Bisa kamu buktikan?" tanya Pak Dipta.
"Saat ini kami sedang mencari bukti yang kuat, pak." kata Ardi.
"Kami??" tanya Pak Dipta heran
"Rekan-rekan divisi keuangan pak. Mereka berempat membantu saya menemukan bukti jika saya tak bersalah." kata Ardi.
Terlihat senyuman tipis di bibir lelaki paruh baya itu. Padahal Pak Dipta adalah orang yang paling sulit tersenyum apalagi jika berhadapan dengan anak buahnya.
"Ternyata kamu itu sangat disayangi teman-teman kamu, ya. Saya jadi malu tak berbuat apapun untuk membantu kamu." kata Pak Dipta.
"Tidak apa-apa pak, saya juga tidak bisa memaksa orang untuk percaya pada saya." kata Ardi.
Pak Dipta tak lagi menyembunyikan senyumannya. Dia melihat Ardi sebagai lelaki yang baik dan jujur. Dan dia yakin jika Ardi bukanlah laki-laki sembarangan seperti kabar yang beredar.
"Sebenarnya sebelum adanya isu tak mengenakan itu, saya sudah mengajukan nama kamu ke pak Dirut untuk menggantikan saya." kata Pak Dipta.
Ardi yang merasa terkejut dengan apa yang disampaikan pak Dipta pun langsung membelalakkan matanya tak percaya.
"Saya akan kembali ke kota asal saya, mungkin kamu sudah mendengar jika Genta, putra saya sedang ditahan polisi." kata Pak Dipta.
Ardi mengangguk, dia memang sudah mendengar jika putra tunggal pak Dipta ditangkap polisi. Hanya saja Ardi terlalu sibuk dengan pekerjaannya jadi tak pernah ingin tau kehidupan keluarga atasannya itu.
"Karena itu saya harap kamu bisa membersihkan masalah kamu secepatnya, sebelum saya surat mutasi saya turun." kata Pak Dipta.
"Tapi pak, saya tidak yakin dengan jabatan yang bapak tawarkan. Saya merasa tidak pantas pak, banyak yang lebih baik dari saya yang bisa menjadi kepala divisi." kata Ardi yang menolak jabatan itu dengan halus.
"Sayangnya, nama kamu sudah masuk dan akan dipertimbangkan oleh bapak Dirut. Tentu saja dengan catatan kamu harus bersih dari isu itu." kata Pak Dipta.
"Lagipula kamu begitu dipercaya oleh teman-teman kamu. Saya yakin kamu bisa memimpin divisi ini dengan baik." kata Pak Dipta lagi.
Lelaki yang selalu terlihat berwibawa itu lalu bangkit dari kursinya dan menghampiri Ardi. Dia pun menepuk pundak Ardi.
"Sebagai pimpinan saya tau karakter orang-orang yang bekerja dengan saya. Seandainya saja putra saya memiliki setengah dari kecerdasan dan sikap kerja kerasmu pasti saya akan sangat bangga." kata pak Dipta lirih sambil menatap sendu ke arah jendela yang berada tepat dibelakang kursi yang tadi didudukinya.
"Saya harus kembali ke ibu kota secepatnya karena itulah saya tak menolak jabatan di kantor pusat. Saya harus mengurus Genta walaupun sudah terlambat. Saya yang salah karena tak pernah memperhatikan anak itu." katanya lagi.
Ardi terdiam saat mendengar suara pak Dipta yang tersirat kesedihan. Ardi memang sudah mendengar selentingan tentang masalah putra pak Dipta yang memang terkenal sulit diatur.
Bahkan beberapa kali putra pak Dipta yang bernama Genta itu harus keluar masuk rehabilitasi karena kedapatan menggunakan obat-obatan terlarang.
Dan yang paling parah adalah kejadian beberapa bulan yang lalu, Genta tertangkap tangan menjual benda terlarang itu di sebuah klub malam terkenal di ibu kota.
Pak Dipta merasa bersalah karena terlalu sibuk hingga mengabaikan putranya. Kini, dia berusaha untuk memperbaiki semuanya walaupun tak mungkin akan kembali seperti semula.
"Pikirkanlah kembali tawaran itu dan untuk masalah Bu Winny saya akan membantu menyelesaikannya. Pak Dirut juga akan turun tangan kali ini, sepertinya dia juga cukup gerah dengan para tikus di kantor ini. Dan ingin memperbaiki semuanya dan mengembalikannya pada posisi yang seharusnya." kata Pak Dipta penuh makna.
Walaupun Ardi tak mengerti apa maksud ucapan pak Dipta, tapi dia sedikit lega karena atasannya mempercayai jika dirinya tak bersalah dan bersedia membantunya.
gmna ini kak kelanjutannyaa...
kangen ini ..
❤❤❤❤❤❤❤
good job kinan..
❤❤❤❤❤❤
❤❤❤❤❤❤
kalo pun misalnya pada akhirnya Kinan ga jadi sama mas bian,, itu karna mas bian akan bertemu jodoh yg lebih baik dari pada Kinan.
Itu harapan ku sih kak,, jangan marah yaaa🙏🏻