NovelToon NovelToon
Antagonis Nyeleneh

Antagonis Nyeleneh

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Teen School/College / Mengubah Takdir / Transmigrasi ke Dalam Novel
Popularitas:13k
Nilai: 5
Nama Author: Atikany

Hazel nyasar masuk ke dalam novel sebagai karakter antagonis yang semestinya berakhir tragis dengan bunuh diri. Namun, nasib memihak padanya (atau mungkin tidak), sehingga dia malah hidup adem ayem di dunia fantasi ini. Sialnya, di sekelilingnya berderet cowok-cowok yang dipenuhi dengan serbuk berlian—yang terlihat normal tapi sebenarnya gila.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Atikany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

15. Teman

Agler tak habis pikir dengan tingkah para remaja labil ini. Dengan napas yang ngos-ngosan dan keringat yang mulai membasahi pelipisnya, dia akhirnya menemukan keberadaan Hazel.

Hazel berdiri dengan tangan terangkat ke atas, seolah menunjukkan tanda menyerah. Di sekelilingnya, Zen, Tian, dan Panji berjongkok, menundukkan kepala, dan mengangkat tangan mereka ke atas.

Agler berhenti sejenak, mengatur napasnya yang tersengal-sengal. Matanya menyapu pemandangan di depannya, berusaha memahami apa yang sedang terjadi.

"Kalian ngapain di sini?" tanyanya dengan nada setengah kesal, setengah penasaran.

Dia juga melangkah keluar dari tembok sekolah, bergabung dengan mereka di luar area yang seharusnya terlarang.

Hazel mendongak perlahan, menatap Agler dengan senyum lebar yang memperlihatkan deretan giginya yang putih. Ada sedikit keringat di dahinya, namun itu tidak mengurangi keceriaan di wajahnya.

"Nih, makan," ucap Hazel dengan nada santai sambil mengulurkan sebuah kedondong ke arah Agler.

Matanya berbinar, seolah-olah dia baru saja memberikan hadiah paling berharga di dunia.

Agler berdiri mematung, matanya menatap kedondong yang diulurkan oleh Hazel. Dia benar-benar dibuat speechless oleh makhluk satu ini. Mulutnya sedikit terbuka, namun kata-kata tak kunjung keluar. Dia merasakan berbagai emosi bercampur aduk di dalam dirinya – keheranan, kesal, namun juga ada sedikit rasa.

Zen yang berjongkok di sebelah Hazel menoleh ke arah Agler. Dengan senyum jahil di wajahnya, dia berkata, "Udah, makan aja. Butuh perjuangan nih buat ambil tuh buah."

Zen lalu menarik lengan Agler, membuatnya ikut berjongkok di tanah. Ekspresinya menunjukkan kebanggaan, seolah-olah pencurian kedondong ini adalah pencapaian besar.

Agler, masih setengah bingung, akhirnya mengambil kedondong dari tangan Hazel. Dia memutar-mutar buah itu di tangannya, mencoba membayangkan seperti apa perjuangan mereka untuk mendapatkannya.

***

Di jam istirahat, akhirnya Tania bisa bertemu dengan Hazel. Dengan cepat, dia meraih lengan Hazel dan menyeretnya menuju sebuah ruangan yang terlihat elegan, tempat favorit mereka untuk bersantai.

Ruangan itu dihiasi dengan sofa empuk, lampu-lampu hias yang lembut, dan aroma harum dari lilin aromaterapi yang menyebar di udara, menciptakan suasana yang tenang.

Begitu mereka masuk, Tania langsung melepaskan pegangannya dan menatap Hazel dengan tatapan frustrasi.

"Bisa-bisanya lo bolos," katanya dengan nada marah yang tertahan.

Dia melipat tangannya di dada, matanya menatap Hazel tajam. Hazel hanya menunduk sambil cengar-cengir, seolah-olah dia tidak bisa menahan senyum meskipun tahu dia dalam masalah.

Tania menghela napas panjang, berusaha mengendalikan emosinya. "Ingat, Zel, lo harus lebih baik dari Liliana," ucapnya mengingatkan, suaranya penuh tekanan.

Hazel mengangkat kepalanya perlahan, menatap Tania dengan mata yang penuh ketegasan.

"Jangan terlalu fokus pada Liliana. Lo bilang gue bisa jadi diri gue sendiri," jawab Hazel.

Tania, yang mendengar itu, langsung merasa emosinya bergejolak. Dia bangkit dari sofa, mulai berjalan mondar-mandir di ruangan itu dengan ekspresi yang menunjukkan kebingungannya.

***

Lapangan basket yang biasanya ramai kini hanya diisi oleh beberapa siswa yang bermain. Di pinggir lapangan, banyak siswa dan siswi duduk bersantai, menikmati waktu istirahat.

Beberapa dari mereka sedang bercengkrama, sementara yang lain sibuk dengan ponsel mereka. Di antara mereka, Zen duduk di atas beton pinggir lapangan, memegangi kedua lututnya dan menatap ke tanah, tampak berpikir dalam.

Agler, yang duduk tidak jauh dari Zen, sedang mengikat tali sepatunya. Ia sesekali melirik ke arah lapangan, memperhatikan permainan basket yang sedang berlangsung. Suasana tenang, hanya diisi dengan suara bola basket yang memantul dan tawa para pemain.

Tiba-tiba, Zen mengangkat kepalanya dan mengarahkan pandangannya ke Agler. "Agler, gue minta maaf sama lo karena selalu gangguin lo dan ngata-ngatain lo," kata Zen.

Suaranya terdengar tulus, berbeda dari biasanya. Dia sedikit membungkuk ke depan, menatap Agler dengan mata yang penuh penyesalan.

Agler, yang baru saja selesai mengikat tali sepatunya, mengerutkan keningnya dan mengangkat kepalanya untuk menatap Zen. Dia merasa bingung, pasalnya Zen selalu saja mengajaknya ribut setiap kali mereka bertemu. Dia memasukkan tangannya ke dalam saku jaketnya, mencoba menutupi rasa tidak nyamannya.

Tian dan Panji, yang duduk di sisi lain Zen, tetap diam. Tian bersandar pada dinding beton dengan lengan terlipat, matanya sesekali melirik ke arah lapangan. Panji duduk dengan satu lutut ditekuk, tangannya bermain dengan kerikil kecil di tanah.

Zen menghela napas panjang, melepaskan kedua tangannya dari lutut dan menegakkan tubuhnya.

"Gue akui gue udah keterlaluan sama lo, jadi mari kita berteman," ajak Zen, mengulurkan tangan kanannya ke arah Agler.

Agler menatap uluran tangan itu dengan tatapan curiga. Dia mengernyitkan alisnya, mengingat semua pertengkaran dan ejekan yang pernah mereka alami. Tangan Agler tetap di dalam saku jaketnya, ragu untuk menyambut uluran tangan Zen.

Melihat reaksi Agler yang enggan, Zen tersenyum kecil, berusaha menenangkan suasana. Dengan cepat, Zen menyambar tangan Agler dan mengguncangnya dengan semangat.

"Sekarang kita temen dan gue gak akan gangguin lo lagi," ucap Zen dengan nada meyakinkan, mengguncang tangan Agler beberapa kali sebelum melepaskannya.

Agler buru-buru menarik tangannya kembali, masih merasa was-was.

"Apa rencana lo?" tanya Agler dengan nada curiga, matanya menyipit menatap Zen.

Zen tertawa ringan, meletakkan tangannya di atas lututnya lagi.

"Gue gak punya rencana apa-apa. Hazel nyadarin gue kalau semesta ini luas, dan potongan rambut gue bikin gue keren," katanya sambil menyentuh rambutnya dengan gaya, mencoba membuat suasana lebih santai. "Dan akan lebih keren kalau gue berdamai sama semua orang."

"Apa hubunganya sama rambut?" tanya Panji memalui kontak mata dengan Tian.

"Si Hazel, ngomong potongan rambutnya keren dan dia bangga," balas Tian.

Agler tetap diam, memikirkan kata-kata Zen. Dia menatap Zen yang masih tersenyum dengan santai, lalu melirik Tian dan Panji yang kini tampak lebih tenang daripada biasanya. Dia menarik napas dalam-dalam, mencoba meredakan rasa curiganya.

***

Di parkiran sekolah yang ramai, Liliana berlari kecil menghampiri Ananta yang sedang menuju mobilnya. Matahari sore menyinari tempat itu dengan lembut, menciptakan bayangan panjang dari setiap benda di sekitarnya.

Ananta sudah mengeluarkan kunci mobil dari saku celananya dan siap membuka pintu ketika suara Liliana menghentikannya.

"Nta, gue mau ngomong sama lo," ucap Liliana dengan suara pelan, kepalanya sedikit menunduk.

Kakinya bergerak gelisah, mengayun-ayunkan kaki kirinya ke kiri dan kanan di atas aspal parkiran.

Ananta menghentikan gerakannya dan menatap Liliana dengan seksama. Ada keraguan di matanya, dia sebenarnya ingin segera pergi karena banyak hal yang harus diurusnya.

Pekerjaan menumpuk dan waktu terus berjalan, membuatnya merasa terburu-buru. Namun, melihat Liliana berdiri di depannya dengan wajah yang tampak gugup dan penuh harap, hatinya melembut.

"Masuk," ajak Ananta, membuka pintu mobilnya.

Liliana mengangguk dan masuk ke dalam mobil, duduk di sebelah Ananta yang segera menyalakan mesin dan mulai menjalankan mobilnya.

Suasana di dalam mobil terasa sedikit tegang, suara mesin yang berderu menjadi satu-satunya yang mengisi keheningan. Liliana menatap jalanan di depan mereka, mengumpulkan keberanian untuk berbicara.

"Gue rasa cukup sampai di sini misi lo buat deketin Hazel," ucap Liliana akhirnya, suaranya terdengar serius. Dia menoleh, menatap Ananta yang fokus mengemudi.

Ananta mendengar ucapan Liliana dan menatapnya sekilas sebelum kembali memperhatikan jalan. Mereka berhenti karena lampu merah, memberikan Ananta kesempatan untuk menjawab.

"Iya, gue gak ada niatan untuk deketin Hazel karena misi. Kita berteman," ucap Ananta dengan nada tegas namun tenang.

Liliana mendengar jawaban itu, tetapi kecemasannya belum hilang. Dia menggigit bibirnya dan memainkan jemarinya dengan gugup.

"Lalu gimana sama hubungan kita?" tanyanya, suaranya sedikit bergetar. Dia merasa cemas, takut akan jawaban yang mungkin keluar dari mulut Ananta.

Ananta menghela napas dalam-dalam, matanya menatap lampu lalu lintas yang berubah hijau. Dia memutuskan untuk tidak menjawab langsung, memilih untuk menjalankan mobilnya terlebih dahulu. Suasana kembali hening, hanya suara jalanan yang mengiringi perjalanan mereka.

1
Amazing Grace
semangat terus ya Thor,semoga sehat selalu dan makin sukses novel nya
Atika Norma Yanti: makasih doanya, lope-lope lah pokoknya
total 1 replies
Amazing Grace
makin seru up lagi Thor, please😭😭🙏🙏
Nova Lpg
novel nya keren ,,bikin penasaran
semangat terus author update nya ..😉
Atika Norma Yanti: makasih banyak udah mau mampir 😂
total 1 replies
Amazing Grace
semangat author 🤗
Atika Norma Yanti: makasih dukunganku, bakalan di usahakan untuk tetep up cerita 😂
total 1 replies
Ning28
akhirnya up juga soalnya lgi seru² banget sumpah😅😘
Atika Norma Yanti: iya, tapi gak bisa up banyak kayak sebelumnya. soalnya nih mata malah kegoda sama Drakor 😂
total 1 replies
Ning28
kenapa kok ga up ka pdhal lg seru tahu😭😅
Atika Norma Yanti: lagi maraton Drakor, judulnya Night Has Come, nyesel baru nonton sekarang 😭🤣
total 1 replies
Amazing Grace
semangat kak,alurnya makin seruu🤗🤗
Kanian June
mampir ya Thor ...
_no name_
up thor
Amazing Grace
semangat kak,pliss makin seru aja nih novel, penasaran banget hazel endingnya gimana🤗
Ning28
tuhkan nambah seru lagi apalagi up nya banyak makin seneng deh🥰😭
Amazing Grace
next author,seru bangett
Bening Hijau
jahat banget teman nya liliana
Atika Norma Yanti: terkadang teman bisa mengubah cara pandang kita terhadap orang lain
total 1 replies
Bening Hijau
penasaran dengan sosok rania yang sebenarnya
Ning28
sumpah klo udh diakhir tuh bikin kepo sendiri aja soalnya seru banget😍🤣
Ning28: iya wajib nonton sampe ending itumah😭😅
Atika Norma Yanti: wah🤣🤣... kalau udah nonton Drakor psikopat, suka lupa waktu
total 4 replies
Amazing Grace
semangat author,dari sekian banyak novel,novel Lo yang paling bagus menurut gw dan realita, karakternya juga ga terlalu berlebihan,ga sempurna ga menye menye juga🥰🥰 biasanya di novel lain tuh drama banget,kalo novel Lo langsung ngena dan alurnya juga bagus banget
Atika Norma Yanti: makasih banyak ya, komentar Lo bikin gue semangat buat lanjutin cerita ini. Yang awalnya gue kira gak akan ada yang baca. pokoknya makasih atas komentar positifnya
total 1 replies
Alfatih Cell
lanjut thor...
Atika Norma Yanti: ceritanya bakalan berlanjut karena otak masih jalan untuk buat alurnya 😂
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!