NovelToon NovelToon
Meraih Mimpi

Meraih Mimpi

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Keluarga / Persahabatan
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: isha iyarz

" Tapi sekarang kamu jauh dari abang. Siapa yang melindungimu kalo dia kembali merundung? " Arya menghela napas berat. Hatinya diliputi kebimbangan.
" Kalo dia berani main tangan pasti Diza balas, bang! " desis Diza sambil memperhatikan ke satu titik.
" Apa yang dia katakan padamu? " Arya menyugar rambut. Begitu khawatir pada keselamatan adiknya di sana. Diza menghela napas panjang.
" Mengatakan Diza ngga punya orang tua! Dan hidup menumpang pada kakeknya! " ujarnya datar.
" Kamu baik-baik saja? " Arya semakin cemas.
" Itu fakta 'kan, bang? Jadi Diza tak bisa marah! " pungkasnya yang membuat Arya terdiam.
Perjuangan seorang kakak lelaki yang begitu melindungi sang adik dari kejamnya dunia. Bersama berusaha merubah garis hidup tanpa menerabas prinsip kehidupan yang mereka genggam.
Walau luka dan lelah menghalangi jiwa-jiwa bersemangat itu untuk tetap bertahan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon isha iyarz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15

Mentari dan Diza lari pontang-panting hingga tiba di rumah. Napas mereka ngos-ngosan. Zeta yang sedang merawat kukunya di ruang tamu menatap keheranan. Lalu berteriak memanggil Tatiana yang berada di kamar.

" Kalian dari mana? " Zeta mengulurkan sebotol air kemasan yang ada diatas meja.

" Dari gedung di jalan Adipura itu " sahut Diza sambil menghempaskan tubuh ke sofa.

" Gedung kosong itu? " Tatiana menatap curiga.

" Kamu tau? " Mentari balik mengawasi.

" Dinding yang di dekat jendela sebelah kanan itu kan udah dipanjat tumbuhan menjalar. Iya kali kalo rumah penghuninya males bersihin. Kalo gedung yang dipake kan gak mungkin. Bocah aja tau itu gedung kosong! " Tatiana menatap tersinggung.

Mentari nyengir. Bangunan gedung memang terlihat dari jalan utama. Mungkin Tatiana melihat saat mereka observasi kampus kemarin. Mentari ikut rebah di sofa sebelah tengah.

" Kalian ngapain kesitu? Kok, ngga ngajak-ngajak, sih? " Zeta mengemaskan peralatan kukunya.

" Iya, nih, Diza! Kamu ngelakuin apa? Bang Arya nyuruh aku ngawasin kamu, lho! " Tatiana duduk di dekat Zeta.

" Aku cuma pingin tahu itu gedung apa. Penasaran aja! " sahut Diza yang masih mengatur napasnya.

" Kamu uji nyali? " Zeta membelalak.

" Ish, uji nyali, tuh malam! Ngapain aku pagi-pagi kesana. Hantunya baru tidur " sahut Diza gemas. Mentari tergelak.

" Trus kalian ngos-ngosan diuber apa? " Tatiana menatap keduanya bergantian.

" Aku ngeliat Mentari lari jadi aku juga lari " jawab Diza sambil bangkit dari posisi rebahannya.

" Lha, aku lari karena kupikir kamu ngajak lari " Mentari menoleh Diza yang juga menatapnya. Mereka tergelak bersama.

" Ada apa di sana? " Zeta terlihat tertarik.

" Ngga ada apa-apa. Cuma bekas hotel. Kamarnya terkunci. Tapi di balkon asyik. Seru banget ngadem kesitu " Diza berdiri. Dia hendak berganti baju.

" Sayang banget! Siapa tahu masih ada ranjangnya, kita bisa sesekali numpang tidur siang kesana. Kapan-kapan kita ke sana, yuk! " Zeta menatap antusias.

Mentari dan Diza saling melempar pandang.

" Kenapa? Masa' giliran kita mau ke sana kalian kayak keberatan! " Tatiana menatap jengkel.

" Oh, kamu juga mau? " Mentari mengusap wajah.

" Iyalah! Kalian kenapa, sih? " Tatiana menoleh Diza yang masih berdiri.

" Enggak kenapa-napa, sih! Ng, cuma kalo sekarang kayaknya belum, deh! Ya, kan, Diz? " Mentari menatap gadis yang batal melangkah itu.

" Iya! Kita belum daftar kuliah, lho! Dan kayaknya kita bakal sibuk sampe urusan itu selesai. Kalo memang ada waktu setelahnya kita ke sana nanti! " Diza mengacungkan dua jempol.

Keputusan yang memuaskan Zeta dan Tatiana. Tapi tidak dengan Mentari. Dia tampak keberatan sambil menatap kepergian Diza menaiki tangga menuju kamarnya.

*****

Wajah Arya tampak bersemangat. Setelah menyelesaikan pekerjaannya di toko dia segera berkemas pulang. Bersiap di rumah dan segera menutup pintu.

" Kamu mau berangkat sekarang? " ibu Melati tiba di halaman. Arya segera berbalik.

" Eh, ibu! Iya, bu, saya berangkat sekalian sama pak Yunus. Dia juga mau ke kota " jawab Arya lalu menuruni tangga sambil membawa tas besarnya.

" Boleh ibu titip Melati? Kan kalian ngga berdua aja. Dia mau bertemu Tatiana. Ada yang mau dibicarakan. Nanti pulangnya dia sama kakaknya. " wanita dengan gamis berwarna putih itu mendekat.

" Boleh, bu! Mobil pak Yunus masih lega. Karena barang cuma ditaruh di jok belakang " Arya tersenyum.

" Kalo gitu ibu pulang dulu. Nanti Melati biar tunggu di depan rumah " wanita itu berbalik. Arya menghela napas panjang. Dadanya berdebar senang.

Tak lama menunggu sebuah mobil berwarna hitam milik pak Yunus berhenti di tepi jalan. Arya bergegas mendekat dan naik.

" Nanti ke rumah pak Ilham dulu, pak. Melati mau ikut katanya " ujar Arya sambil menoleh.

" Wah, udah ngga mau ditinggal, nih! " Pak Yunus terkekeh. Wajah Arya memerah.

" Dia mau ketemu adiknya juga, pak! " jawab Arya salah tingkah.

" Iya, sekalian barengan. Kan seru rasanya, ya! " goda pak Yunus lagi. Arya hanya tertawa pelan.

Dan matanya menatap kagum saat Melati terlihat berdiri di depan rumah. Mengenakan gamis berwarna moka dengan hijab senada, wajah ayunya tampak menawan. Arya segera menundukkan pandangan. Pak Ilham turut membawakan dua tas besar saat anaknya naik.

" Biasalah keperluan anak kost, pak! " ujar lelaki dengan kaos hijau itu tersenyum lebar.

" Iya, paham, pak Ilham! Dua anak lelaki saya dulu juga begitu. Bawaannya mau serumah-rumah " pak Yunus tergelak. Mereka berbincang sejenak sebelum perjalanan dilanjutkan kemudian.

Nyaris pukul sembilan malam pak Yunus mengantarkan Arya dan Melati ke depan rumah Mentari. Keempat gadis tampak sudah menunggu di depan teras. Arya menurunkan barang bawaan dibantu pak Yunus.

Tak lama lelaki paruh baya itu pamit. Dia akan menginap di rumah anaknya. Diza berlari ke pelukan kakaknya. Baru beberapa hari, namun jarak terasa memisahkan mereka bertahun lamanya.

Mereka beriringan masuk dan berbincang di ruang tengah. Melati tampak sibuk mengeluarkan barang titipan ibu Lula pada Zeta. Wajah gadis itu menggelembung. Maminya dengan yakin mengirimkan beberapa boneka di dalam tas. Teman-temannya hanya tertawa.

" Apa di sini ngga ada penginapan? " Arya menatap adiknya yang masih duduk di dekatnya.

" Ngga nginep di sini aja, bang? " Tatiana yang asyik makan kue kiriman ibunya menoleh.

" Ngga enaklah. Bang Arya cowok sendiri! " celetuk Zeta.

" Padahal kita ngga keberatan, yaa? " Bulan menimpali. Arya hanya tersenyum.

Tatiana dan Melati izin masuk kamar lebih dulu. Mereka akan membicarakan urusan keluarga yang dititip ayah mereka pada Melati.

Bulan yang tampak tertarik pada sosok Arya berusaha mendekati lelaki itu. Mencarikan hotel terdekat lewat aplikasi dan juga menyiapkan jemputan.

Diza menemani kakaknya menunggu grab yang akan menjemput Arya. Mereka duduk berdua di bangku taman yang ada di tengah halaman.

" Abang makan apa ngga ada Diza? " gadis itu menggenggam tangan kakaknya erat.

" Sesempatnya aja masak, dek! Kerjaan di toko alhamdulillah banyak. Ada aja yang nganter ketikan atau cetak poto " Arya menatap Diza lembut.

" Jurusan kuliahnya ganti, dong? " Diza tertawa.

" Nggalah! Belajar komputernya bisa sambil jalan. Kuliah juga ngga ngoyo. Kalo ngga terpaksa udah janji sama kamu rasanya abang mau batal aja kuliah! " Arya tertawa saat melihat adiknya merengut.

" Diza marah kalo abang batal! Kak Melati bilang kuliahnya santai, kok! Kapan jadwal tatap muka? " Diza duduk sambil melipat kaki.

" Mungkin bulan depan " jawab Arya.

" Abang, kok, bisa datangnya sama kak Melati? " Diza menatap curiga.

" Dia memang disuruh orang tuanya ke sini. Kayaknya masalah Tatiana dengan keluarga kandungnya. Kita berangkat juga sama pak Yunus, kok! " tutur Arya.

" Abang ngga mau ngelamar kak Mel? " Diza menatap antusias. Eh, Arya menoleh dengan wajah sedikit memerah.

" Ngomong apa kamu? " bisik Arya gemas. Dia menoleh kesana kemari.

" Ngga ada orang, kok, bang! " ujar Diza terkikik geli.

" Dia belum selesai kuliah. Masih magang juga. Orang tuanya pasti ingin dia berhasil dulu baru menikah. Lagi pula pak Ilham keluarga terpandang, dek! Abang tak berani berharap " Arya meringis.

Dia memang menjaga agar tidak larut terlalu jauh dalam rasa suka yang menghuni hatinya. Bukannya minder, tapi Arya masih ingin melakukan banyak hal dalam hidupnya sebelum dia memutuskan membina hubungan serius dengan seorang wanita.

" Jangan sampai kak Melati diambil orang, bang! " ujar Diza pelan. " Kak Bulan juga kayaknya suka sama abang! " Diza menatap kakaknya yang melengos.

Suara mobil grab yang tiba di depan pagar membuat mereka menghentikan obrolan. " Besok abang kemari lagi! " Arya memeluk adiknya erat sebelum dia menaiki mobil hitam dengan stiker besar di bodi sampingnya itu.

1
Dhedhe
deg²an bacanya ..ikut berimajinasi 🤭🤭
Iza Kalola
wow woww... sport jantung..🫠
Iza Kalola
penuh misteri 🫠
Aisha Lon'yearz
thanks dukungannya, kaka
Iza Kalola
cukup menegangkan dan aku suka cerita yang seperti ini... semangat thor, masih nungguin kelanjutan ceritanya./Determined/
Iza Kalola
keren, semoga makin banyak yg baca karya ini. semangat selalu author/Determined/
Aisha Lon'yearz
makasihhh 😊
Jasmin
lanjut Thor
Jasmin
aku suka, aku suka... gaya bahasa yg enak dan gak bisa di lewatkan per kata 🥰
Jasmin
mantap Thor
Jasmin
Arya 💥
Jasmin
keren Thor ..
Jasmin
keren
Fannya
Aku suka banget ceritanya, terus berinovasi ya thor!
Daina :)
Ditunggu cerita baru selanjutnya ya, thor ❤️
Kieran
Membuat mata berkaca-kaca. 🥺
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!