NovelToon NovelToon
Ragna: Merasuki Tubuh Anak Idiot

Ragna: Merasuki Tubuh Anak Idiot

Status: sedang berlangsung
Genre:spiritual / Reinkarnasi / matabatin
Popularitas:22k
Nilai: 5
Nama Author: Matatabi no Neko-chan

Dituduh sebagai pemuja Iblis, Carvina melakukan bunuh diri dengan meminum racun.
Terombang-ambing dalam kegelapan sembari membawa luka dan menjadi tawanan iblis, tiba-tiba saja dia terbangun dalam tubuh seorang anak kecil yang ternyata memiliki keterbelakangan mental.
Diperlakukan layaknya hewan, dia mulai membalas perlakuan mereka satu persatu.
Bagaimana kisahnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Matatabi no Neko-chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Lima Belas

Selama beberapa kehidupan, Ragna pernah melakukan teleportasi. Dia juga pernah melakukan perjalanan dengan menggunakan kereta kuda. Tapi tidak seperti hari ini.

Kali ini, gadis kecil itu berusaha mencari tempat nyaman dalam pelukan Joshua. Tangan kecilnya membekap mulut sambil menahan sesuatu yang merangsek hendak keluar dari perutnya.

Gadis kecil itu mengumpat dalam hati sambil menahan pusing dan mual yang begitu menyiksa, sambil sesekali memperbaiki posisinya agar tidak muntah.

Decitan ban, deru mesin serta suara tembakan terdengar bersahutan, membuat Joshua tak henti-hentinya mengumpat, bahkan sesekali pria itu berteriak heboh seperti saat ini.

"AWAS DI DEPAN!!"

"GYAAA!! HENTIKAN!!"

"INI GILAA!!"

"ALBERT!! AKU BERSUMPAH AKAN MEMBUNUHMU NANTI!!"

Dan sang pelaku hanya bisa tersenyum riang sambil sesekali melakukan drifting, mengingat jalanan yang berkelok dan sedikit lenggang. Sesekali mobil sedan civic itu menyalip mobil maupun truk besar dengan kecepatan tinggi, membuat Joshua sesekali berteriak histeris.

Yah, Albert mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi, seperti menantang malaikat maut untuk mengerjai mereka, agar berpikir dua kali untuk mencabut nyawa.

'Duaarr!'

Ragna melirik ke arah spion mobil saat mendengar suara ledakan. Terlihat dua mobil meledak jauh di belakang dan terjadi kemacetan.

"Aku... Heuk... Mau muntah." Ragna berusaha sekuat tenaga untuk mengeluarkan kata-katanya.

"Aku... Heuk... Juga..." Joshua berusaha menahan rasa mual yang bergejolak hebat. Pria itu berusaha mati-matian menahan hasratnya yang sudah di ujung tanduk.

"Oh? Maafkan aku. Kita akan tiba beberapa saat lagi." Albert hanya berkata santai sambil menaikkan kecepatan mobilnya sambil sesekali melirik Joshua dan Ragna yang memasang wajah jelek.

Mobil mereka akhirnya masuk jalur tol, melesat dengan kecepatan tinggi menuju kota G.

'Hoeekkk.... Hoeeekkkkk...'

Terlihat dua orang, satu anak kecil dan satu pria dewasa tengah memuntahkan isi perutnya pada akar pohon. Sementara seorang pria lainnya menepuk-nepuk punggung mereka dengan santai sambil memasang wajah tak bersalah.

"Kenapa kalian kompak sekali, sih?" Tanya Albert tak habis pikir. Padahal menurutnya, dia mengendarai mobil dengan biasa saja.

Joshua menyudahi acara muntahnya dan menatap Albert kesal, "Kau berniat membunuh kami, hah?! Kalau mau mati jangan ngajak-ngajak, dong!"

Albert menyeringai, "Aku kebablasan."

Joshua berdecak kesal. Kalau bukan sahabatnya, Joshua akan dengan senang hati menyuntikkan formalin pada Albert saking jengkelnya.

Ragna menghampiri Albert dengan sempoyongan, membuat pria itu merasa sedikit bersalah pada keponakannya. Pria itu memutuskan menggendong Ragna yang kini memasang wajah kesal, tetapi terlihat menggemaskan di matanya.

"Sudah selesai memupuk tanaman? Sebaiknya kita bergegas."

Ragna hanya menganggukkan kepalanya lemah. Rasa pusing dan tak nyaman masih menderanya membuat gadis kecil itu enggan berkomentar. Samar-samar dia mendengar suara beberapa mobil di kejauhan membuat gadis kecil itu menoleh pelan.

"Mereka sudah dekat." Ucap Ragna lemah.

Albert dan Joshua terdiam. Keduanya saling pandang saat melihat Ragna yang tampak tenang. Apalagi gadis kecil itu terlihat seperti sudah biasa dalam kondisi berbahaya.

Dan perkataan Ragna benar, mereka mendengar suara kendaraan yang membuat keduanya bergegas menuju mobil yang terparkir tak jauh dari sana.

"Biar aku yang menyetir." Tukas Joshua.

"Kau yakin?"

"Lalu aku harus pingsan setelah membiarkanmu ngeprank malaikat maut? Tidak terimakasih!"

Joshua segera menuju kursi kemudian dan menyalakan mobilnya. Sambil menggendong Ragna, Albert segera duduk disebelah kemudi tanpa memasang sabuk pengaman.

Mobil itu melaju dengan kecepatan delapan puluh kilometer, membelah jalanan yang sedikit padat mengingat saat ini hari sudah sore dan banyak orang yang pulang dari kerja.

"Sebentar lagi malam. Bagaimana jika kita menyewa sebuah penginapan? Aku khawatir jika kita menyewa hotel, mereka berhasil melacak keberadaan kita." Usul Joshua.

"Tidak masalah."

'Brakh'

'Brakh'

Seorang pengendara motor tiba-tiba memukul kaca samping pengemudi, membuat Joshua kaget. Mereka menoleh dan mendapati beberapa pengendara motor mengikuti dengan membawa senjata.

Joshua berusaha mengemudi dengan tenang. Tetapi salah seorang pengendara motor tiba-tiba berhenti mendadak beberapa meter di depannya, membuat pria itu membanting stir ke kiri untuk menghindari tabrakan. Naas dia malah membawa mobilnya menuruni sebuah turunan yang curam dengan jurang menganga lebar serta terdapat sungai di bawahnya.

Albert memeluk Ragna erat agar gadis kecil itu tidak ketakutan, meski dalam hati pria itu merasa gelisah mengingat mobil sedan yang dia tumpangi melesat menuruni bibir jurang yang curam dan licin.

Joshua berusaha menghentikan laju mobilnya dengan menginjak rem mobil sekuat yang dia bisa. Untungnya mobil itu berhasil berhenti beberapa meter sebelum masuk ke jurang.

"Kalian keluarlah. Biar aku yang menahan mobil ini." Lirih Joshua sambil menenangkan diri. Dia menatap Albert dan Ragna penuh harap agar keduanya segera turun dari mobil.

"Bagaimana denganmu?"

"Jangan pedulikan aku. Salah satu dari kita harus hidup, Al," Joshua tersenyum. "Terimakasih telah menjadi sahabatku."

"Apa yang kau katakan?! Kita sudah sepakat untuk memulai hidup bersama!" Teriak Albert marah.

Ragna menatap Joshua dan Albert bergantian. Saat hidup dan mati di pertaruhkan, keduanya tetap mempertahankan tali persahabatan yang membuat gadis kecil itu tersentuh.

"Tapi kita tidak bisa membiarkan Ragna dalam bahaya, kan?"

Keduanya berpikir keras.

Joshua melirik ke arah spion mobil yang memantulkan keadaan di pinggir jalan. Terlihat kerumunan orang-orang berpakaian serba hitam lengkap dengan senjata api yang mengarah kearah mereka. Lalu di antara orang-orang itu, terlihat tiga pria yang mereka kenal yang sukses membuat Joshua kecewa.

Orang yang dianggap sahabat ternyata menginginkan kematiannya.

"Paman, Om, bagaimana jika kita buat mereka senang dulu? Setelah beberapa waktu, kita akan balas mereka," Celetuk Ragna tiba-tiba.

"Kita tidak bisa keluar, Nak. Jika kita keluar, maka mereka akan menghujani dengan peluru." Albert menjawab dengan nada bergetar.

Saat ini mereka tidak bisa kabur dari kepungan orang-orang berpakaian hitam yang berdiri di pinggir jalan. Bisa-bisa mereka akan tertangkap dan menjalani penyiksaan.

"Oh? Bagaimana jika menunjukkan kematian kita kepada mereka? Akan lebih bagus jika kita membuat keinginan mereka menjadi nyata." Ragna berkata sambil tersenyum smirk.

Joshua menggeleng tak setuju, "Jalan hidupmu masih panjang, Nak. Kau harus hidup."

"Tembak mobil itu!" Suara seseorang terdengar dari sana, membuat Albert dan Joshua mengepalkan tangannya, menahan emosi yang siap meledak.

Ragna menatap mereka dengan senyum smirk, "Apakah kita harus mati sungguhan? Alangkah baiknya jika mereka memiliki pemikiran seperti itu."

"Kau memiliki rencana?"

"Aku tidak akan berkata seperti itu jika tidak memiliki rencana, Paman."

Suara tembakan terdengar yang sukses membuat mereka tiarap menghindari pecahan kaca. Mereka tidak memiliki waktu untuk memikirkan Ragna dan kata-katanya.

Joshua yang panik tak sengaja membuat mobil itu mulai berjalan perlahan, menuruni lereng jurang yang curam sebelum akhirnya terjun bebas dan meledak di dasar jurang.

Tiga orang pria tersenyum puas saat melihat sedan civic menuruni jurang dan meledak di bawah sana. Segera mereka pergi meninggalkan lokasi tersebut.

Mereka pergi menuju bar yang terletak di pusat kota, merayakan kemenangan setelah berhasil menyingkirkan dua orang yang mereka anggap sebagai hama.

Theo memimpin jalan diikuti Kiandra Leorio Asianta, pewaris keluarga Asianta bersama Ikhsan Arantaya menuju sebuah ruangan VIP. Di sana telah terdapat beberapa orang yang duduk sambil meminum vodka.

"Bagaimana? Kalian sudah berhasil menyingkirkan mereka?" Tanya pria paruh baya itu, Aaron Alton Mahesa.

"Sudah, Tuan Aaron." Theo menjawab sambil tersenyum puas, "Mobil mereka turun ke jurang dan meledak di sana."

"Hahaha! Kerja bagus!" Aaron tertawa puas sambil tepuk tangan, "Akhirnya anak itu mati juga, hahaha!"

Ketiga pria itu memilih diam sambil melemparkan tatapan penasaran. Yang mereka tau, Aaron memiliki tiga anak dan dua diantaranya sudah menikah.

"Siapa yang anda maksud, Tuan?" Tanya Theo hati-hati. Pasalnya mobil itu milik Joshua yang berisi tiga orang penumpang.

"Oh, kalian tidak tau, ya?" Tanyanya dengan mengejek, "Kalian telah berhasil menyingkirkan salah satu orang yang paling ingin aku singkirkan sejak lama. Albert Fernando. Keberadaannya membuatku terancam. Dan berkata bantuan kalian, aku berhasil menyingkirkan nya sejak lama."

"Dan kalian juga telah berhasil menyingkirkan Joshua. Anak itu memang seharusnya sadar diri." Umpat salah satu pria paruh baya di sana sambil menenggak vodka.

Aaron menuangkan vodka kedalam sloki dan menawarkan kepada tiga pria yang ada di sana.

"Mari kita rayakan keberhasilan kita!" Ucapnya bahagia sambil mengangkat sloki.

Mereka bersulang, merayakan keberhasilan melenyapkan Albert dan Joshua, mengingat keberadaan dua orang itu bisa saja mengancam mereka.

Albert Fernando dan Joshua Alandero, pria muda yang memiliki kecerdasan dan wibawa yang tak biasa. Bahkan mereka berdua jika bekerja sama bisa mengancam perusahaan besar sekalipun.

Tetapi keberadaan dua orang itu kini telah hilang dari muka bumi yang membuat mereka bernafas lega. Mereka berpesta merayakan keberhasilan tanpa menyadari seekor kupu-kupu merah darah memperhatikan kegiatan mereka.

Kupu-kupu itu mengepakan sayapnya, pergi menuju ventilasi udara menerobos gelapnya malam.

1
Fatin Fiqah
Luar biasa
safira
cerita menarik tapi membinggungkan..sbb tadinya d cafe dengan pamannya serta dokter jushua kenapa tetiba ada adik dari sebelah bapanya..dan berani keluar sulur berduri..bukan ka d tempat awan..🤔
Daniela Whu
ivanka kan seharusx nama perempuan ya 😏 kok ini jd nama cowok 🤭
Cahaya yani
akhr ny raja iblis kmbli
Cahaya yani
lah iy tinggalkn sja
nury
Luar biasa
Daniela Whu
astoge mulut anak SD lo itu sdh kyak mulut jalang
Cahaya yani
sampah teriak sampah
Lina Sofi
jgn kelamaan up thor ak nungguin g nongol2 sedih/Cry//Cry//Cry/
Lina Sofi
bantai musuh2y leon alan
Suzana Diro
jeremy nya cool sekali
Daniela Whu
ragna sama leon juga dokter siapa itu belum balas dendam ke orang" yg berniat membunuh x kh
Daniela Whu
kok bisa leon berubah jd iblis ya gimna cerita x awal kn dia cuma pemuda biasa gk ada tuh hawa" keiblis san
Tati Suriyati
lanjutkan ceritanya, menarik menegangkan 😊
deria
wah thor lama amat upnya😂
siapa tuh yang punya aura hitam😣
Lina Sofi
bumi hanguskan tuh desa
Daniela Whu
la kapan nih mereka balas dendam ke keluarga yg telah membuat mereka hancur? kok sdh lain lg ceritax
Lina Sofi
keren thor up kurang thor
deria
ayo ragna santet aja dia kayak dulu nyantet lina biar sekalian tuh ama anaknya😂😂😂 kalo dah cerai dari ayahmu🤣🤣🤣
Lina Sofi
bodoh cerai aj damai hidup bertiga
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!