NovelToon NovelToon
Di Tepi Senja

Di Tepi Senja

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: Anggi Febriani

Kebanyakan orang-orang berpikir bahwa tidak ada cinta yang akan bertahan, apalagi di usia remaja, dan aku juga sependapat dengan mereka. Namun, dia membuktikan bahwa cinta itu benar-benar ada, bahkan anak remaja sekalipun bisa mendapatkan cinta yang akan menjadi pasangan hidupnya. Semua itu tergantung siapa orangnya.

Dari pengalaman ini aku juga banyak belajar tentang cinta. Cinta itu memang menyakitkan, tapi di balik semua itu pasti ada jalannya. Dia selalu mengajari ku banyak hal, yang paling aku ingat dia pernah mengatakan "rasa suka tidak harus dibalas dengan rasa suka." Dia lelaki yang dewasa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anggi Febriani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 15

Hari yang ditunggu-tunggu datang juga, kegiatan porseni dilaksanakan hari ini. Kami membuka kegiatan porseni diawali dengan doa. Kegiatan atau lomba pertama adalah speech. Speech dilakukan di aula dan penontonnya terbatas. Setiap kelas hanya boleh membawa dua teman. Aku membawa Kezia dan Kevin, mereka selalu menyemangati aku disaat aku tidak percaya diri. Setiap hari aku terus melatih kemampuan berbicara ku agar lancar ketika berbicara. Terkadang aku mau gugup di atas panggung, tetapi dibalik semua itu aku selalu melawan rasa gugup itu. Aku harus percaya bahwa aku bisa.

Saatnya pengambilan nomor. Aku menutup kedua mataku, lalu mengambil salah satu kertas yang ada di atas meja. Pada hitungan ketiga, kami peserta speech sama-sama membuka kertas. Jantung ku tidak stabil, aku tidak berani melihat nomor yang ada di kertas itu.

"Kamu nomor berapa Tarasya?" Ma'am bertanya kepadaku.

Aku membuka kedua mataku dan melihat nomor yang dicantumkan di kertas yang aku pegang, nomor 1. Aku urutan pertama. Aku tidak dapat percaya bahwa aku mendapat nomor pertama. Ini adalah salah satu alasan mengapa aku tidak suka mencabut nomor, aku selalu mendapat nomor yang paling awal.

"Nomor pertama ma'am," jawabku dengan tersenyum paksa.

Aku kembali ketempat dudukku. Aku memberitahu Kevin dan Kezia bahwa aku mendapat nomor pertama. Kezia memberiku semangat, dia yakin bahwa aku bisa melakukannya, sedangkan Kevin dia menertawai ku karena aku nomor pertama. Setelah puas tertawa akhirnya dia menyuruhku untuk tetap tenang dan percaya diri, dia juga menyuruh supaya aku tidak gugup saat di atas panggung.

"Believe in yourself, you can do it! I know you won't disappoint us Tarasya. Be confident, okay?"

Oh my goodness! Inilah hal yang paling ku suka dari Kevin, dia sangat lancar bahasa Inggris, dia bisa aku ajak untuk berlatih speaking ku. Anehnya dia tidak mau menjadi peserta speech, terpaksa aku harus melakukannya.

"Thank you, Kevin."

"Don't be nervous, okay?"

"Okay."

Aku menarik napas panjang dan membuangnya lagi dengan perlahan. Aku berusaha membuat diriku tenang, aku tidak mau gugup saat di atas panggung. Memang tidak ada salahnya jika aku gugup di atas panggung, hanya saja aku merasa tidak nyaman jika aku gugup. Aku membaca kembali isi pidatoku, aku benar-benar sudah menguasai mereka. Aku berencana tidak membawa kertas, tapi Kevin menyarankan sebaiknya aku membawa kertas siapa tahu aku gugup dan kemudian lupa.

"For the first number of participants, we invite you to come up to the stage. Everyone clap your hands!"

Suara tepuk tangan yang meriah. Aku naik keatas panggung tanpa ada rasa gugup. Aku percaya pada diriku sendiri bahwa aku bisa, aku sangat yakin aku bisa.

"Hi everyone, the honorable judges and," aku berpidato dengan santai. Aku melakukan kontak mata dengan audiens, dan aku menggerakkan tangan ataupun tubuhku sesuai dengan apa yang aku sampaikan, dan aku tidak lupa menunjukkan senyuman manis ku kepada mereka. Aku terus berbicara dengan percaya diri, aku tidak peduli jika ada yang mengata-ngatai aku dari belakang, perkataan mereka tidak akan membuatku sakit hati, dan tidak akan mempengaruhi pidatoku.

Sekitar 15 menit, aku kembali ketempat dudukku. Kevin dan Kezia memberi aku tos. Mereka berkata bahwa aku sangat keren, aku juga berpikir demikian. Kevin mengambil video saat aku sedang berpidato, aku akan melihat video itu nanti. Sekarang saatnya untuk menyaksikan nomor urut kedua.

"Teman-teman, aku luan keluar ya, Jia mengabari lomba voli udah mulai," ucap Kezia.

"Okay, hati-hati Kezia," jawabku.

Kini tinggallah aku dan Kevin. Kami sama-sama menyaksikan nomor urut dua berpidato. Bukannya aku mau menilai, hanya saja nomor urut dua kurang percaya diri, padahal pronunciation dia bagus, dan sayangnya nomor urut dua tidak menguasai materi yang dibawakannya, sehingga dia melihat kertas.

Setelah ku amati, ternyata nomor urut dua adalah Fiya. Dia dikenal sebagai murid yang ramah dan pintar. Kami seangkatan, hanya penempatan kelas saja yang berbeda. Fiya adalah murid kelas X-1, aku akui dia memang cantik, apalagi ketika rambutnya digerai. Banyak cowok tampan yang mengejar dia, sayangnya dia menolak mereka.

Kemarin ada rumor (eh sepertinya bukan rumor), bahwasanya Fiya suka sama Kevin. Dulu dia sering datang ke kelas kami, aku pikir kedatangannya untuk bertemu dengan temannya, ternyata dia hanya mencari Kevin. Waktu itu aku pernah datang kesekolah bersama Kevin dan tentu saja kami sama-sama masuk kedalam kelas. Tapi saat aku berada di depan pintu, Fiya mendorongku dengan sekuat tenaga. Aku sontak terkejut, tiba-tiba didorong seperti itu. Fiya juga memberiku tatapan tajam. Untungnya Kevin membelaku, dia marah sama Fiya. Aku masih ingat Kevin berbicara apa, "Apa-apaan kamu ini? Kalau sampai Tarasya luka gimana? Mau tanggung jawab kamu?". Aku senang sekali waktu itu, Kevin menopang ku berjalan ke bangku kami.

"Kevin lihat ke depan, cewek itu cantik, kan?" Aku menggoda Kevin. Aku ingin mengingatkan dia ke masa lalu.

"Tidak ada wanita yang cantik di dunia ini kecuali wanita yang sedang duduk bersama ku." Kevin menatapku dalam. Aku terdiam mendengar jawaban yang dia beri. Sejak kapan dia belajar menggombal? Apa dia sedang bercanda atau memang isi hatinya?

"Aku tidak suka kamu yang begini." Aku geli mendengar omongan Kevin. Dia tidak cocok menjadi makhluk bucin.

"Oh ayolah Tasya, kamu harus terbiasa dengan gombalan ku."

"Diam, kita harus menghargai orang yang sedang berpidato."

Aku kembali melihat Fiya berpidato. Dia menatapku dengan tatapan tidak suka. Aku tidak tahu mengapa, sepertinya dia memperhatikan kami dari tadi. Mungkin dia masih menyukai Kevin, but it's not my business.

Aku merapikan rambut Kevin yang sedikit berantakan. Sengaja ku lakukan, selagi Fiya masih melihat. Aku ingin membalaskan dendam ku dengan menunjukkan kemesraan kami. Aku tidak akan pernah setuju jika sahabatku ini berpacaran dengan orang seperti Fiya. Aku mulai tidak menyukai Fiya semenjak dia mendorong ku.

"Ada apa Tasya?"

"Sedikit berantakan pria tampanku."

"Oh baiklah, tolong rapikan Tuan Putri ku."

Oh sial, seharusnya aku tidak melakukan ini. Kevin sungguh membuatku geli ketika menggombal. Dia pikir aku akan jatuh cinta dengan gombalannya? Huh tidak akan (kecuali dia membelikan ku banyak makanan). "Sudah selesai. Sekarang lihat ke depan! Aku tidak nyaman jika terus diperhatikan seperti itu."

Kevin mengangguk. Dia melihat Fiya sedang berpidato. Pasti hati Fiya sedang berbunga-bunga karena Kevin melihatnya. Terpapar jelas di wajah Fiya terdapat kebahagiaan. Sungguh wanita yang mengesalkan.

1
Shoot2Kill
Ceritanya luar biasa, author semangat terus ya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!