Ibunya masuk rumah sakit jiwa
Ayahnya sedari dulu tidak pernah mengakuinya
dan kekasihnya malah berpaling pada Kaka tirinya.
Inilah kisah Naina, gadis sejuta luka tapi tetap tersenyum.
ketika usia Naina berusia 12 tahun, ibunya masuk ke dalam rumah sakit jiwa akibat ulah ayahnya, dia juga dibuang ke panti asuhan.
6 tahun berlalu ayahnya memanggilnya, Dia pikir ayahnya memanggilnya untuk meminta maaf tapi ternyata Naina salah.
ayahnya menyuruh dia datang, meminta dia melepaskan Gerald yang tak lain kekasihnya, yang juga sama-sama berasal dari panti asuhan. ayahnya melakukan ini karena ternyata, Kakak tirinya menyukai kekasihnya. yang paling membuat Naina sesak, ternyata kekasihnya juga menyetujui ucapan ayahnya.
Dan pada akhirnya Naina jatuh di luka paling dalam, tapi tanpa Naina sadari balik luka yang dia derita ada kebaha
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi kim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menyetujui
Men temen seneng banget aku tuh like nya udh stabil, srkang aku up 4 bab ya, besok up 4 bab lagi kalau komen di atas 100 dan like di atas 800
"Kau pikir kau bisa mengaturku?" Carlos masih tidak terima Naina melawan, terlebih lagi untuk pertama kalinya, ada orang yang berani membantahnya, dan yang lebih parah yang membantahnya adalah istrinya sendiri, yang sempat dia anggap akan selalu menurut padanya.
"Apa kau ingin melihat ibumu lenyap!" Carlos kembali mengancam Naina menggunakan nama Regina, namun reaksi Naina justru diluar dugaan.
"Tidak apa-apa jika kau ingin melenyapkan ibuku. AKu rasa ibuku juga sudah lelah di dunia ini, jadi lakukan apa yang kau ingin lakukan pada ibuku. aku tidak peduli, mari kita semua akhiri sampai di sini, maaf kau tidak akan pernah melihat anak ini!" Setelah mengatakan itu Naina mengayunkan tangannya ke udara, gerakannya terlihat seperti akan menusukk perutnya.
"Cukup!'' teriak Carlos, sepertinya lelaki itu tidak punya pilihan selain mengikuti keinginan Naina, tentu saja ini semua demi keselamatan calon anak-anaknya. dan diam-diam Naina menghela nafas lega karena Carlos berteriak hingga Naina menghentikan gerakannya.
"Sekarang, apa yang kau mau?" pada akhirnya kata-kata itu keluar dari mulut Carlos,
“Pertama, jangan memaksa aku menjadi mendiang istrimu, dan kedua aku ingin kembali tinggal dengan Syafira, dan ketiga jangan perlakukan aku dengan buruk, bebaskan aku melakukan apa pun yang aku mau, maka aku akan tetap tinggal di sini dan akan menjaga anak-anak ini!"
Naina mengatakan semua itu dengan nafas yang tersengal, karena jujur saja dia takut melihat Carlos sekarang yang sedang menatapnya dengan tatapan bringas.
"Oh, kau mulai berani ya." Walaupun Carlos takut Naina akan melakukan seperti tadi, tapi Carlos masih enggan untuk mengikuti keinginan Naina.
"Sepertinya tidak ada pilihan lain, selain membawa anak-anak ini pergi!'' Naina kembali melemparkan ancamannya, hingga membuat Carlos geram.
"Baiklah!'' teriak Carlos ketika Naina seperti akan mengayunkan tangannya ke udara.
"Lakukan apa pun yang kau, tapi jika terjadi sesuatu dengan anak-anakku, maka kau akan tau akibatnya." Setelah mengatakan itu, Carlos pun berbalik dan pergi meninggalkan ruang makan.
Dan tepat ketika Carlos pergi, perlahan tubuh Naina merosot kebawah, wanita itu langsung menangis sejadi-jadinya, kali ini dia menangis karena merasa lega dan bahagia, akhirnya dia bisa mendapatkan kehidupannya dan kebebasannya.
"Ayo bangun!" tiba-tiba terdengar suara Gavin, hingga Naina tersadar, dia pun langsung menerima uluran tangan Gavin.
"Maafkan aku tuan Gavin jika kau harus mengambil keputusan ini," ucap Naina, walaupun sekarang tubuhnya sangat lemas, tapi Naina berusaha untuk berbicara pada Gavin.
bukannya menjawab, Gavin malah tersenyum "kau sudah melakukan langkah yang benar," jawab Gavin, "pergilah ke kamar Syafira, pelayan akan mengirimkan makana yang selama ini kau mau," jawab Gavin, dia melihat semuanya tadi, hingga Gavin yakin Naina sedang lapar.
"Terima kasih Tuan Gavin," jawab Naina, setelah mengatakan itu, Naina pun langsung berbalik kemudian berjalan melewati lorong,.
Ketika berjalan, bahu Naina bergetar, karena dia menangis sesegukan. sungguh ia benar-benar merasa lega.
Ketika sampai di depan kamar Syafira, Naina langsung membuka pintu, hingga Syafira yang sedang melamun langsung menoleh.
"Bibi!" pekik Syafira dengan girang, gadis kecil tu langsung turun dari sofa kemudian dia langsung menghampiri Naina, hingga Naina langsung menekuk kakinya mengatakan dengan Syafira.
"Bibi!"
"Syafira!"
Naina dan Syafira memanggil dengan berbarengan, dan sedetik kemudian keduanya saling memeluk, dan tanpa di duga Naina dan Syafira menangis bersamaan. Syafira menangis karena dia bahagia bisa melihat Naina sedangkan Naina menangis karena bahagia terlepas dari belenggu yang mengikatnya.
Sekarang, hati Syafira sudah mulai luluh pada Naina, walaupun dia hanya di asuh sebentar oleh Naina, tapi ketika Naina menikah dengan Carlos, Syafira mulai kehilangan.
Jika biasanya dia ingin selalu bertemu Carlos, tapi sekarang berbeda. Dia malah selalu ingin bertemu dengan Naina, dan bahkan Syafira enggan hidup dengan pengasuh lain, hingga setelah Naina menikah dengan Carlos, Syafira lebih sering menghabiskan waktu sendiri.
Dan sekarang, dia juga sangat menurut Naina.
Dan barusan Syafira sangat merindukan Naina, berharap Naina datang ke kamarnya, walaupun Syafira yakin itu tidak mungkin. Tapi, ternyata Tuhan mengabulkan doanya, sekarang Naina datang ke kamarnya.
Naina melepaskan pelukannya, kemudian menghapus air matanya. “Kau rindu bibi?" Tanya Naina seraya menghapus air mata Syafira, hingga Syafira pun mengangguk.
“Hmm, aku rindu bibi," jawab Syafira, dia kembali memeluk Naina, melampiaskan kerinduannya.
***
Setelah meninggalkan Naina di ruang makan, Carlos langsung berjalan ke arah ruang kerjanya, lelaki itu tentu berjalan dengan emosi. Selain emosi pada Naina, dia juga emosi pada dirinya sendiri, yang malah menyetujui keinginan istirnya.
Setelah masuk kedalam ruang kerjanya, Carlos langusung membanting tubuhnya di sofa, lelaki tampan itu berusaha mengatur nafasnya yang tidak beraturan. Sekarang yang membuat Carlos semakin kesal dia tidak bisa lagi menyentuh Naina, padahal selama 3 bulan ini tubuh Naina benar-benar bagai candu untuknya.
Bahkan ketika Naina sudah dinyatakan mengandung, Carlos tidak berhenti untuk menyentuh wanita itu. Hanya saja dia melakukannya dengan lembut karena tidak ingin membuat calon anak-anaknya terluka.
Tak lama pintu diketuk dari luar, hingga Carlos langsung mempersilahkan masuk, karena tau yang mengetuk pintu adalah Gavin
“Tuan, anda baik-baik saja?" Tanya Gavin membuat Carlos menoleh.
“Apa kau pikir wajahku mengatakan aku baik-baik saja?” Hardik Carlos, lelaki itu kembali di dera emosi saat mendengar pertanyaan dari Gavin.
“Maaf Tuan.” Gavin dengan cepat meminta maaf, membuat Carlos berdecak.
“Apa ada tugas untukku?" Tanya Gavin, Carlos tidak menjawab. “Apa anda butuh saran, Tuan?” tanya Gavin lagi, jika sudah seperti ini Gavin yakin, Carlos butuh saran darinya.
“Tuan, istri anda masih sangat labil, dia masih berusia 18 tahun dan emosinya masih belum stabil, jadi jika anda tetap ingin dia menurut, coba anda turunkan ego anda, dan tetap mengikuti keinginannya, hingga dia akan nyaman, anak anda akan tenang di dalam kandungan istri anda dan pasti Naina juga akan menuruti apa pun kata anda."
Mendengar saran Gavin, emosi Carlos kembali naik. “Kau sedang memerintahku untuk menuruti apa keinginan wanita itu!” hardik Carlos, membuat Gavin menggeleng
“Ini hanya saran, Tuan.” Gavin menjawab dengan enteng.
“Pergi sana!” usir Carlos, hingga Gavin mengangguk, kemudian dia keluar dari rumah kerja bosnya.