Audrey ditipu Adik kembarnya. Ia dijual pada seseorang untuk pelunas hutang. Tahu ia dikhianati sang Adik, Audrey pun berhasil melarikan diri. Sayang sekali, ditengah pelariannya ia justru bertemu pria tampan yang dalam keadaan setengah mabuk.
Hansen yang dijebak perempuan licik, meminta bantuan Audrey. Ia lantas menarik paksa Audrey ke kamarnya. Hal tak terduga terjadi, Audrey tak mampu menolak dorongan tenaga pria kekar yang ada dihadapannya. Pada akhirya, Hansen dan Audrey menghabiskan malam panas bersama-sama.
Saat bangun keesoakan harinya. Audrey tak menjumpai adanya Hansen. Hanya ada secarik kertas dan kartu nama yang ditinggalkan Hansen untuk Audrey. Hansen ingin Audrey menemuinya setelah membaca pesannya. Membaca pesan Hansen, Audrey hanya memasang wajah masam. Ia meremat kertas dalam genggaman dan ingat akan wajah sang Adik yang membuatnya harus kehilangan kesucian sebelum menikah.
Apa yang akan terjadi pada Audrey? akankah ia pergi mendatangi Hansen, atau menghindarinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dea Anggie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
One + One (15)
Audrey sudah dipindah ke ruang perawatan. Ada Diana, Elly, Sherlyn dan Nicholas yang menemani. Mereka semua bahagia atas kelahiran si kembar yang tampan dan cantik. Audrey memberikan nama Gracello Shawn untuk putranya, dan Gracella Shawn untuk putrinya. Memanggil dengan panggilan Cello dan Cella, agar mudah untuk diingat.
Diana sampai menangis, mengingat betapa beratnya perjuangan putri angkatnya tersebut. Ia hanya bisa mendukung, tanpa bisa membantu apa-apa. Diana menjadi merasa bersalah karena itu.
Melihat Mama angkatnya menangis, Audrey tidak tinggal diam. Ia menggenggam tangan Diana dan tersenyum cerah. Mengatakan, jika semua baik-baik saja. Justru Audrey lah yang seharusnya meminta maaf, karena sudah banyak merepotkan Diana, sebagai Ibu angkatnya. Juga berterima kasih untuk semua hal yang sudah Diana berikan padanya.
"Mama jangan anggap diri Mama tidak berguna. Lihat saja, Mama akan kuberi tugas menemani si kembar bermain," goda Audrey.
Diana tersenyum, "Ya, tanpa kamu suruh pun aku akan temani cucu-cucuku bermain. " jawab Diana.
"Karena itu Mama juha harus menjaga kesehatan Mama. Pulanglah dan istirahat, Ma." pinta Audrey.
"Tapi ... " gumam Diana.
Audrey menatap Elly, seperti memberika isyarat. Audrey tidak ingin Mama angkatnya sakit karena harus terus menjaganya sepanjang malam. Elly yang tanggap setuju dengan ucapan Audrey dan meminta atasannya istirahat di rumah.
Diana awalnya tidak mau. Ia ingin tetap berjaga di rumah sakit. Setelah dibujuk-bujuk akhirnya Diana mau mengerti dan berpamitan pulang. Sherlyn sampai menyakinkan Diana, jika ia dan Nicholas akan bergantian menjaga Audrey. Agar Diana merasa tenang dan tidak khawatir lagi.
Elly pun pergi bersama Diana. Mereka meninggalkan Audrey bersama Sherlyn dan Nicholas. Sebelum pergi dari rumah sakit, Diana minta diantar Elly ke ruang bayi untuk melihat cucu-cucunya sebentar.
***
Audrey, Sherlyn dan Nicholas berbincang. Karena tiba-tiba ada panggilan mendesak, Nicholas pun harus pergi menerima panggilan.
"Aku terima telepon dulu. Maaf," pamit Nicholas yang langsung berlari pergi dari ruang perawatan Audrey.
Tersisa Sherlyn dan Audrey berdua saja. Sherlyn menatap Audrey, membelai lembut rambut Audrey dan merapikan rambut Audrey yang sedikit berantakan.
"Selamat, ya. Aku bahagia sekali, Re." ucap Sherlyn.
"Terima kasih, Lyn. Berkat bantuanmu juga aku bisa sampai sejauh ini, kan." jawab Audrey.
"Kamu tidak perlu mengkhawatirkan apapun. Ada aku yang akan membantumu mengasuh dan membesarkan Cello dan Cella. Ayo, kita bekerja sama untuk membahagiakan mereka." kata Sherlyn tersenyum.
"Ya, aku senang kamu mau menjadi Ibu asuh si kembar. Mereka pasti akan bahagia dan sangat sayang padamu nantinya," sahut Audrey.
Tiba-tiba Nicholas masuk dan menyahuti percakapan Sherlyn dan Audrey. Ia juga ingin menjadi Ayah Asuh si kembar, seperti Sherlyn. Tidak adil baginya, jika hanya Sherlyn yang akan menjadi orang tua asuh.
"Bagaimana denganku? aku juga mau menjadi Ayah asuh mereka," sahut Nicholas. Berjalan mendekati Sherlyn dan Audrey.
Sherlyn dan Audrey menatap kedatangan Nicholas. Mereka sedikit terkejut karena Nicholas datag tiba-tiba tanpa suara.
Audrey tersenyum, "Tentu saja kamu juga akan direpotkan. Tolong, ya, Nico." ucap Audrey.
"Ya, aku pasti akan mengajari mereka menjadi pria dan wanita kuat nantinya. Hahaha ... " jawab Nicholas tertawa lepas.
"Apa iya begitu? jangan bilang kamu akan menjadikan Cello dan Cello pekerja Caffemu. Si kembar pasti akan tumbuh menjadi pria tampan dan wanita cantik nantinya, siapapun pasti akan terpesona dan memuji mereka. Wahh ... membayangkannya saja membuatku berdebar." ungkap Sherlyn senang.
"Tidak, tidak. Mana mungkin aku membuat anak-anak asuhku bekerja susah payah. Aku tidak semiskin itu sampai harus membuat tangan mereka kapalan. Aku bisa mempekerjakan orang lebih banyak lagi kalau mau. Maksudku, aku akan membantu menjaga dan mengasuh mereka, kalau kalian sibuk. Apa kalian paham?" kata Nicholas. Tidak terima dengan perkataan Sherlyn yang seolah mengejeknya.
Sherlyn tertawa mendengar perkataan Nicholas. Ia tahu temannya itu pasti akan menjelaskan dengan sejelas-jelasya apa yang dimaksudkan. Karena Nicholas memang tipe orang yang demikian. Seseorang yang tidak ingin ucapannya disalah pahami dan disalah artikan.
Audrey hanya bisa tersenyum melihat kedua temannya yang saling menggoda. Audrey juga tahu, kalau sebenarnya Nicholas memiliki perasaan pada Sherlyn. Hanya saja ia pura-pura tidak tahu apa-apa, karena tidak ingin membuat Nicholas merasa canggung.
Ia tidak ingin mencampuri urusan pribadi kedua temannya. Biarlah semua berjala sesuai urutan dan alur cerita. Jika memag kedua temannya ditakdirka bersama, maka akan bersama. Semua tinggal menunggu waktu. Cepat atau lambat, semua akan terjadi, jika memang itu kehendak Sang Pencipta.
"Sudah-sudah. Kalian ini seperti anak kecil saja. Aku akan bagi-bagi tugas kalian nanti. Jangan khawatir," sahut Audrey menengahi.
"Aku harus punya waktu paling banyak darinya," kata Sherlyn.
"Mana bisa begitu. Kamu Designer. Waktumu itu berharga. Menggambar saja, biar aku yang mengurus si kembar." kata Nicholas dengan percaya diri.
Sherly dan Nicholas kembalu berebut. Mereka pun beradu mulut dan membuat Audrey sampai harus menghela napas. Audrey menggelengkan kepala, lalu tersenyum. Sherlyb dan Nicholas memang akan ribut kalau diantara keduanya berbeda pendapat. Kalau pendapat keduanya sama, maka mereka akan menjadi kompak.
Audrey senang. Ia memiliki Mama angkat dan teman-teman yang bisa diandalkan. Ia tidak pernah membayangkan hidupnya akan seperti ini, penuh kehangatan dan kasih sayang orang terdekatnya. Padahal diantara mereka semua tidak ada ikatan darah sama sekali.
Pikiran Audrey tiba-tiba teralihkan. Ia memikirkan Papa dan Mamanya yang selama ini ia bohongi. Bukannya ingin menjadi anak durhaka atau anak yang jahat. Audrey hanya belum siap menerima kenyataan, jika orang tuanya harus bersedih. Jika kecewa mungkin Audrey akan bisa menerima. Ia juga salah karena secara sadar melewatkan malam panas bersama Hansen. Hanya saja ia tidak akan bisa bertahan dan memaafkan diri sendiri, kalau sampai terjadi apa-apa pada Papa dan Mamanya.
Sudah cukup hanya dengan kekesalan orang tuanya pada Alvaro. Yang mana mereka berdua sampai mengirim Alavaro pergi. Jika saat itu orang tua Audrey sampai tahu, putri mereka terjebak dalam kamar pria asing di kamr Hotel karena berusaha melarikan diri dari orang mesum yang membelinya dari Alvaro, maka entah apa yang terjadi. Audrey tidak akan bisa membayangkannya.
Terlebih hal tak terduga kembali menenggelamkannya dalam lumpur. Pria yang menghabiskan malam panas dengannya mengalami kecelakaan dan amnesia. Membuatnya semakin tidak bisa apa-apa. Karena tidak mungkin baginya memaksa orang yang hilang ingatan untuk mengakui janin yang dikandungnya. Bisa-bisa ia akan dianggap wanita gila yang hanya ingin mencari skandal.
Audrey tiba-tiba tersadar dari lamunannya, "Ahh ... tanpa sadar aku terus memikirkan hal yang tidak-tidak. Sadarlah Audrey, sekarang dan saat itu berbeda. Kini kamu punya dua malaikat yang akan menjadi penguatmu. Pikirkan saja si kembar, jangan hal lain." batin Audrey. Menyeka air matanya yang tanpa ia sadari mengalir keluar.