Memey pergi saat mengandung benih dari Dani, majikannya, karena dia takut dipisahkan dari bayinya saat sudah melahirkan nanti, mengingat Rara istri Dani yang sampai saat ini belum juga hamil. Bisakah Memey merawat putranya seorang diri, akankah Dani bisa bertemu dengan putranya. Simak terus ya...
Jangan lupa like and follow Facebook dan IG ku ya...
IG Maria_Rembulan
Facebook Maria Rembulan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maria Rembulan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Permohonan Maaf
"Mau apa kau datang kemari Tuan" Fahmi mengulang kembali pertanyaannya karena tak kunjung dijawab oleh Dani.
Dani hanya bisa menggaruk garuk belakang kepalanya, padahal tadi di rumah, dia sudah merangkai kata kata untuk diucapkan saat bertemu sang putra. Namun sekarang semuanya hilang dari ingatannya. Pikirannya Blank. Saat ini dia hanya ingin memeluk dan menciumi wajah tampan putranya. Namun sebisa mungkin dia tahan keinginan itu agar Fahmi tidak semakin menjauhinya.
"Hallooo, Tuan?" tanya Fahmi dengan melambaikan tangannya didepan wajah Dani.
"Ah iya, tadi itu saya mau mengajak kamu sarapan bersama" jawab Dani kikuk.
"Aku?" tanya Fahmi sambil menunjukkan jari ke arah wajahnya.
"Iya kamu" jawab Dani tersenyum manis.
"Anda tidak mengalami gangguan ingatan bukan" ledek Fahmi.
Dani sedikit sakit hati dikatakan gangguan ingatan oleh putranya, tapi demi berbaikan dengan putranya, dia harus banyak bersabar.
"Saya dalam keadaan baik, dan tidak mengalami gangguan ingatan seperti katamu" ucap Dani.
"Terus, kenapa mengajakku sarapan, bukankah selama ini anda ingin sekali menghabisiku?" tanya Fahmi.
Dani bingung menjawabnya, dia hanya bisa tersenyum sambil memikirkan kata kata apa yang akan dia ucapkan. Sebuah ide melintas dipikirannya. Dani pun berlutut di hadapan Fahmi.
"Maaf, aku baru tahu kejadian yang sebenarnya, sungguh aku tidak bermaksud seperti itu, aku minta maaf atas segala yang telah kuperbuat dulu. Tolong, maafkan ayah, sungguh aku adalah ayah yang buruk, aku menyesal" sesal Dani.
"Bangun Tuan, silahkan Tuan pergi dari tempat ini, kami tidak butuh penyesalanmu" tekan Fahmi.
"Ayah tidak akan bangun sebelum kamu mau memaafkanku, ayah tahu ayah salah, tapi kumohon maafkan ayah" cicit Dani.
"Terserah kalau Tuan tidak mau bangun" ucap Fahmi kemudian menutup rapat pintunya. Memey yang baru selesai memasak pun keluar.
"Ada siapa sayang?" tanyanya.
"Orang tanya alamat Ma" jawab Fahmi.
"Ya sudah, ayo kita sarapan" ajak Memey.
Mereka makan sambil bercanda gurau tidak peduli dengan orang yang sedang berdiri di depan pintu menunggunya.
"Sabar Dani, kamu harus bisa mengambil hati mereka berdua," gumam Dani menyemangati diri sendiri.
Selesai sarapan, Memey akan pergi ke restoran, sementara Dani memilih bermain game, karena hari ini weekend jadi dia bisa santai di rumah. Begitu membuka pintu, Memey kaget melihat punggung seorang lelaki di depannya.
"Maaf, Anda mencari siapa?" tanya Memey.
Dani pun membalikkan badannya, dia lalu menyapa mantan ART nya itu.
"Mey, apa kabar?" tanya Dani.
Memey kaget dengan kedatangan majikannya, dia lalu bertanya, "Kabar saya baik, Tuan ada perlu apa kemari?.
"Jangan panggil saya Tuan, karena saya bukan majikan kamu lagi, panggil saja Dani" jawab Dani.
"Maaf, rasanya tidak sopan jika hanya memanggil nama saja, dan Anda belum menjawab pertanyaan saya tadi" ucap Memey.
"Kamu boleh memanggil saya Mas, Kak atau apa, terserah, senyamannya kamu aja. Dan kedatangan saya kesini, saya ingin berbicara serius denganmu" pinta Dani.
"Baiklah, Anda boleh masuk" ucap Memey.
Sebenarnya Memey sudah mengerti tujuan Dani ke rumahnya pasti ini berhubungan dengan Fahmi. Namun dia tidak ingin menduga duga. Dia akan menunggu Dani membuka suaranya. Setelah dipersilahkan duduk, Dani pun mengutarakan maksudnya.
"Mey, sebelumnya saya minta maaf, sungguh saya tidak tahu kalau malam itu adalah kamu, saya pikir dia Rara istriku. Maafkan saya Mey. Maaf karena kamu harus berjuang sendirian. Maaf karena saya, Fahmi tidak mengenal ayahnya. Maaf" lirih Dani sambil menyeka air matanya.
Memey menghela nafasnya, dia tahu ini bukan sepenuhnya salah Dani. Salah dia juga yang malah pergi begitu saja tanpa memberitahu Dani.
"Saya sudah memaafkan Anda, karena semua yang terjadi bukan sepenuhnya salah Anda" ucap Memey.
"Mey, ijinkan saya bertanggung jawab atas Fahmi" pinta Dani.
"Tanggung jawab seperti apa yang Anda maksudkan? Kalau hanya materi saya bisa menafkahi Fahmi tanpa bantuan Anda" tanya Memey.
"Bukan hanya materi Mey, Fahmi juga berhak mendapatkan kasih sayang seorang ayah. Ijinkan aku menikahimu Mey" pinta Dani.
Memey kembali menghela nafasnya, "Apa istri Anda setuju?" tanyanya.
"Saya memang belum membicarakan ini dengannya, tapi kalau kamu mau menikah dengan saya, nanti saya akan bicara dengannya" ucap Dani.
"Saya adalah seorang wanita, dimana mana, wanita tidak akan mau diduakan. Seandainya itu terjadi, pasti akan ada sakit hati, tidak akan ada yang namanya ikhlas, meski hati berkata iya. Maka dari itu, lebih baik Anda batalkan niat Anda. Fahmi sudah cukup bahagia dengan saya" jelas Memey.
"Tapi Mey, aku sebagai ayah kandungnya juga berhak atas Dia, biar bagaimanapun darahku mengalir di tubuhnya, jadi tolong beri aku kesempatan untuk menjadi ayah yang baik untuk Fahmi, aku sudah melewatkan 11 tahun perkembangannya, dan saat ini aku minta tolong beri aku kesempatan untuk menyayangi dan melindunginya" ucap Dani.
"Anda bisa datang kemari untuk melihatnya, bermain dan menghabiskan waktu bersamanya. Anda juga bisa memenuhi kebutuhan Dani. Tapi maaf tidak untuk menikah" putus Memey.
Berbagai macam argumen diucapkan oleh Dani untuk menggoyahkan hati Memey. Namun Memey sudah memasang tembok yang tinggi di hatinya agar tidak jatuh dalam bujuk rayu mantan majikannya itu. Dia tidak ingin menyakiti hati wanita lain.
Setelah melalui perdebatan yang panjang, akhirnya Memey sedikit memberi kelonggaran, dia akan mengijinkan Dani membawa Fahmi jika Fahmi bersedia. Mendengar hal itu, Dani melompat kegirangan, dia tidak sadar jika masih didepan Memey.
"Mey, tolong panggilkan Fahmi, aku ingin berbincang dengannya" pinta Dani.
Memey pun memanggil Fahmi, Memey membiarkan ayah dan anak itu menghabiskan waktu berdua.
"Fahmi, ayah minta maaf atas segala kesalahan ayah selama ini, apa selama ini kamu tahu kalau aku adalah ayahmu?" tanya Dani.
"Tahu" sahut Fahmi datar.
"Sejak kapan?" tanya Dani.
"Sejak adanya hacker yang menyerang perusahaan Anda" jawab Fahmi singkat.
"Jadi itu semua ulahmu?" tanya Dani.
Fahmi hanya mengedikkan bahunya, dirinya malas untuk berdebat.
"Boleh tidak, kalau ayah meminta kamu mengganti panggilan Om menjadi Daddy, sama seperti waktu kamu memanggil ayah untuk pertama kali" pinta Dani.
"Sejak kapan Om menikah dengan ibuku, tidak pernah kan! Jadi jangan harap aku memanggilmu Daddy" balas Fahmi ketus.
Dani harus bersabar menghadapi putranya, dia akan mengambil hati putranya secara perlahan.
"Bisa tidak, kalau kita menghabiskan waktu bersama minggu depan?" tanya Dani.
"Tidak, aku sibuk" jawab Fahmi lalu pergi meninggalkan Dani sendirian.
Dani pun menghela napasnya. Dia tahu akan sangat sulit meluluhkan hati mereka berdua. Bisa diijinkan bertemu saja sudah merupakan hal yang sangat bagus. Dia pun pergi meninggalkan rumah Memey dengan hati yang sedih.
Sementara Fahmi, hanya bisa meneteskan air matanya, sesungguhnya jauh di lubuk hatinya dia sangat merindukan sang ayah, dia ingin memeluk ayahnya. Tapi dia tidak berdaya, karena memang kenyataannya ayahnya bukanlah miliknya.
