Salahkah apabila seorang ayah—walaupun tidak sedarah—mencintai anak yang diasuhnya, dan cinta itu adalah cinta penuh hasrat untuk seorang pria pada kekasihnya.
"Akhiri hubungan kita! setelah itu Daddy bebas bersama Tante Nanda dan Hana juga akan bersama dengan pria lai ..."
Plakkkkkkkkk...! suara tamparan terdengar. Wajah Hana terhempas kesamping dengan rambut yang menutupi pipinya, karena tamparan yang diberikan Adam begitu kuat.
Hana merasa sangat sakit terlebih pipinya yang
sudah ditampar oleh Adam. Serasa panas di pipi itu,
apalagi dihatinya.
"Jangan pernah katakan hal itu lagi, sampai kapanpun kamu tetap milik Daddy, siapa pun tidak berhak memiliki kamu Hana." teriak Adam dengan amarah yang memuncak menatap tajam wanitanya. Ia menarik Hana dalam pelukannya.
"Daddy egois, hiks hiks." Hana menangis sembari memukul dada bidang Adam.
Apakah mereka akan tetap bersatu disaat mereka tak direstui? Bagaimana Adam mempertahankan hubungan mereka?
Nantikan kisah mereka!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kaylakay, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bimbang
Di tempat lain. Kedua pria yang sama sama berwajah bule itu, sedang mengobrol di cafe milik Leo. Yap kedua pria itu adalah Leo dan juga Alex.
"Lo .... jadi lo benar benar insaf dari sifat playboy?" tanya Alex yang menahan tawanya.
Bagaimana tidak, ia merasa lucu seorang playboy seperti Leo ingin insaf hanya karena jatuh cinta dengan satu wanita di kampus mereka?. Itu sangatlah mustahil menurut Alex dan ia tidak percaya seratus persen dengan Ucapan Leo.
"Iya, ****** lu. Kalau mau ketawa ya ketawa aja. Sebal gue lama lama, lihat lo." sahut Leo menatap kesal sahabatnya itu.
"Hahahaha ..... gimana gue ngga ketawa coba. Gue rasa lucu aja gitu, dengar kamu mau ngejar tuh cewek dan akan ubah sifat jelek lo yang satu itu."
"Setan lu! .... ini namanya cinta bro, bukan hanya sekedar nafsu belaka." sahut Leo lalu meraih satu gelas jus dan meminumnya.
"Memangnya cewek siapa sih, sampai buat kamu, niat banget kayak gini? hahaha." Alex masih saja menertawakan Leo.
"Nanti juga lo bakalan tahu. Gue pastikan lo bakalan kaget pake banget." ucap Leo dengan tersenyum mengejek kearah Alex.
"Ya .... ya .... terserah lo aja. Gue tungguin waktunya." ucap Alex dengan nada meremehkan.
Leo hanya bisa berdecak kesal melihat tanggapan Alex. "Punya sahabat tapi kayak punya musuh." batin Leo menatap Alex dengan wajah kesalnya.
Keduanya memang seperti itu. Tapi persahabatan mereka sangat lah awet.
Sementara disebuah kamar. Kegiatan Adam dan juga Hana berlanjut hingga di atas ranjang. Adam mengendong Hana bak koala dengan tubuh polos mereka. Membuat pedang panjangnya berdiri tegak tanpa penghalang.
Ci*man Adam turun menuju leher Hana, lalu semakin turun hingga bertemu dua melon Hana dengan cococip kecoklatan itu. Mulut Adam bermain main di-sana, menghisap cococip Hana kuat-kuat sampai suara laknat itu tidak bisa lagi Hana tahan.
"Da .... Daddy.."
"Sebut nama Daddy, Hana." Pinta Adam dengan ******* di depan tubuh polos gadisnya.
Hana menggigit bibir bawahnya, menerima sentuhan Adam membuatnya gelisah. Dengan ragu Hana kembali mengeluarkan suara laknat itu, menyebut nama Adam dengan begitu seksi.
"Ad.. Adam, eungh." permainan Adam, membuat sebagian nafas Hana terengah. Bukan hal yang sulit untuk mereka saling memberi kenikmatan satu sama lain.
Hana mendongak saat Adam kembali menciumi lehernya, kedua tangannya menahan rambut Adam. menekannya untuk terus melakukan itu.
Rambutnya yang tergerai menjadi berantakan dan itu membuat Hana terlihat bertambah seksi. Bersamaan dengan nafas mereka yang saling memburu, mata Adam menatap mata Hana dari atas.
Untuk beberapa saat dan beberapa alasan yang tidak Hana mengerti, pandangan itu menjadi sangat teduh, tidak ada lagi sorot mata menakutkan.
"Daddy begitu mencintai kamu, Hana ." kata Adam pelan. Kedua mata Hana hanya bisa memandang sayu wajah Adam.
"Aku juga, Daddy." Tidak ada waktu untuk Hana tersenyum, karena dengan cepat Adam mendorong dagunya ke atas, lalu menciumi lehernya. Semua terjadi begitu cepat,
Hana akan selalu menjadi si pasrah setiap kali Adam membuat polos tubuhnya dengan gairah yang hebat. Bibirnya kembali menjadi sasaran untuk Adam *****.
"Bibir ini, cuma buat Daddy." Bisik Adam di sela-sela ci*m*n mereka. Hana hanya membalasnya dengan lenguhan pendek, dan juga cengkeraman di pundak berotot Adam yang terbuka.
Adam begitu handal hingga membuat Hana terbuai. Sementara bibirnya masih menempel dibibir Hana. Tangan Adam tidak tinggal diam, bergerak mencari jalan masuk di bawah sana.
"Daddy .... hmmpt." Pada titik itu, Hana seperti melayang. Gerakan **** Adam membuatnya semakin gila, tubuhnya terbakar oleh gairah yang kapan pun bisa menghanguskannya.
Dan setelah beberapa kali mengeram merasakan desakan pada perutnya yang bergelombang hebat, Hana akhirnya mendapatkan pelepasan pertamanya.
"Daddy ..." Lirih Hana sambil terengah. D*d*nya naik- turun merasakan kenikmatan dari pencapaiannya. Ini bukan yang pertama kali Hana rasakan, tapi mengapa selalu terasa nikmat.
Matanya perlahan terbuka, menatap Hana dengan ujung bibir yang terangkat membentuk sebuah senyuman.
Adam membalas senyuman itu lalu mengecup sebentar kening Hana. Hana memejamkan matanya saat bibir Adam berada tepat di keningnya.
Aktivitas mereka akhirnya berakhir dengan memberikan kenikmatan satu sama lain. Adam berbaring di-samping Hana dengan, satu lengannya ia letakkan dibelakang kepala Hana. Menjadikan bantal untuk kepala Hana, sambil satu tangannya lagi mengelus elus punggung polos Hana dengan lembut.
Mereka berbaring tanpa menutupi tubuh polos mereka dengan selimut. Malah sebaliknya, selimut itu sengaja Adam jatuhkan di-atas lantai.
Mereka saling memandangi wajah masing-masing, dengan posisi mereka yang berbaring menyamping. Membuat mereka saling berhadapan.
"Daddy ...." Hana mengeluarkan suaranya, lalu satu tangannya berpindah ke pipi Adam mengelusnya di-sana.
"Hmm .... ada apa baby?" tanya Adam menatap wajah cantik itu.
"Apa Hana boleh bertanya?" ucap Hana dengan nada sedikit ragu.
"Menanyakan apa?" tangan Adam yang mengelus punggung mulus Hana itupun, terhenti.
"Ap ... Apa hubungan Hana dengan Daddy hanya akan seperti ini?" tanya Hana yang terdengar ambigu.
"Seperti ini bagaimana?" tanya Adam dengan bingung.
"Apa Daddy akan terus menyembunyikan hubungan terlarang ini?" tanya Hana sedikit memberanikan diri.
Ia mengelus-elus pipi itu, lalu kemudian mendekatkan wajahnya. Hana memberikan satu kecupan di bibir Adam. Adam memejamkan matanya sebentar saat bibir Hana mengecupnya.
"Kenapa tiba tiba kamu menanyakan hal itu?" ucap Adam setelah Hana selesai mengecupnya. Adam dengan nada yang masih terdengar lembut.
Adam lalu melanjutkan kembali elusan tangan itu, dipunggung Hana.
"Hana hanya ingin memastikan aja, kalau hubungan terlarang kita ada titik terangnya." ucap Hana.
"Kamu akan tetap bersama Daddy apapun yang terjadi." ucap Adam tegas.
"Tapi sebagai apa Daddy? Apa hanya sekedar anak angkat saja?" tanya Hana dengan perasaan yang sudah mulai sedih.
"Entahlah ..... Daddy masih bimbang memutuskan hal itu." ucap Adam dengan jawaban yang masih tanda tanya.
Perasaan Hana kembali sakit, mendengar jawaban Daddy-nya. Ia jadi ragu dengan perasaan Adam yang mengatakan mencintainya. Dan bodohnya lagi ia memberikan semua rasa cinta itu untuk pria yang ada didepannya ini.
"Lalu untuk apa hubungan terlarang ini Daddy, kalau Daddy aja masih bimbang sama keputusan Daddy." tanya Hana terdengar sendu.
Adam menghentikan sebentar pergerakan tangannya yang mengelus-elus punggung Hana.
"Daddy akan menjawabnya, jika Daddy sudah menemukan waktu yang tepat." ucap Adam lalu tangannya berpindah ke-depan tepat di dua melon Hana. Ia meremas pelan satu buah itu di-sana.
Hana tersenyum mendengar ucapan Adam. Bukan senyuman yang menggambarkan kebahagiaan, tapi senyuman Hana mengisyaratkan luka didalam hatinya.
"Kalau Hana tahu dari awal, seharusnya Hana tidak melakukan hubungan terlarang ini dan tidak jatuh cinta sama Daddy." ucap Hana.
Sontak membuat pergerakan pria yang sedang asik memainkan melon itu, terhenti. Ia langsung memberikan tatapan tajam kearah Hana.
"Lalu sama siapa kamu akan jatuh cinta?" ucap Adam dengan suara yang terdengar berat. Adam masih mencoba menahan emosinya.
Hana lalu mendongakkan kepalanya menatap Adam, tatapan mata elang Adam membuatnya bergidik ngeri. Seketika kata katanya menjadi hilang seketika. Ia sudah tidak tahu lagi menjawab apa.
"Ha .... Hana tidak berani jatuh cinta sama siapapun Daddy." Hana malah mengeluarkan perkataan itu.
Hana lalu merapatkan tubuhnya lebih dekat dengan Adam. Ia lalu mengubah posisinya membelakangi Adam lalu mengambil satu tangan pria itu, membawa tangan kekar itu melingkar diperutnya.
Sesekali ia kecup tangan milik Adam. Adam yang tadinya emosi akhirnya mengatur napasnya perlahan. Adam kemudian memeluk tubuh Hana dari belakang.
Beberapa menit dengan posisi seperti itu. Kedua pasangan itu akhirnya memejamkan matanya, memasuki alam mimpi.