Gavin Wiliam Pranaja seorang dokter tampan yang terpaksa menerima perjodohan dari kedua orangtuanya karena ancaman yang di dapatkannya.
Ancaman untuk mencoreng nama nya sebagai salah satu pewaris keluarga Pranaja, bukan masalah gila harta, tetapi Rumah sakit menjadi salah satu aset yang tertera dalam hak waris. Sebagai seorang yang berjuang, tentu ia tidak akan mau merelakan rumah sakit impiannya begitu saja, terlebih lagi pada sang kakak yang begitu membencinya dan selalu merasa tersaingi.
Perjodohan tak bisa di hindarkan, meskipun gadis yang akan bersanding dengan nya memiliki sifat berbalik dengan sifatnya. Kekanakan dan sangat manja, Gavin membencinya.
Kirana Zahrani, seorang gadis belia yang pasrah di jodohkan dengan seorang dokter tak dikenalnya karena alasan membalas budi baik keluarga Pranaja yang telah membantu operasi sang Papa.
Ejekan dan hinaan di dapatkan Kirana, tetapi ia menanggapinya dengan penuh kesabaran, kesabaran yang berujung perasaan tak di undang untuk satu sama lain. Kelembutan dan ketulusan Kirana membuat hati Gavin menghangat hingga tanpa sadar perasaan itu hadir padanya.
updated pukul 12.00 WIB
Follow Instagram @Alfianaaa05_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cemburu?
Saat ini Gavin dan Kirana berada di kamar gadis itu, seharusnya mereka pergi ke hotel yang telah disiapkan kamar honeymoon suite oleh kedua orang tua mereka, tetapi rasa lelah membuat mereka memilih untuk tidur di rumah saja.
Saat ini suasana kamar terasa begitu canggung dan dingin, tubuh Kirana bergetar ketika melihat tatapan Gavin yang dingin di raut wajah datarnya.
"K-kau atau aku dulu yang mandi?" tanya Kirana terbata tanpa menatap ke arah Gavin.
Gavin tak menjawab, ia hanya mengulur tangannya ke arah kamar mandi tanda ia mempersilakan Kirana lebih dulu yang membersihkan diri.
Kirana menelan saliva nya dengan susah, ia mengangguk kecil lalu meraih piyama tidur dan tak lupa handuknya agar kejadian di novel-novel yang mana lupa membawa handuk berakhir panas tidak ia alami.
Kirana buru-buru masuk dan tak lupa mengunci pintu nya, ia memegangi dadanya yang naik turun karena nafas yang memburu. Kakinya perlahan mendekati wastafel disana, ditatap wajahnya dengan seksama.
"Kau sudah menikah, semua impian dan cita-cita mu, lupakan!" ujar Kirana pada dirinya sendiri.
Kirana masih tak menyangka, ketika teman-teman sedang sibuk dengan tugas kuliah, kini dirinya justru sudah menikah dengan perjodohan paksa yang harus ia terima demi kebahagiaan kedua orangtuanya.
Menyesal? untuk saat ini rasanya memang ada, tetapi Kirana berdoa semoga rasa penyesalan ini tak akan lama hinggap dalam dirinya.
"Kirana, bagaimanapun sekarang kau sudah menjadi seorang istri, meski dari perjodohan tetap saja pernikahan ini sakral dan suci." Celoteh Kirana yang mulai tersadar.
"Jadi sekarang tugasmu adalah mengabdikan dirimu pada pria itu, eh maksudnya suami mu dan menjadi istri yang baik untuknya." Lanjut Kirana sebelum ia menghela nafas dan mulai melakukan acara mandinya.
Setelah hampir 30 menit, akhirnya Kirana keluar dari persemediannya. Lama kan? tentu saja, ia terlalu gugup untuk bertemu dengan suaminya itu.
Kirana hampir kehilangan keseimbangan nya ketika melihat Gavin berdiri di depan pintu kamar mandi dengan wajah yang datar dan dingin, Kirana tersenyum canggung.
"Maaf lama, silahkan." Ucap Kirana basa-basi.
"Mama memanggilmu." Balas Gavin lalu masuk ke dalam kamar mandi.
Kirana berjalan mendekati meja rias, di raihnya hair dryer disana guna mengeringkan rambutnya yang basah setelah keramas. Setelah selesai dengan urusannya, mata Kirana meniti ranjang guna mencari baju suaminya, tetapi tidak ada.
"Apa dia belum menyiapkan pakaian?" gumam Kirana.
Entah dorongan darimana ia berani mendekati koper milik Gavin lalu meraih kaos hitam dan juga celana santai selutut berwarna senada dengan kaos nya.
Ketika sedang mengambil baju, tanpa sengaja Kirana menjatuhkan sesuatu yang begitu dikenalinya. Benda kecil yang dominan dimiliki seorang wanita, bagaimana bisa benda itu ada pada Gavin.
Kirana mengambil benda itu, dan mulai berpikir. "Jadi ucapan Tante Ayu tengah Gavin yang tak pernah dekat dengan wanita itu salah, nyatanya ada lipstik wanita di dalam tas nya." Gumam Kirana membuang nafasnya pelan.
"Apakah dia juga punya kekasih, apa dokter yang waktu itu adalah kekasihnya? Jika iya, lalu bagaimana denganku? Apa aku akan menjadi janda muda?" lanjut Kirana mulai berpikir negatif.
Kirana memasukkan lipstik itu ke dalam tas Gavin kembali, ia letakkan pakaian Gavin di ranjang lalu bergegas pergi ke bawah guna menemui sang Mama yang katanya mencari dirinya. Perkara Gavin dan lipstik biarlah ia tanyakan setelah setidaknya meraka saling lebih mengenal.
***
Wajah Kirana terasa panas ketika semua keluarga tak henti menggodanya, ia melirik Gavin yang terlihat biasa saja dan itu sukses membuatnya bingung. Apakah pria itu tak punya urat malu? astaga, istri macam apa dia sampai berpikir begitu tentang suaminya.
"Ma, berhenti menggodaku!" rengek Kirana justru membuat tawa semakin terdengar.
"Kenapa si, Sayang. Lagian biasa kalo pengantin baru harus siap mental buat di ledek." Celetuk Mama Leli seraya mengusap tangan putrinya.
"Tapi aku kan malu, Ma." Balas Kirana menekuk wajahnya.
"Hentikan Leli, jangan terus menggoda menantuku!" ujar Mama Ayu membela menantunya.
Kirana tersenyum manis mendengar pembelaan ibu mertuanya, ia lantas memeluk lengan Mama Leli sebagai bentuk terima kasih.
"Eummm senyum deh tuh dibelain mertua." Sindir Papa Andrian mengudang gelak tawa semuanya.
"Mempelai wanita sudah keramas saja, apakah tidak masalah keramas dua kali?" tanya Fahri seraya melihat ke arah Kirana.
Kirana tersenyum canggung mendengar pertanyaan kakak iparnya, meskipun gurauan tetapi terasa aneh ditelinga nya.
Sementara Gavin yang sejak tadi diam lantas menoleh ke arah Fahri, ia lemparkan tatapan tak suka ketika mendengar ucapan pria yang merupakan kakaknya itu.
"Aku sudah selesai, permisi!" ucap Gavin lalu pergi dari ruang makan untuk kembali ke kamar.
Kirana menatap kepergian Gavin penuh tanya, ia melihat makanan suaminya itu masih tersisa cukup banyak.
"Aku juga sudah selesai." Ucap Kirana ikut beranjak dari tempatnya.
"Wow, ada yang udah gak sabar nih!" sindir Papa Raden yang hanya dibalas senyuman oleh Kirana sebelum benar-benar pergi dari sana.
LIKE KOMEN DULU EYY, MAKSA NIH😬🤣
BERSAMBUNG.................
Terima kasih utk karyanya Kak Author 🙏🏻💐
Sehat2 slalu & semangat utk karya barunya 💪🏻👏🏻