Kisah ini menceritakan tentang dua insan manusia yang terpaksa menikah hanya untuk membahagiakan orang tua masing-masing.
Aluna Alexander seorang mahasiswi keperawatan terpaksa menikah dengan seorang pria asing putra dari sahabat Alexander.
Bryan Smith seorang CEO dingin, memiliki sifat cuek dan anti wanita. Baginya wanita yang patut dicintai di dunia ini hanya Eliza cinta pertama Bryan.
Akankah cinta mereka bersemi atau malah layu disaat cinta itu belum tumbuh?
Penasaran? Yuk baca trus ceritanya. 🤗
Jangan lupa masukan dalam list favorit agar tidak ketinggalan cerita selanjutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon senja_90, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tentang Bryan
Ceklek
Seorang gadis muncul dari balik pintu dengan menggunakan bathrobe atau jubah kimono dengan kondisi rambut masih basah dan menyebarkan aroma harum khas orang yang baru selesai mandi ke seluruh kamar.
"Ocha, Ocha kamu kenapa?" Tanya Aluna sambil mengguncangkan tubuh Rossa.
"Hah, aduh Aluna maaf tadi aku melamun."
"Kamu sudah selesai mandi?" Tanya Rossa setelah mendapatkan kesadarannya kembali.
"Sudah, apa yang kamu lamunkan? Sesuatu yang mesum kah?" Tanya Aluna polos.
"Siapa yang melamun mesum? Kamu ini asal bicara saja!" Ucap Rossa kesal.
"Lantas apa yang kamu lamunkan hah?" Tanya Aluna sambil mencari hair dryer dilaci meja belajar yang merangkap menjadi meja rias. Setelah mendapatkan apa yang dicari, Aluna segera mengeringkan rambut panjang dan ikal miliknya menggunakan hair dryer.
cetlek nguuuuung (suara hair dryer)
"Aku sedang melamunkan pertemuan pertama kita Luna. Saat itu aku nampak bodoh sekali beralasan diet cuma karena tidak membawa bekal makan siang." Jawab Rossa sambil berteriak. Berhubung suara hair dryer yang berisik jadi Rossa harus berteriak agar Aluna mendengarkan suaranya.
"Ha ha ha, memang saat itu kamu nampak bodoh." Ledek Aluna sambil mengeringkan rambut.
"Sialan kamu Luna. Jahat sekali kamu berkata begitu kepadaku!" Rossa berbalik menatap wajah Aluna dengan kesal.
"Tapi aku berkata jujur, memang itu kenyataannya."
"Ish, kamu memang suka menindasku."
"Ayo cepat ceritakan kepadaku tentang calon suamimu itu." Lanjut Rossa sambil duduk di ujung tempat tidur.
Aluna mematikan hair dryer dan meletaknnya kembali ketempat semula, kemudian menyisir rambut dan langsung duduk di kasur.
"Namanya Bryan. Dia anak dari sahabat papaku yang bernama om Reymond. Jadi tanpa sepengetahuanku papa dan om Reymond sudah menjodohkan kami sejak kecil. Dulu kata papa, aku sering bermain dengan Bryan bahkan sering menginap dirumah om Reymond. Setiap kali aku dimarahi, pasti akan bersembunyi dirumah mereka karena saat itu rumah om Reymond dan rumahku bersebelahan." Aluna mulai bercerita.
"Beberapa hari yang lalu papa memintaku untuk membantunya membuat jamuan istimewa untuk tamu istimewa. Ku pikir siapa yang akan datang bertamu sampai-sampai papa membuat menu makan malam yang sangat spesial. Kamu tahu kan Cha, sup iga tuh menjadi menu istimewa keluargaku. Kalau bukan dimasak dihari ulang tahun atau hari istimewa maka menu itu akan jarang tersedia dimeja makan."
"Terus, lanjutkan ceritamu Luna. Jangan kamu buat aku penasaran." Rossa memukul Aluna menggunakan guling karena tiba-tiba Aluna berhenti bercerita.
"Sabar Ocha, aku menarik napas dulu capek tahu dari tadi aku ngomong terus."
"Sudah buruan lanjutkan lagi."
"Pas malam hari, ada seorang laki-laki seumuran papa mengetuk pintu. Ya aku sebagai pemilik rumah mempersilahkan tamu itu untuk masuk. Ku panggil papa dan membuatkan minuman. Setelah aku selesai membuatkan minum, aku segera menuju ruang tamu ternyata saat itu papa dan om Reymond sudah membahas rencana perjodohanku."
"Om Reymond memintaku untuk menjadi calon istri untuk putranya. Aku bingung mau menjawab apa karena semua begitu tiba-tiba bagiku. Tak ada persiapan sama sekali akhirnya aku meminta waktu untuk memikirkan semua ini. Untung saja papa dan om Reymond mengerti."
"Beberapa hari setelah kejadian itu, aku jadi sering melamun dan tidak fokus kuliah dan papa mengetahui kekacauan pada diriku. Aku bercerita dan papa memberikan nasihat. Aku tidak tega kalau harus menyakiti hatinya, begitu besar harapan papa agar aku menerima perjodohan itu. Mau tidak mau aku menyetujuinya. Aku menerima pernikahan ini hanya demi papa, orang yang sangat aku cintai di dunia ini!" Ucap Aluna dengan berlinang air mata. Dia tidak sanggup melanjutkan cerita.
Rossa dengan segera memeluk tubuh sahabatnya yang sudah bergetar akibat menahan tangis agar tidak semakin pecah.
"Menangis lah Luna, jika ini bisa meringankan beban hidupmu. Aku ada disini untuk menjadi sandaranmu jadi menangis lah sepuasnya." Ucap Rossa sambil menepuk lembut bahu sahabatnya.
"Kamu tahu Ocha, pria seperti apa Bryan itu?!" Ucap Aluna disela-sela tangisan.
"Dia laki-laki yang dingin dan jutek. Seharian bersamanya membuat tubuhku seketika merasa lelah. Kamu bisa bayangkan bagaimana aku menjalani hidup rumah tangga dengan orang seperti itu? Menghabiskan sisa hidupku bersama si "kutub es"!"
"Hush, tidak boleh begitu. Kelak dia akan menjadi suamimu Luna, belajar bersikap baik kepadanya mulai sekarang. Siapa tahu dia akan mencair dan kalian bisa hidup bahagia selamanya." Nasihat Rossa kepada Aluna.
"Bahagia bagaimana, aku tidak yakin hidupku akan bahagia jika bersamanya. Kamu tidak tahu sih, kemarin itu aku selalu dibentak dan dia selalu berteriak seperti sedang berbicara di hutan kepadaku. Bisa jantungan aku lama-lama dekat dia!" Ucap Aluna sambil berguling-guling dikasur.
Aluna nampak kesal menahan emosi jika ingat kejadian kemarin. Seharian bersama Bryan benar-benar seperti berada di neraka. Tidak bisa dibayangkan nasib masa depan Aluna jika kelak mereka menikah. Membayangkannya saja sudah membuat bulu kudu berdiri. Tatapan mata yang tajam, sikap dingin dan jutek sungguh membuat Aluna tidak tahan.
Aluna mengacak-ngacak rambutnya yang sudah tersisir rapi dan duduk kembali.
"Aku penasaran, bagaimana wajah pria itu?" Tanya Rossa.
"Pria itu yang pernah aku ceritakan sebelumnya. Dia yang pernah tidak sengaja aku tabrak sewaktu di mall. Aku tidak menyangka kalau dia yang akan menjadi calonku." Tangis Aluna pecah kembali. Dia meracau tidak karuan. Berguling diatas kasur seperti seorang bayi yang baru belajar tengkurap.
Rossa tidak tahan melihat tingkah lucu sahabatnya, dia tertawa terbahak-bahak dan kemudian mengusap lembut rambut Aluna.
"Sudah hentikan bersikap konyol seperti itu, ingat tujuanmu menerima perjodohan ini. Semua demi papa kan?" Ucap Rossa lembut.
Aluna bangkit dan duduk kembali diatas kasur. Dia merapikan kembali rambut panjang yang tadi diacak-acak olehnya.
"Iya, aku melakukan ini demi papa. Asalkan papa bahagia, aku rela menderita seumur hidup tapi aku akan pastikan kelak si "kutub es" itu akan mencair dan siapa tahu dia akan jatuh cinta kepadaku. Setelah dia jatuh cinta, aku akan menendangnya dan mengusir dia dari rumah. Merebut semua hartanya dan pergi menjauh dari keluarga Smith. Ha ha ha." Aluna tertawa puas. Dia melampiaskan kekesalannya kepada Bryan.
"Tunggu, apa kamu serius akan melakukan itu?" Tanya Rossa cemas, dia khawatir sahabatnya akan bertindak bodoh.
"Kamu gila Ocha, mana mungkin aku tega melakukan itu. Aku hanya bercanda. Lagipula aku tidak tega berbuat jahat kepada keluarga Smith. Mereka sangat baik kepada keluargaku. Kalau aku melakukannya, itu sama saja berbuat kriminal. Merusak citra keluarga Alexander dan tentunya merusak citraku. Pihak kampus akan menarik semua beasiswa yang diberikan kepada ku. Aku tidak ingin hidup berakhir dipenjara." Ucap Aluna dengan tatapan kosong.
Sesungguhnya mereka (novelis dan reader) yang memuja2 pebinor adalah manusia (novelis dan reader) dengan kesetiaan sangat rendah,
Coba tanya kan pada diri kalian, juga ada wanita lain yang suka pasa suami kalian dan berusaha sok baik didepan suami kalian dan berusaha dekat dengan suami kalian dan yang paling penting bawa suami kalian pergi jauh, apakah kalian akan bilang wanita itu adalah wanita baik2 dan punya cinta tulus bukan pelakor,
Coba tolong jangan munafik dalam menilai.
Karena sesungguhnya pelakor dan pebinor sama2 menjijikan
ujung2 nya balik ke Bryan