Raju Kim Gadis Korea keturunan Indonesia yang merasa dirinya perlu mencari tahu, mengapa Ayahnya menjadi seorang yang hilang dari ingatannya selama 20 tahun. dan alasan mengapa Ibunya tidak membenci Pria itu.
Saat akhirnya bertemu, Ayahnya justru memintanya menikah dengan mafia Dunia Abu-abu bernama Jang Ki Young Selama Dua tahun.
Setelah itu, dia akan mengetahui semua, termasuk siapa Ayahnya sebenarnya.
Jang Ki Young yang juga hanya menerima pernikahan sebagai salah satu dari kebiasaannya dalam mengambil wanita dari pihak musuh sebagai aset. Namun Bagaimana dengan Raju Kim, wanita itu bukan hanya aset dari musuh, tapi benar-benar harus ia jaga karena siapa Gadis itu yang berkaitan dengan Janjinya dengan Ayahnya yang telah lama tiada.
Akankah Takdir sengaja menyatukan mereka untuk menghancurkan atau Sebaliknya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Oliviahae, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bayangan dalam Mata Itu
Langkah-langkah Jang Ki Young bergema samar di lorong bawah tanah mansion. Bau dingin logam, dinding batu, dan lampu kuning redup membuat tempat itu terasa seperti ruang penyimpanan rahasia yang hanya digunakan keluarga Jang saat situasi serius. Setelah interogasi Jin Hwa berakhir tanpa hasil selain provokasi beracun, Ki Young berjalan tanpa ekspresi, namun pikirannya penuh badai.
Ucapan Jin Hwa terus terngiang.
“Dia adalah bom waktu yang sebenarnya.”
“Kau percaya dia sepolos itu?”
“Tinggal tunggu saat ia bangkit.”
Ki Young menahan napas. Ia tidak mudah terpancing oleh musuh, tapi kata-kata Jin Hwa bukan ucapan kosong. Wanita itu terlalu percaya diri… terlalu yakin bahwa sesuatu sedang Ki Young lewatkan.
Dan itu membuatnya tidak nyaman.
Ki Young menaiki tangga perlahan. Begitu mencapai lantai utama mansion, ia melihat Oh Seung Min sudah menunggu ,berdiri tegak, namun sedikit gelisah.
“Tuan Jang,” kata Seung Min sambil menunduk. “Para penjaga sudah memeriksa perimeter. Tidak ada ancaman lagi.”
Ki Young hanya mengangguk kecil. “Raju di mana?”
“Di kamar. Nyonya Choi, Nyonya Min dan Nyonya Han berada di dekatnya.”
Ki Young tidak menjawab. Pandangannya kosong, pikirannya melayang pada momen beberapa jam lalu di bukit perburuan.
Adegan itu terus berputar di kepalanya.
Jin Hwa menghilang di antara rumput kering…
Penjaga menyusup menembakkan peluru…
Teriakan Seo Rin…
Dan Raju—
Raju yang tiba-tiba bergerak lebih cepat daripada siapa pun. Raju yang sempat menangkis serangan Jin Hwa meski tak pernah dilatih.
Raju yang memegang busur seolah tubuhnya mengingat teknik yang pikirannya tidak sadari.
Raju yang matanya… “Matanya berubah.” Ki Young berbisik tanpa sadar.
Oh Seung Min mengangkat kepala. “Tuan?”
Ki Young mengepalkan tangan. “Saat dia menyerang, pupilnya mengeras. Fokus. Itu bukan naluri orang yang tidak pernah bertarung.”
Oh Seung Min terdiam. Ia tahu tidak bijak menyimpulkan sesuatu terlalu cepat, tapi Ki Young jarang salah membaca manusia.
“Menurut Tuan… apakah perkataan Jin Hwa ada benarnya?” tanya Sekretaris Oh Seung Min hati-hati.
“Tidak,” jawab Ki Young cepat. Tapi jeda setelahnya cukup untuk membuat Seung Min menoleh.
“…Namun aku tidak akan membiarkan satu pun kemungkinan lolos.”
---
Di kamar lantai dua, Raju duduk bersandar di dinding dekat jendela. Wajahnya pucat tapi fokus. Choi Da Hee duduk di kursi, membaca majalah sambil sesekali melirik Raju. Min Seo Rin mengoleskan salep ke lengan yang lecet.
“Kalau kau tidak kuat, bilang saja,” ucap Seo Rin, suaranya terdengar lembut tapi matanya selalu waspada. “Tadi kau hampir kehabisan napas saat berlari.”
Raju menggeleng. “Aku sudah oke.”
Da Hee menutup majalahnya. “Kau harusnya istirahat. Ki Young… Oppa pasti tidak suka melihatmu memaksakan diri.”
Raju menoleh pelan. “Tuan Ki Young marah?”
“Dia bukan tipe yang menunjukkan secara frontal, Tapi dia murka saat penjaga menyusup. Dia bahkan… memerintahkan pemeriksaan struktur keamanan ulang. Itu jarang terjadi, namun bukan berarti belum pernah terjadi sebelumnya ”
Raju menatap tangannya sendiri. Jemarinya masih terasa bergetar halus. Ia mencoba mengingat bagaimana ia bisa menangkis serangan Jin Hwa. Tidak masuk akal. Selama ini ia selalu berpikir dirinya tidak punya kemampuan apa pun selain bertahan hidup seadanya.
Namun tubuhnya tadi…bergerak lain.
Seolah ada seseorang di dalam dirinya yang mengambil alih.
Min Seo Rin memperhatikan perubahan wajahnya. “Kau memikirkan sesuatu?”
Raju tersentak kecil. “Tidak, cuma… masih kaget.”
Choi Da Hee berdiri. “Aku pergi dulu, ingin mandi. Seo Rin, kau jaga dia sebentar.”
Begitu Da Hee keluar, Seo Rin mendekat, duduk di samping Raju dan berkata pelan,“Kau tadi tidak terlihat seperti orang yang kaget, Raju. Kau terlihat seperti seseorang yang pernah melakukan itu sebelumnya.”
Raju membeku. “Melakukan apa?”
“Menghindar. Menyerang balik.”
Seo Rin menyipitkan mata. “Kau tidak bodoh. Dan orang tidak tiba-tiba bergerak seperti itu tanpa pernah belajar.”
Raju menelan ludah. Ia ingin menyangkal, tapi tidak tahu apa yang harus dikatakan.
Namun sebelum percakapan itu berkembang, pintu kamar terbuka.
Jang Ki Young berdiri di ambang pintu.Mereka berdua langsung menunduk.
“Kalian keluar,” ucap Ki Young. "Jangan sembarang menyimpulkan!"
"Aku hanya mendengar penjaga lain berkomentar begitu" ujar Seo Rin
Ya, mana mungkin dia tahu apa yang terjadi. Seo Rin berdiri, melirik Raju sekali lagi, kemudian menunduk dan keluar tanpa protes diikuti oleh Han Eun Bi tanpa protes.
Jang Ki Young meminta Oh Seung Min menjaga pintu. Tidak membiarkan siapapun masuk, juga Choi Da Hee.
Kini tinggal Ki Young dan Raju.Keheningan turun, tebal dan mencekik.
Ki Young berjalan mendekat, langkahnya pelan. Ia berhenti beberapa meter di depan Raju.“Kau tidak terluka parah.”Itu bukan pertanyaan. Hanya pernyataan.
Ki Young memejamkan mata sejenak, seolah menahan sesuatu. “Seharusnya kau tidak berada di posisi itu.”
Raju menunduk. “Aku tidak bermaksud...”
“Aku tahu.”Suaranya terdengar datar. Namun ada sesuatu di baliknya, campuran frustasi dan… kekhawatiran?
Ki Young menatapnya lama, matanya mengamati setiap detail wajah Raju.“Ada hal yang harus kau jelaskan, Raju Kim.”
Raju mengangkat wajah.
“Aku melihatmu di bukit itu.” Ki Young tidak berkedip. “Kau bergerak seperti orang yang pernah bertarung. Kau memegang busur seolah itu bagian dari dirimu. Reaksimu terlalu cepat untuk seseorang yang dikatakan tidak punya pengalaman.”
Raju tercekat. Dadanya terasa sesak, seolah ada memori yang ingin muncul tapi terblokir kabut tebal.
“Aku… aku tidak tahu,” jawab Raju pelan.
Itu jujur. Ia benar-benar tidak tahu. "Kau bilang aku tidak perlu mengingatnya kan, Tuan?"
"Aku tahu" Ki Young mendekat beberapa langkah lagi. Suaranya merendah.“ Tapi Jin Hwa mengatakan sesuatu yang tidak kusukai.”
Raju menatapnya takut.
“Dia bilang kau adalah ‘bom waktu’.” ucap Ki Young dingin.
Raju membeku.
Ki Young memiringkan kepala sedikit, sorot matanya tajam, analitis. “Biasanya aku tidak percaya kata-kata musuh. Tapi hari ini kau… membuatku ragu.”
Raju meremas ujung bajunya. “Aku bukan apa pun. Aku tidak tahu apa pun. Aku hanya… hanya ingin melewati dua tahun ini.”
“Dua tahun,” Ki Young mengulang, suaranya seperti desis. “Karena janjimu pada ayahmu?”
Raju diam. Ki Young mendekat lagi, kini hanya berjarak satu langkah.“Aku tidak akan membatalkan janji itu,” tegas Ki Young. “Aku sudah memutuskan. Aku akan menjaga nyawamu selama dua tahun, apapun alasannya.”
Matanya menatap Raju tajam, seolah ingin menembus pikirannya.“Tapi jika ada hal lain yang kau sembunyikan, bahkan jika kau sendiri belum menyadarinya, aku harus mengetahuinya dulu sebelum orang lain.”
Raju menggeleng keras. “Aku tidak menyembunyikan apa pun”
Ki Young mengangkat tangan, menyuruhnya diam.“Aku tidak menuduhmu.” Suaranya lebih pelan. “Aku hanya… tidak bisa mengabaikan apa yang kulihat.”
Ia berbalik hendak pergi, tapi sebelum memutar gagang pintu, ia menambahkan tanpa menoleh, “Mulai besok, kau tetap berada di dekatku.”
Raju mengangkat kepala. “Di dekatmu?”
“Ya.”Nada suara Ki Young tak bisa ditawar.
“Aku ingin mengawasi sendiri ‘bom waktu’ yang katanya disembunyikan seseorang.”
Raju menahan napas.
Ki Young melanjutkan dengan suara rendah namun tajam, “Dan Raju Kim… jika benar kau bukan bom waktu itu, maka aku yang akan memastikannya sendiri.”
Pintu menutup pelan.
Dan Raju tetap duduk di tempatnya, jantungnya berdegup keras, entah karena takut, atau karena pertama kalinya ia merasa Ki Young… mulai melihatnya sebagai sesuatu yang lebih dari sekadar janji dua tahun.
Bersambung...