NovelToon NovelToon
Beyond The Realm Of Gods

Beyond The Realm Of Gods

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Transmigrasi ke Dalam Novel / Identitas Tersembunyi / Budidaya dan Peningkatan / Mengubah Takdir
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: Radapedaxa

Ketika Li Yun terbangun, ia mendapati dirinya berada di dunia kultivator timur — dunia penuh dewa, iblis, dan kekuatan tak terbayangkan.
Sayangnya, tidak seperti para tokoh transmigrasi lain, ia tidak memiliki sistem, tidak bisa berkultivasi, dan tidak punya akar spiritual.
Di dunia yang memuja kekuatan, ia hanyalah sampah tanpa masa depan.

Namun tanpa ia sadari, setiap langkah kecilnya, setiap goresan kuas, dan setiap masakannya…
menggetarkan langit, menundukkan para dewa, dan mengguncang seluruh alam semesta.

Dia berpikir dirinya lemah—
padahal seluruh dunia bergetar hanya karena napasnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Radapedaxa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14 – Rahasia di Balik Kediaman Biasa

Suasana di dalam rumah kayu itu semula damai, hanya terdengar suara burung-burung kecil dan desir angin yang lembut dari celah jendela. Namun ketiga tamu—Bai Yuan, Meng Qi, dan Mu Qinglan—duduk dengan wajah tegang seperti tengah menunggu ujian kelulusan hidup.

Rasa Dao yang melingkupi tempat itu begitu kuat, bahkan napas mereka terasa berat. Tapi di tengah tekanan yang nyaris membuat mereka meledak, tiba-tiba sesuatu aneh terjadi dalam diri mereka.

Aura mereka bergetar, inti spiritual di tubuh mereka melonjak—seolah berada di ambang pencerahan.

Meng Qi yang biasanya kalem sampai berdiri kaku, menatap Bai Yuan dengan wajah pucat.

“Bai Yuan… kau juga merasakannya, bukan?”

Bai Yuan mengangguk, wajahnya merah padam karena menahan tekanan aura. “Aku… aku akan menembus ke ranah Sage Bumi! Tapi… bagaimana bisa!? Hanya dari semangkuk sup kol!?”

Sementara itu Mu Qinglan menatap Li Yun yang sedang membersihkan meja di depan mereka dengan mata berbinar penuh kagum.

“Senior Li…” gumamnya lirih, “beliau benar-benar luar biasa…”

Dalam hati ketiganya berteriak serempak:

Senior Li bukan hanya seorang immortal, dia adalah perwujudan Dao itu sendiri! Bahkan pelajaran yang beliau berikan terselip dalam kesederhanaan hidup sehari-hari!

Mereka menatap Li Yun seperti fans fanatik menatap idola mereka—penuh kekaguman dan rasa takut campur aduk.

Namun, Li Yun yang merasakan tatapan-tatapan itu malah bingung setengah mati.

Kenapa mereka semua berkeringat? pikirnya sambil mengerutkan dahi. Apa cuaca siang ini terlalu panas ya?

Ia menatap ke langit biru yang cerah dimana sinar matahari memang lumayan terik.

“Ah…” gumamnya pelan. “Pantas saja, pasti karena gerah.”

Li Yun menepuk dahinya.

“Aku lupa menyuguhkan minum!” katanya spontan. “Tunggu sebentar, aku buatkan teh dulu.”

Ketiga orang tamu itu sontak panik.

“Tidak perlu, Senior Li! Tidak usah repot-repot!” seru Bai Yuan cepat sambil berdiri, hampir tersandung kursi.

“Benar, Senior! Kami tidak pantas membuat Anda repot!” tambah Meng Qi gemetar.

Namun Li Yun hanya tersenyum santai.

“Tidak apa-apa, sudah seharusnya tuan rumah menjamu tamu dengan baik. Lagi pula, kalian ini orang-orang kuat, masa aku tega biarkan kehausan?”

Kata orang kuat itu langsung menusuk hati ketiganya seperti petir di siang bolong.

Mereka langsung tertunduk malu.

Orang kuat? Kami? pikir Bai Yuan getir. Di depan eksistensi seperti beliau, kami bahkan bukan semut di bawah kaki!

Meng Qi sampai menunduk dalam, wajahnya merah karena rasa malu.

“Sungguh… beliau ini ahli sejati yang begitu rendah hati…”

Mu Qinglan yang mendengar itu hanya bisa menunduk dalam-dalam sambil berpikir:

Kenapa setiap kali Senior Li bicara, selalu terasa seperti pelajaran hidup?

Sementara Li Yun di dapur sibuk menyiapkan teh, dengan nada santai ia bersenandung kecil sambil menyalakan tungku air. Ia bahkan tidak tahu bahwa ketiga tamunya hampir menangis karena “rendah hatinya”.

Namun suasana damai itu tiba-tiba terhenti.

Seketika, udara di ruangan berubah.

Cahaya di sekitar bergetar halus.

Lalu — suara berat dan dalam terdengar langsung di kepala mereka.

“Kalian seharusnya berpikir ribuan kali sebelum mengatakan satu kata pada tuanku.”

Ketiganya langsung berdiri seketika, tubuh bergetar hebat.

Wajah mereka pucat seperti mayat, dan mata mereka saling menatap dengan ketakutan yang tak terlukiskan.

Suara itu… bukan berasal dari Li Yun.

Suara itu bukan berasal dari dunia ini.

Bai Yuan menggenggam jubahnya erat-erat, bergetar. “Si… siapa… siapa Senior yang terhormat ini? Mengapa Anda berkata demikian?”

Suara itu bergema lagi, lebih dingin, seperti langsung dari inti bumi.

“Lihatlah ke belakang.”

Mereka menoleh perlahan.

Dan di sana, di sudut halaman kecil di belakang rumah—berdiri sebuah pohon beringin besar. Akar-akarnya menjalar ke tanah seperti naga tidur, daunnya berkilauan kehijauan dengan cahaya lembut.

Namun yang membuat mereka membeku adalah… auranya.

Pohon itu bukan pohon biasa.

Begitu kesadaran mereka menyentuhnya, ingatan lama di kepala mereka muncul seketika.

Bai Yuan menatap dengan mata membesar, napasnya tercekat.

“Ti… tidak mungkin… itu—”

Meng Qi melanjutkan dengan suara serak.

“—itu Pohon Kehidupan Nirvana! Pohon yang sudah punah ribuan tahun lalu di Alam Surgawi Atas dan dianggap hanya mitos!”

Suara pohon itu terdengar lagi, tenang tapi mengguncang jiwa.

“Baguslah kalau kalian tahu. Maka aku tak perlu repot-repot menjelaskan siapa diriku.”

Ketiga orang itu segera berlutut setengah, menundukkan kepala dengan hormat.

“Dengarkan peringatanku baik-baik,” lanjut pohon itu, “karena aku tidak akan mengulanginya dua kali.”

Mereka menelan ludah dan mengangguk cepat.

“Tuanku, Li Yun, entah bagaimana caranya, telah membuatku hidup kembali setelah ribuan tahun. Tidak hanya itu, kekuatanku kini melampaui puncak yang pernah kucapai. Itu bukan sesuatu yang bisa dilakukan makhluk fana… bahkan tidak oleh Dewa Alam Tertinggi sekalipun.”

Suara berat itu bergema di dalam dada mereka. Ketiganya semakin gemetar, peluh menetes dari pelipis.

"Kalian harus tahu… kemungkinan besar tuanku adalah sosok absolut dari zaman kuno—yang eksistensinya sendiri sudah melampaui konsep kehidupan dan kematian.”

Suasana hening beberapa detik.

Bai Yuan memucat total.

“Se… Senior Li… sosok absolut kuno…? Tidak heran… tidak heran Dao di sekitarnya seperti laut tanpa dasar…”

Mu Qinglan menatap ke tanah, suaranya bergetar. “Kalau begitu… kenapa beliau memilih hidup sebagai petani biasa…?”

Pohon itu bergetar pelan, dedaunannya mengeluarkan suara gemerisik seperti tawa samar.

“Mungkin… karena tuanku sudah bosan menjadi yang tak terkalahkan. Ia ingin merasakan kehidupan makhluk fana… menikmati ketenangan yang selama ini tak bisa dirasakan di puncak keabadian.”

Ketiga orang itu terdiam.

Kata-kata itu seperti belati yang menembus hati mereka.

Di dunia yang dipenuhi ambisi, siapa yang mau menurunkan diri menjadi manusia biasa? Namun bagi Li Yun… itu tampak alami.

“Lihatlah sekelilingmu,” lanjut suara itu.

Mereka menoleh—dan barulah mereka benar-benar menyadari sesuatu yang sebelumnya mereka abaikan.

Di sekitar kediaman itu terdapat patung-patung ukiran dari kayu berbagai bentuk: kultivator, burung phoenix, rusa putih, hingga gadis bunga lotus. Tiap ukiran tampak sederhana, tapi begitu ditatap lama-lama, memancarkan Dao murni yang bahkan menekan jiwa mereka.

Di dinding juga tergantung beberapa lukisan sederhana—pemandangan sawah, pegunungan, langit senja. Namun dari setiap guratan kuasnya, terpancar kebenaran tentang keseimbangan alam semesta.

Bai Yuan menelan ludah dengan susah payah. “Setiap… setiap benda di sini… bisa jadi artefak Dao tingkat tertinggi…”

Pohon itu menjawab dengan tenang.

“Kalian akhirnya menyadari… betapa kecilnya kalian di hadapan tuanku.”

Ketiganya hanya bisa menunduk.

“Namun ingatlah,” lanjut suara itu, “tuanku hanya ingin hidup damai. Jangan sekali pun kalian merusak kedamaian itu.”

Mereka mengangguk cepat, jantung berdebar keras.

Mu Qinglan memberanikan diri bertanya lirih, “Tapi… pohon agung… mengapa Anda melindunginya dengan begitu besar? Bukankah beliau bisa melindungi diri sendiri?”

Pohon itu bergetar pelan.

“Aku bukan melindungi karena beliau lemah… aku melindungi agar makhluk rendahan seperti kalian tidak celaka karena kebodohan kalian sendiri.”

Suara itu mengandung ketegasan seperti petir, membuat ketiganya serempak membungkuk dalam-dalam.

Namun belum sempat mereka menarik napas lega, suara lembut lain tiba-tiba muncul di kepala mereka.

“Heh, penglihatanmu tajam juga untuk seukuran makhluk fana ya?”

Suara itu datang dari arah kolam kecil di sebelah rumah.

Mereka serempak menoleh—dan melihat seekor ikan koi besar berenang santai di permukaan air jernih.

Mu Qinglan menatap bingung.

“Itu… ikan koi biasa?”

Namun Bai Yuan dan Meng Qi langsung menegang, pupil mata mereka mengecil.

“Bukan…” bisik Bai Yuan gemetar. “Itu… bukan ikan koi…”

Meng Qi mengangguk pelan, wajahnya pucat pasi.

“Itu naga air surgawi… yang menyamar…”

Mu Qinglan terdiam membeku.

Ikan itu menatap mereka dengan mata berwarna emas yang berkilau lembut.

“Jangan takut,” katanya ringan. “Kalian membuat wajah tuanku jadi jelek kalau gemetar begitu. Dia ingin hidup tenang. Kalau kalian terus begini, kalian akan menghancurkan keseimbangannya.

Ketiganya buru-buru berusaha duduk lagi, meski lutut mereka nyaris tak bisa digerakkan. Keringat deras mengalir di leher dan punggung.

Bai Yuan berbisik, “Aku… aku tidak tahu lagi harus berbuat apa. Hadiah yang kita bawa… dibanding semua ini… seperti sampah.”

Meng Qi mengangguk panik. “Benar! Kalau kita berikan malah bisa menyinggung perasaan beliau!”

Mu Qinglan hampir putus asa. “Tapi kalau kita tidak memberi… nanti dikira tidak sopan!”

Keduanya menatap satu sama lain dengan wajah panik seperti tiga murid sekolah ketahuan menyontek di depan kepala sekolah.

Dari arah kolam, suara naga koi itu kembali terdengar.

“Bersikaplah normal. Seperti biasa. Jangan berani-berani kalian merusak kesenangan tuanku.”

“Benar,” sahut suara pohon dari belakang dengan nada tajam. “Kalau tidak, jangan salahkan kami kalau kalian menghilang dari tiga dunia dan tujuh langit.”

“Ya-ya! Kami mengerti! Kami akan bersikap normal!” jawab ketiganya cepat dengan wajah pucat pasi.

1
Kirana
true 😂
Davide David
lanjut thor💪💪💪💪
RDXA: siap laksanakan 🔥
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!