NovelToon NovelToon
SUSAN

SUSAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Mafia / CEO / Obsesi / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: SabdaAhessa

Susan tak pernah menyangka dirinya di timpa begitu banyak masalah.

Kematian, menghianatan, dan perselingkuhan. Bagaiamana kah dia menghadapi ini semua?
Dua orang pria yang menemaninya bahkan menyulitkan hidupnya dengan kesepakatan-kesepatan yang gila!

Akan kah Susan dapat melewati masalah hidupnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SabdaAhessa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 14

"Bagaimana kondisinya?" Tanya Peter pada Joshua yang baru saja selesai memeriksa ayahnya.

"Tekanan darahnya tinggi, Peter. Aku sudah memasang infus, kondisinya mungkin melemah karena beliau tidak mau makan. Asisten ku akan berjaga disini untuk sementara waktu dan mungkin kalian bisa membujuknya makan walaupun sedikit." Jelas Dr. Joshua.

Peter dan Susan mendengarkan dengan baik.

"Kenapa tidak kau saja yang berjaga disni?" Tanya Peter lagi.

"Aku ada jadwal operasi sejam lagi, tapi tenang saja aku pasti akan segera datang jika terjadi sesuatu." Jawab Dr. Joshua.

"Baiklah.."

"Kalau begitu aku pergi dulu." Dr. Joshua berpamitan.

"Mari ku antar." Kata Peter.

Peter dan Dr.Joshua keluar dari kamar Tuan Sanders. Sedangkan Susan dan asisten Dr.Joshua masih berada di dalam kamar bersama seorang pelayan yang biasanya menjaga Tuan Sanders.

"Apa ayah tidak mau makan?" Tanya Susan pada pelayan itu.

Pelayan itu menunduk dan menjawab. "Tidak, Nyonya. Tuan besar tidak mau makan kalau bukan Nyonya Susan yang menyuapinya."

Susan keheranan. Memang biasanya dia yang menyuapi ayah mertuanya itu ketika sakit. Namun, dia tidak menyangka jika ayahnya sampai tidak mau makan sama sekali jika bukan dia yang menyuapinya.

"Sejak kapan ayah tidak mau makan?"

"Sejak Nyonya Susan pergi dari mension." Jawab pelayan itu.

"Bukankah Peter bilang, ayah tidak tau jika aku pergi?" Batin Susan.

"Baiklah, kau boleh keluar. Biar aku saja yang berjaga disini." Kata Susan.

Pelayan itu menunduk dan hendak keluar dari kamar.

"Dan satu lagi, katakan pada Alma, mulai sekarang dia yang bertanggung jawab untuk mengurus ayah." Kata Susan pada itu lagi.

"Baik, Nyonya."

Pelayan itu pun keluar dan menutup pintu kamar. Susan meminta Alma, kepala pelayan, yang bertanggung jawab untuk menjaga dan mengurus ayahnya, karena Susan tau Alma wanita yang cekatan dan cukup tau banyak soal dunia kesehatan.

Susan beralih ke asisten Dr.Joshua. Gadis itu cantik dan masih sangat muda.Terlihat nama nametagnya "Olivia Alinskie".

"Olivia.." Panggil Susan.

"Ya, anda bisa memanggil Oliv, Nyonya." Jawab asisten Dr.Joshua yang bernama Oliv itu.

Susan hendak menanyakan sesuatu padanya, namun Tuan Sanders mulai membuka mata dan melihat sekitar.

"Ayah.." Sapa Susan.

Dia segera menghampiri ayahnya dan duduk di tepi ranjang.

"Ayah mau minum?" Tanya Susan.

Tuan Sanders mengangguk. Susan segera meraih segelas air mineral yang ada di meja dan membantu Tuan Sanders untuk minum. Asisten Dr.Joshua itu pun juga turun membantu memegang tangan Tuan Sanders yang terlihat tak kuat menompang tubuh.

Selesai meminum sedikit air. Tuan Sanders kembali merebahkan diri.

"Aku baik-baik saja." Kata Tuan Sanders dengan lemah.

Susan terlihat memaklumi. Ayah mertuanya itu memang tak pernah mau terlihat lemah di depan siapapun. Padahal kondisinya sekarang sedang drop.

"Iya, aku tau itu. Lalu kenapa ayah tidak mau makan?" Tanya Susan.

Tuan Sanders diam sejenak memandangi wajah cantik Susan.

"Ayah merasa bersalah pada mu."

"Maksud ayah apa?" Susan memegang tangan kanan ayahnya yang sudah di pasang infus.

"Ayah merasa gagal mendidik Peter menjadi suami mu."

Susan terlihat kebingungan, tak mengerti apa maksud ayahnya.

"Ayah tau kau pergi meninggalkan mension karena bertengkar dengan Peter. Ayah juga heran mengapa dia begitu mudah membiarkan mu pergi begitu saja. Seharusnya ayah mendidiknya untuk lebih tanggung jawab atas dirimu."

Susan menahan air matanya agar tidak jatuh.

"Jadi, ayah tau ya. Maafkan aku, aku terbawa emosi saat itu." Kata Susan.

"Kau tak perlu minta maaf, nak. Peter harusnya lebih bijaksana dan melindungi diri mu."

Akhirnya air mata yang Susan tahan lolos juga. Dia merasa bersalah karena telah membuat ayah mertuanya ini sedih dan khawatir.

Sebenarnya Susan ingat akan ayahnya saat akan meninggalkan mension, namun amarahnya seakan telah menguasai seluruh jiwanya.

"Ayah mogok makan karena marah pada ku ya?" Tanya Susan.

"Tidak, tapi pada Peter." Jawab ayahnya.

"Ayah tidak ingin mencampuri rumah tangga kalian. Tapi ayah juga tidak bisa berbohong kalau ayah sangat mengkhawatirkan mu saat di luar sana. Nasi jadi hambar, bahkan air terasa pahit di lidah. Ayah hanya ingin melihat mu pulang, nak." Sambung Tuan Sanders.

Susan mengangguk. "Aku janji tidak akan pergi lagi."

"Ayah juga merasa bersalah pada almarhum ayah mu." Kata Tuan Sanders.

Susan menghapus air matanya. "Tidak, ini bukan salah ayah. Soal hubungan ku dan Peter, biarkan kami saja yang mengurusnya. Aku sangat berterimakasih karena ayah telah memberi ruang pada kami."

"Apa kalian sudah berbaikan?" Tanya Tuan Sanders.

Susan mengangguk.

"Ya, tentu saja. Tanda itu sudah menjelaskan semuanya." Tuan Sanders menunjuk leher Susan yang terdapat bekas cupang.

Susan yang tersadar sontak tertawa kecil dan malu. Dia menutupi lehernya sembari menghapus air matanya.

"Aku sudah protes pada Peter soal ini, yah. Tapi sepertinya ini memang hobinya." Wajah Susan terlihat kesal juga malu.

Setelah berbincang-bincang kecil. Susan menyuapi Tuan Sanders sedikit demi sedikit. Peter juga sudah berangkat ke perusahaan karena ada meeting bersama Edward.

Tuan Sanders tak makan banyak. Susan pikir itu tidak masalah dari pada tidak makan sama sekali. Setelah di bantu asisten Dr. Joshua untuk meminumkan obat pada ayahnya. Susan berpamitan untuk keluar dari kamar.

*************

Keesokan harinya. Dr.Joshua datang bersama Abell. Susan yang melihat itu tersenyum bahagia. Akhirnya bisa bertemu lagi dengan sahabatnya.

Selagi Joshua melakukan pemeriksaan pada Tuan Sanders dan di temani Peter, Susan mengajak Abell untuk pergi ke taman belakang mension. Menikmati teh hangat sambil menikmati suasana pagi hari.

Alice juga dengan setia enemani Susan dan aBell disana.

"Aku senang kau baik-baik saja." Kata Susan.

"Aku juga senang kau baik-baik saja. PIkiran ku kacau saat ta kau di culik." Kata Abell.

Seketika Susan ingat kejadian itu lagi. Beberapa hari terakhir dia sudah melupakan soal Edward atau kesepakatan persetan dengannya. Mungkin karena terlalu sibuk dengan ayahnya yang sedang sakit dan hubungannya dengan Peter yang sempat renggang.

Membuat Susan melupakan semua soal Edward seketika.

Melihat Susan yang melamun tanpa menjawab perkataannya. Abell menyenggol bahu Susan untuk menyadarkan sahabatnya itu.

Susan tersentak. "Eh, iya.. Aku baik."

"Aku dengar, Edward yang membantu mu. Apa benar? Bagaimana ceritanya? Dia memang serba bisa ya" Kata Abell.

"Ya, serba bisa. Bahkan bisa membuat ku gila!" Batin Susan.

Susan terlihat enggan membahas soal itu. Bagaimana tidak, Edward menempatkan dirinya sebagai pahlawan kesiangan padahal dirinyalah yang telah menculik Susan.

"Aku malas bahas soal itu. Ganti topik saja lah.." Kata Susan dengan malas

"Mau ganti topik apa? Bagaimana kalau soal Peter?" Kata Abell.

Abell itu memang wanita yang ceria dan banyak bicara. Dia selalu bisa menjadi tempat curhat bagi Susan saat sedih atau senang.

"Memangnya kenapa dia?" Tanya Susan.

"Kalian bertengkar ya? Peter sampai menemui ku di klinik untuk konsultasi. Semua pasien ku jadi heboh saat dia datang. Wanita-wanita itu jadi menggatal saat melihat Peter berjalan. Seperti tidak pernah lihat pria tampan saja!" Kata Abell.

Susan tertawa mendengar itu.

"Aku serius, Susan! Mereka itu seketika menggatal bahkan sepertinya rela telanjang di depan Peter!"

Susan tertawa semakin keras mendengar itu. Sepertinya kali ini Abell berlebihan. Alice juga menahan tawanya.

"Kau ini, ada-ada saja! Mana mungkin seperti itu." Kata Susan.

"Suami mu itu tampan sekali loh! Aku yakin banyak wanita yang rela jadi simpanannya!" Kata Abell.

Seketika Susan tersedak teh hangatnya.

Hukk hukk hukk...

Abell memukul-mukul pelan punggung Susan. Sedangkan Susan terlihat susah bernafas.

"Anda baik-baik saja, Nyonya?" Tanya Alice.

Susan mengangguk memberi kode bahwa dirinya baik-baik saja.

"Kau ini!!" Kata Susan dengan tertawa kecil dan mendorong lengan Abell.

"Maaf, aku hanya bercanda." Kata Abell.

Mereka berdua tertawa lepas bersama. Sudah lama sekali Susan tak tertawa selepas itu. Membuat dirinya sedikit lega.

Namun, dalam diam Susan memikirkan perkataan Abell. Soal 'banyak wanita yang rela jadi simpanannya'.

Susan memikirkan kalimat itu. Was-was jika Peter akan tertarik pada wanita lain. Tapi, Susan segera membuang pikiran itu jauh-jauh, tak mau di bebani dengan hal-hal yang belum pasti.

Setelah Dr.Joshua selesai memeriksa Tuan Sanders, dia mengajak Abell untuk pulang. Mereka terlihat serasi sekali.

Mereka sudah berada di halaman mension. Masih menunggu pengawal mengambilkan mobil Dr.Joshua yang di parkirkan di basement.

Susan berdiri bersebelahan dengan Peter.

"Jadi kapan kalian akan menikah?" Tanya Susan.

Dr.Joshua dan Abell tersenyum malu mendapat pertayaan itu.

"Gimana mau nikah? Di lamar aja belum." Kata Abell menunjukkan jemarinya yang masih kosong tanpa sebuah cincin.

Sontak itu membuat Susan dan Peter tertawa. Sedangkan Dr.Joshua tersenyum malu-malu.

"Kalau kau sudah menikah, kau bisa memeluknya seperti ini." Kata Susan dengan memeluk Peter untuk menggoda Abell.

Abell pun terlihat kesal. "Ehh.. Kalo cuma kayak gitu sih, sekarang juga bisa!" Kata Abell hendak memeluk Joshua.

Sontak Joshua mundur selangkah untuk menghindar dan menahan tubuh Abell. Membuat Abell memanyunkan bibirnya karena kesal.

"Kau mau di dalam mobil saja ya?" Kata Abell mengggoda Joshua.

Mendengar itu Peter dan Susan pun tertawa.

Mobil pun datang. Joshua mengalihkan perhatiannya ke arah mobil, seakan enggan untuk menanggapi gurauan Abell.

"Ahh.. Ayo pulang!." Ajak Joshua menarik tangan Abell.

"Ayo sayang, sepertinya kau sudah tidak sabar ya." Ucap Abell masih terus saja menggoda kekasihnya itu.

Susan tak hentinya tertawa, membuat dirinya semakin terlihat cantik dengan aura bak malaikat.

"KIta pamit dulu ya." Kata Abell sambil masuk ke dalam mobil.

"Baik, hati-hati ya." Kata Susan.

Joshua dan Abell pun segera masuk ke dalam mobil dan berpamitan. Susan melambaikan tangannya.

Mereka terlihat cocok sekali. Joshua yang selalu menjaga image dan terlihat terlalu kaku dan dingin seperti kulkas pintu dua, bertemu dengan Abell yang super ceria dan banyak bicara.

Bersambung..

1
Adi Putra
ku tunggu janda mu🤣
Adi Putra
dalam batin Edward, akhirnyaaaa🤣
Adi Putra
menggatal🤣
Riska Rosiana
🥲🥲🥲
Riska Rosiana
auto trauma🤣
Andreee
kesempatan🤣
Andreee
mampus kouu ana
Andreee
pokol teros peterr, jan kasih amponn
Andreee
🤣🤣🤣🤣
Andreee
amunisi gk tuu
Adi Putra
kasi napas eddd🤣
Riska Rosiana
🤣🤣🤣🤣
Olivia
susan bakal plh pa y
Adi Putra
Edward ini katanya cinta, tp nyusain susan mulu y
Olivia
Peter bangs*t bgt ya, benci bgt gue
Olivia
Peter ma Anna jodoh keknya, sama2 gk ada otak
Riska Rosiana
Wait waittt Peter bisa menggila jg ye
Riska Rosiana
Oh jadi si Peter yg selingkuh..aku kira susan yg bakalan selingkuh ama edward
Riska Rosiana
kayaknya Susan ini masih ada perasaan ya sm si edward
Adi Putra
si Edward bener bener lu ye
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!