NovelToon NovelToon
Lelaki Dari Satu Malam

Lelaki Dari Satu Malam

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / CEO / Keluarga
Popularitas:755
Nilai: 5
Nama Author: Keke Utami

Rinjani hanya ingin hidup tenang.
Tapi semua hancur saat ia terbangun di kamar hotel bersama pria asing. Dan beberapa jam kemudian mendapati kedua orang tuanya meninggal mendadak.

Dipaksa menikah demi melunasi utang, ia pingsan di hari pernikahan dan dinyatakan hamil. Suaminya murka, tantenya berkhianat, dan satu-satunya yang diam-diam terhubung dengannya ... adalah pria dari malam kelam itu.

Langit, pria yang tidak pernah bisa mengingat wajah perempuan di malam itu, justru makin terseret masuk ke dalam hidup Rinjani. Mereka bertemu lagi dalam keadaan tidak terduga, namun cinta perlahan tumbuh di antara luka dan rahasia.

Ketika kebenaran akhirnya terungkap, bahwa bayi dalam kandungan Rinjani adalah darah daging Langit, semuanya berubah. Tapi apakah cinta cukup untuk menyatukan dua hati yang telah hancur?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Keke Utami, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

14. Memulai semuanya

Pagi ini Langit  berada di salah satu rumah sakit milik keluarganya.  Ia datang bersama Taufan dengan wajahnya yang tegang setelah tadi  Langit tegur  kenapa Taufan memberitahu Olivia terkait kondisinya.

“Bos … saran Saya lebih baik Anda jujur  kepada Dokter Cinta. Saya yakin dia memahami kondisi Anda,” Taufan masih merasa bersalah.

Langit menatap tajam. Sampai akhirnya langkah Langit berhenti di depan ruangan Dokter Cinta. Ia menghela napas, kemudian mengetuk pintu.

“Silakan masuk.”

Suara Dokter Cinta dari dalam terdengar. Langit segera mendorong pintu.

“Apa kabar, Langit?” sapa Dokter Cinta.

Langit duduk di kursi di depannya. 

“Kemarin Mama bilang udah telepon, Kakak.”

“Benar, bahkan Om Evan juga. Gimana, kamu masih mual?” tanya Cinta.

Langit terdiam, ia mulai ragu berbicara.

“Sudah berapa usia kandungannya?” pancing dokter Cinta tenang. 

Langit sedikit terkejut, namun ia bisa menebak jika Cinta sudah tahu apa yang dia alami.

Cinta tertawa kecil, santai, berusaha membuat suasana tidak tegang, dan Langit merasa nyaman saat berbicara dengannya.

“Dia pacar kamu, ya?” goda Cinta.

“No! Aku bahkan udah di jodohin sama mama,”

Satu alis Cinta terangkat, “Lalu? Siapa wanita itu?” selidik Cinta.

Langit menghela napas berat.

“Kamu mau minum dulu?” tawar Cinta.

Langit menggeleng, “Aku nggak tahu dia siapa …” Langit menghela napas lagi, “Saat aku bangun aku hanya menemukan– sorry, sprei dengan noda darah– lalu jepitan dengan beberapa helai rambut di ranjang. Nggak ada memori yang jelas, aku mabuk.”

Cinta mengangguk, “Ok, kalian pernah bertemu sebelumnya?”

Langit menggeleng, “Aku datang ke pub di hotel itu untuk menghadiri pesta lajang seorang teman. Lalu, aku mabuk dan Taufan memesan kamar untukku.”

Tangan Cinta sibuk dengan pulpen dan buku, menulis semua percakapan dengan Langit. Kemudian ia menatap pria di depannya itu.

“Baiklah, Tante Olivia hanya butuh pengakuan seperti ini,”

“Kak!” seru Langit panik, “Jangan beritahu Mama dulu,” suaranya memohon.

“Tapi, Tante Olivia minta hasil pemeriksaan kamu hari ini.”

“I know, seenggaknya tunda sampai aku tahu siapa orangnya,” ujar Langit, “Aku pasti akan cari siapa orangnya.”

Cinta menatap Langit yang terlihat menyesal.

“Kenapa?” tanya Cinta.

Langit menggeleng samar, tatapannya nanar ke arah jendela, “Saat aku mengalami sindrom ini, aku yakin pasti berat menjadi wanita itu sekarang,” ucapnya,  Langit membuang napas, “Malam itu juga pasti sangat  berat untuknya,” ia menatap Cinta, “Sekalipun dia yang salah udah masuk gitu aja ke kamarku!” nada kesal terdengar dalam bicaranya. Namun Cinta cukup mengerti.

“Kalau Mama tahu ini … dia pasti kecewa.”

Harusnya Langit bisa berpikir setiap kali ingin melakukan dosa itu dengan sadar.

Cinta kasihan namun bukan berarti ia menormalisasikan perbuatan Langit. Setelah mempertimbangkan, Cinta memberinya waktu, “3 bulan, itu cukup ‘kan? Karena Tante Olivia pasti akan mendesak hasil pemeriksaan kamu hari ini.”

Langit mengangguk lega, “Iya, Kak. Terima kasih.” 

********** 

Masalah Langit terkait merahasiakan kondisinya dari keluarga besar sudah teratasi meski  dalam 3 bulan mendatang. Karena itu ia ingin mencaritahu siapa wanita yang bersamanya malam itu.

Mobilnya berhenti di depan hotel– tempat peristiwa itu terjadi. Ia sudah melepas seat belt dan bersiap untuk turun. Namun, suara ponsel membuatnya tertahan.

“Ya, Pa?” Langit diam mendengar Evan di seberang sana yang mengomel.

“Baiklah, aku ke kantor sekarang.”

Langit mengesampingkan tujuan awalnya dan berubah haluan menuju kantor, ada beberapa kendala terait berlian yang ia beli.

Setelah sampai di kantor, Langit menuju ruangan Evan. Pintu terbuka, Evan bangkit dari kursinya.

“Apa-apaan ini?” dokumen transaksi Evan banting di atas meja.

Langit terdiam, saat Evan menatapnya dengan tajam.

“Kamu tahu jika Tuan Harsa dan istrinya baru saja meninggal?” 

“Ya, Pa.”

“Kabar kematian mereka masih simpang siur. Dan mereka masih memiliki ahli waris. Lalu kamu membeli berlian itu dari tangan kanan perusahaan mereka.” 

“No! Aku beli langsung sama ahli warisnya, Desi Harsa.”

“Dia hanya adik angkat. Dan tidak ada hak atas perusahaan itu!”

“Papa tahu dari mana?” tanya Langit. 

Evan  mendekat ke dinding kaca di ruangannya, menatap ibu kota yang berisik. Lalu, dia menghela napas pelan, “Di malam kematian Tuan Harsa, kami sempat bertemu di salah satu acara,” 

Langit mendekati Evan, “Saat itu Tuan Harsa bilang, dia tidak ingin menjual apa pun dari harta yang dia miliki, termasuk berlian-berlian itu. Karena semua itu akan dia wariskan kepada putrinya,” Evan menatap Langit, “Dan kamu … justru membelinya dari adik angkatnya itu.”

“Ya … kita bisa hubungi anaknya untuk kerja sama selanjutnya nanti.”

“Papa nggak tahu putrinya ada di mana. Semua informasi seolah diblokade dari pencarian. Rumah mereka dikabarkan dijual, perusahaan mereka diatur oleh Desi,” ujar Evan.

Evan mengusap bahu Langit, “Jangan mempermudah jalan orang lain untuk berbuat buruk, walaupun itu ada keuntungannya untuk kita.”

Langit  bingung, “Maksud Papa? Ini hanya masalah lelang dan jual beli.”

“Lelang itu diadakan secara tertutup, tidak ada surat resmi dari dewan perusahaan mereka. Itu artinya Desi Harsa melakukan lelang secara ilegal demi keuntungan sendiri,” ujar Evan.

“Aku harus bagaimana?”

Evan juga bingung, “Papa juga belum menemukan solusi soal ini, kalau bisa bertemu dengan putri Tuan Harsa, Papa hanya ingin menjalin hubungan kerja sama … seperti yang pernah Papa rencanakan dengan Tuan Harsa dulu.”

Langit mengangguk setuju, “Ya, Papa benar. Permintaan berlian akhir-akhir ini memang naik.”

Evan tidak menyahut, ia meninggalkan Langit yang masih menatap jalanan ibu kota, menuju meja kerjanya.

“Sebenarnya Papa sudah sedikit menemukan titik terang dari pencarian putri Tuan Harsa. Tapi Papa ragu. Entahlah, lupakan saja,” 

Langit mendekat, menatap Evan bingung, “Kenapa gitu? Aku yakin Papa nggak pernah keliru dalam hal ini.”

Evan terlihat menimbang, “Ini hanya dugaan yang nggak make sense,” ucap Evan tertawa kecil.

“Bisa-bisanya Papa merasa Rinjani mirip dengan Tuan Harsa, dan kalung berlian yang dia pakai … terlalu mahal untuk seorang ART.”

1
Nadin Alina
Hebat sih, Rinjani. Yang semula tuan putri mau berjuang untuk hidup🙃
Nadin Alina
next bab Thor....
Nadin Alina
Ceritanya keren, semangat Thor 🔥
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!