NovelToon NovelToon
CINTA DI UJUNG PERPISAHAN

CINTA DI UJUNG PERPISAHAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / Konflik etika / Cinta Murni
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: ratu_halu

Alaric Sagara, tiba tiba hidup nya berubah setelah istri yang di cintainya pergi untuk selama lamanya karena malahirkan bayi mereka ke dunia.
Kepergian sang istri menyisakan trauma mendalam di diri Aric, pria yang semula hangat telah berubah menjadi dingin melebihi dingin nya salju di kutub utara..

Faza Aqila, sepupu mendiang sang istri sekaligus teman semasa kuliah Aric dulu kini statusnya berubah menjadi istri Aric setelah 3tahun pria itu menduda. Faza telah diam diam menaruh cinta pada Aric sejak mereka masih sama sama duduk di bangku kuliah.

Bagaimana kehidupan pernikahan mereka dan akankah Faza mampu membuka hati Aric kembali...

Happy Reading 💜
Enjoy ✨

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ratu_halu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ep 5

Alena sudah di izinkan pulang oleh Dokter, karena keadaan nya pun membaik dengan cepat. Dalam perjalanan pulang, Alena sama sekali tidak mau jauh dari Faza.

Bahkan Aric yang ingin menggendongnya saja di tolak mentah mentah oleh gadis kecil itu. Hingga Aric harus merelakan Alena pulang dengan mobil Papa Surya bersama Mama dan Faza. Sedangkan diri nya naik mobil yang lain dengan Pak Dirman yang mengendarai.

Sesampainya di rumah, Mama Dian langsung meminta Faza berkemas. Mama Dian akan membawa Faza dan Alena tinggal di rumah nya untuk sementara waktu.

"Mah, apa harus begini ?" tanya Aric

"Iya, memang harus begini supaya kamu sadar bahwa kehilangan itu menyakitkan!"

"Aric sudah pernah merasakan kehilangan, kalau mama lupa."

"Sudahlah, mama tidak mau membahas masa lalu kamu terus. Mama bosan!"

Mama Dian tak menggubris Aric lagi, perempuan itu malah sibuk dengan ponselnya.

Aric pun memilih naik ke lantai atas menuju kamarnya. Ketika Aric masuk ke kamar, dia melihat Faza sedang memasukkan beberapa pakaian nya ke dalam koper.

Faza sama sekali tak menghiraukan kedatangan Aric. Prempuan itu terlalu fokus hingga membuat Aric merasa tidak di acuhkan.

Di meja rias, Faza meletakkan buku nikah miliknya "Ini milikku, yang aku tau jika mau mengajukan perceraian harus ada dokumen ini."

"Apa maksud mu ?" tanya Aric dengan nada menekan

Faza memandang Aric sekali lagi, menatap Aric untuk terakhir kali..

"Aku minta maaf jika selama menjadi istri mu aku tidak menjalankan tugas ku dengan baik. Terimakasih untuk satu tahun ini. Semoga Mas Aric bisa mendapatkan kebahagiaan.." ucap Faza dengan matanya yang berkaca kaca.

Setelah mengatakan itu Faza pun memutus pandangan, membalikkan badan nya membelakangi Aric.

"Persetan dengan perceraian! Kau sudah masuk tanpa izin ke kehidupan ku, jangan harap bisa lepas dari ku dengan mudah!"

Faza tak terima, perempuan itu kembali menatap Aric "Kenapa Mas selalu menyalahkan aku, jika memang tidak mau seharusnya Mas Aric menolak perjodohan itu!" Faza bersuara lebih keras dari Aric, membuat Aric merasa kaget dengan respon perempuan itu..

"Mas Aric belum puas juga setelah menyiksa lahir dan batin ku selama ini ? Coba lihat sekeliling mu, apa ada di kamar ini yang benar benar milikku ? Kasur itu, tempat bergumul mu bersama Selena dan kamu tidak mau jika aku mengganti nya. Lihat dinding itu, Apa ada foto pernikahan kita disana ? Bahkan meja rias ini, apapun yang ada di kamar ini semua nya milik Selena. Apa menurut mu aku tidak tersiksa ?"

Deg!

Aric mematung, untuk pertama kali nya mendengar Faza mencurahkan luka yang di pendam nya selama ini membuat Aric merasa menjadi manusia paling jahat di dunia.

Faza pun menangis, menutup wajahnya dengan kedua tangan. Bahunya terus naik turun bersama dengan isakan yang memilukan.

Aric mengunci pintu kamar, takut mama dian tiba tiba masuk ke kamar karena mendengar keributan mereka.

Kemudian Aric memilih duduk di sisi ranjang, benar, ini ranjang miliknya dan Selena. Setelah itu mata Aric berkeliling, benar, di kamar ini hanya ada tentang Selena. Pigura besar itu, meja rias itu, bahkan lemari pakaian yang di pakai Faza pun 'bekas pakai' Selena.

Pandangannya kini tertuju pada Faza..

"Aku tidak menyukai mu.. Jangan harap aku menyentuhmu. Pernikahan ini cuma perjodohan."

Seakan baru kemaren, kalimat pedas itu Aric layangkan di malam pertama mereka.

Di awal pernikahan mereka pun Aric mengatakan pada Faza untuk tidak banyak bertanya, serta jangan mengatakan apapun jika Aric tak mengajak bicara lebih dulu. Sebulan dua bulan Faza masih berusaha menahan, namun di bulan ketiga Faza sudah tidak sanggup dan mencoba protes. Namun Aric justru tak perduli dan malah semakin bersikap dingin.

Kurang memaklumi apa Faza selama ini, mereka tinggal satu atap tapi tak pernah satu tempat tidur. Aric setiap malam tidur di sofa. Yang lebih parah Aric menyiksanya dengan masih menyimpan foto pernikahan nya dengan Selena yang di gantung di dinding tepat di depan kasur, sungguh sangat menyiksa malam malam Faza. Karena di kamar yang dulu di tempati Aric dan Selena disitu pula lah kamar Aric dan Faza.

Bahkan di seluruh bagian rumah itu masih terpajang foto Selena serta seluruh kenangan mereka berdua. Aric ingat, dia tak memperbolehkan siapapun untuk menggantinya..

Tangisan memilukan Faza perlahan mulai berhenti. Faza membuka wajahnya, mengusap sisa air mata dengan tangan nya.

Faza lalu membuka laci di meja rias, di ambil nya sebuah amplop berisi surat yang di tulis Selena. Surat yang jika Aric membacanya mungkin pandangan Aric tentang Faza akan berubah total.

Faza memasukkan amplop itu ke dalam tasnya, namun naas amplop itu malah terjatuh tanpa Faza sadari. Faza pun keluar kamar sambil menyeret kopernya dan meninggalkan amplop surat tersebut yang ternyata jatuh nya ke kolong Sofa.

Aric tak mencegah Faza pergi, bahkan Faza pun tak berucap pamit. Suasana disana berubah kosong seperti kosongnya hati Aric saat pintu kamar di tutup Faza dengan sangat pelan.

"Sudah ?" tanya Mama dian saat Faza sampai di ruang keluarga.

Faza mengangguk "Sudah, mah.. Oya, Alena mana ?" Faza bicara sambil menyembunyikan wajahnya dengan rambut panjang nya..

"Alena sama Papa di luar. Yasudah kita langsung berangkat sekarang saja. Takut keburu malam."

Mama Dian dan Faza berjalan ke depan sambil bersisian..

"Tante...." Alena menghampiri Faza dengan antusias..

"Tante, Alena punya tebak-tebakan, tante jawab ya..." Gadis itu berceloteh dengan riang nya..

Faza mengangguk dengan menampilkan mimik tak kalah antusias..

"Apa yang lebih berbahaya dari Radiasi ?" tanya Alena dengan mata berbinar sambil tak sabar menunggu jawaban Faza..

Faza mengerutkan keningnya, bingung dapat dari mana Alena tebak tebakan yang seperti itu. Faza dan Mama Dian pun sontak saling berpandangan..

"Memang kamu tau arti nya Radiasi itu apa, hem ?"

Alena menggeleng, wajahnya lucu "Nggak tau, tapi tante harus jawab.. Cepat tante jawab dulu dong." Alena memaksa sambil mengguncang lengan Faza..

"Aduh, apa ya ?! Tante nggak tau, tante nyerah aja deh.." ujar Faza dengan ekspresi yang di buat buat..

"Apa yang lebih berbahaya dari Radiasi jawabannya yaitu Radianggap.. Hahaha.." Alena tertawa terbahak bahak, sementara Faza justru tersenyum getir.

"Hushh.. Kamu ini. Dapat dari mana tebak tebakan seperti itu, hum ?" tanya Mama Dian yang langsung menatap curiga melihat suaminya tiba tiba membuang pandangan dan berpura pura sibuk dengan tanaman di halaman depan.

"Dari Opa.." Tunjuk Alena ke arah Papa Surya.

Faza hanya terkekeh, tapi sindiran yang di sisip melalui teka teki itu tepat mengenai sasaran. Radianggap. Benar, selama ini Aric tak pernah menganggap Faza sebagai istri nya. Ah. Kalau mengingat itu terus semakin membuat hati Faza sakit bukan main..

"Kamu ini, pah.. Sembarangan aja deh, gimana kalau Faza tersinggung.."

"Loh, siapa yang mau menyinggung Faza. Mana berani loh papa kaya gitu.. Ini murni tebak tebakan aja. Kamu nggak marah kan sama Papa, Faza ?" Pak Surya jadi merasa tidak enak, tapi namanya juga bapak bapak jokesnya kadang di luar nurul..

Faza hanya tersenyum, tapi tak membalas ucapan papa surya. Tak ingin terlalu lama berada di rumah itu, Faza pun mengajak Alena untuk segera naik ke dalam mobil..

Dalam perjalanan Faza lebih banyak diam, pandangannya sibuk memantau jalan dan lalu lalang kendaraan melalui jendela. Sementara Alena sudah tertidur dengan paha Faza yang menjadi bantalnya..

"Faza, nanti kamu pakai kamar yang di atas ya, itu kamar Aric. Dan Alena, buar dia tidur di kamar mama dan papa.." Ujar Mama Dian membuyarkan lamunan Faza.

"Maaf mah, apa ada kamar yang lain ?" Faza langsung menolak, dia sudah mengubur dalam dalam cintanya yang begitu besar pada Aric. Kini Faza ingin kembali hidup di dunia nya lagi, sebagai seorang Faza yang keras dan penuh pendirian..

Mama Dian dan Papa Surya reflek saling pandang..

Faza memang belum pernah sekalipun menginap di rumah mertuanya. Sejak menikah Aric langsung memboyong Faza untuk tinggal di rumah nya. Rumah yang lelaki itu tinggali bersama mendiang Istrinya.

"Kenapa ?" Tanya papa Surya. "Itu kan kamar suami mu. Memangnya kamu mau tidur di kamar tamu ?"

"Kamu boleh pakai kamar Aric. Nggak perlu takut Aric akan marah, biar anak itu jadi urusan mama. Mama nggak mau kamu sampai benar benar berpisah sama Aric. Mama nggak rela.." Mama Dian sampai memutar tubuhnya untuk bicara pada Faza sambil menatap mata menantunya.. "Mama nggak mau kamu tidur di kamar tamu, karena kamu bukan tamu. Kamu anak mama.."

Faza tersenyum tipis, "Iya, mah." Hanya itu yang bisa Faza ucapkan. Entah, perasaannya kini terasa hambar. Jika ditanya apa masih ada cinta, tentu saja. Faza hanya mencoba mengubur rasa itu, bukan menghilangkannya.

Sesampainya di rumah sang mertua, Faza menggendong Alena karena bocah itu masih terlelap.

"Sini, Alena biar papa yang gendong.." pelan pelan papa Surya mengambil alih Alena dari gendongan Faza..

"Kamu istirahat saja, kamar Aric di atas ya. Kamu pasti tau.." Mama langsung mengekor papa Surya untuk membawa Alena masuk ke kamar..

Faza menyeret kopernya, lalu naik ke lantai atas. Setelah sampai di atas, Faza langsung membuka pintu kamar yang letaknya tak jauh dari tangga, sementara kamar yang lain berada di pojok. Dan benar, saat kamar itu di buka, aroma dari tubuh Aric langsung menusuk indera penciumannya.

Ragu-ragu Faza pun masuk ke dalam kamar itu. Padahal hanya aroma nya saja, sudah mampu membuat jantung Faza berdebar. Kalau begini, akan sulit bagi Faza untuk melupakan segalanya tentang Aric.

1
Lisa
Puji Tuhan Faza ditemukan Aric..
Lisa
Aku mampir Kak
Lisa: Suka Kak 😊
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!