Gubrakkk
Nala Casandra memegang kepalanya, dia baru saja membaca sebuah novel dan sangat kesal. Dia marah sekali pada seorang antagonis yang ada di novel itu. Sangking kesalnya, dia melemparkan novel itu ke dinding, siapa sangka novelnya mental kena kepalanya, sampai dia jatuh dari sofa.
Dan siapa sangka pula, begitu dia membuka matanya. Seorang pria tengah berada di atas tubuhnya.
"Agkhhh!" pekik Nala.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14. Kemunculan Perampok
Wajah pangeran Arga Yudha Kertajaya terlihat sudah masam. Kalau di tambah bawang putih, gula merah dan cabai japlak, pas sudah jadi cuko khas Palembang.
Melihat situasi sudah sangat tidak menguntungkan baginya. Nala pikir, yang paling harus dia utamakan saat ini adalah keselamatan dirinya. Masa bodoh itu dengan harga diri, ya kan.
Nala tersenyum canggung. Bahasa sederhananya adalah nyengir.
"Pangeran, aku.. aku tidak sengaja. Tadi, aku mimpi buruk, ada penjahat, iya ada penjahat. Jadi, aku refleks saja menendangmu. Bukan sengaja, sungguh pangeran. Tubuh mulia sepertimu mana berani aku!" kata Nala.
Dia berusaha mengeluarkan kata-kata paling bagus yang ada di otaknya. Meski, dia sendiri ragu, apakah kata-kata itu mampu menenangkan pangeran Arga Yudha Kertajaya yang pastinya merasa malu, karena di lihat oleh dua pelayan Nala, terjungkal di lantai akibat di tendang oleh Nala.
Pangeran Arga Yudha Kertajaya menghela nafas panjang. Dia tadinya benar-benar marah. Tapi, mendengar kalau Nala sepertinya juga tidak sengaja melakukan hal itu. Dan ucapannya cukup menenangkan hati sang pangeran.
Pangeran Arga Yudha Kertajaya yang tadinya ingin menelan bulat-bulat Nala. Pada akhirnya mengurungkan niatnya itu.
"Baiklah, tunjukkan ketulusanmu kalau begitu. Bantu aku mandi!"
Mata Nala membulat.
"Mandi?" tanyanya memastikan, "Pangeran, bukannya pangeran akan mandi di sendang para pria. Iya kali, aku masuk ke sana!" kata Nala yang pastinya tidak akan sanggup melihat pemandangan yang ada di sana.
Salah lihat, salah pegang, bisa celaka dia.
"Siapa bilang, aku punya tempat mandi pribadi. Ikut aku!" kata pangeran Arga Yudha Kertajaya yang segera menarik tangan Nala untuk mengikutinya.
Nala sebenarnya ingin protes, tapi ada daya. Sumi dan Welas yang melihat itu juga hanya bisa diam, dengan cemas.
"Mbak Welas, akan di bawa kemana tuan putri?" tanya Sumi.
"Entahlah, tapi itu arahnya ke pemandian para pangeran. Kita di larang kesana Sumi"
Sumi masih terlihat cemas.
"Kalau dari jauh bagaimana, mbak?" tanya Sumi.
"Jangan cari masalah Sumi. Kalau agak lama tuan putri tidak kembali. Kita harus susul!" kata Welas memberikan solusi pada Sumi.
Sumi segera mengangguk setuju.
Dan di pemandian khusus pangeran itu. Pangeran Arga Yudha Kertajaya memerintahkan anak buahnya untuk berjaga. Lebih tepatnya, pengawal rahasianya.
Pangeran Arga Yudha melepaskan tangan Nala dan masuk ke kolam pemandian. Nala mengusap pergelangan tangannya yang lumayan sakit, saat di tarik tadi.
"Kenapa masih berdiri di situ? masuklah ke dalam sini!" kata pangeran Arga Yudha Kertajaya.
"Masuk?" tanya Nala dengan wajah tidak senang, "pangeran, jangan aneh-aneh deh, nanti ada yang lihat salah paham loh!" kata Nala.
Wajah pangeran Arga Yudha Kertajaya semakin masam.
"Tidak ingin di lihat oleh siapa? jenderal Mahesa Wulung?" tanya pangeran Arga Yudha Kertajaya dengan ketus.
Nala mendengus kesal. Tampangnya saja garang, kenapa sifatnya kekanak-kanakan begitu.
"Masuk ya masuk saja... eh!"
Nala terpeleset, untungnya pangeran Arga Yudha Kertajaya sudah berada di dalam kolam. Hingga saat dia terjatuh, pangeran Arga Yudha Kertajaya dengan cepat menangkap tubuh Nala. Meski setelah itu, keduanya tercebur bersama, karena memang posisi pangeran Arga Yudha sedang tidak dalam keadaan seimbang.
Byurrr
Nala memeluk kuat leher pangeran Arga Yudha Kertajaya, dia pikir kolam pemandian itu dalam, dan dia takut tenggelam. Karena dia memang tidak bisa berenang. Itu kan berbeda dengan sendang yang terlihat bagian dasarnya.
Pangeran Arga Yudha Kertajaya malah terlihat sengaja, membuat gerakan yang membuat Nala seolah-olah kolam itu dalam.
"Selamatkan aku pangeran, aku tidak mau tenggelam. Aku akan lakukan apapun untuk membalas kebaikanmu. Selamatkan aku!"
Dalam keadaan panik dan mata terpejam, intuisi bertahan hidup Nala membuatnya berkata seperti itu.
"Benarkah?" tanya pangeran Arga Yudha Kertajaya.
"Tentu saja, mana ada orang yang berbohong saat sudah mendekati..."
Mata Nala terbuka, dia merasa kakinya menyentuh dasar kolam. Dan hal itu membuatnya menjeda ucapannya dan membuka matanya.
"Eh, tidak dalam?" tanya Nala.
Jika sendang pemandian di istana hanya setinggi lutut kedalaman airnya. Kolam pemandian para pangeran ini juga hanya setinggi perut orang dewasa.
"Tapi aku sudah menyelamatkanmu. Jadi kamu harus melakukan apa yang aku mau!" ujar pangeran Arga Yudha Kertajaya yang tidak mau Nala mengelak dari apa yang tadi sudah dia katakan.
Nala mendengus kesal.
'Pangeran ini licik juga. Dia mengerjaiku!'
"Ya sudah, mau apa?" tanya Nala ketus.
"Peluk aku!" kata pangeran Arga Yudha Kertajaya yang membuat Nala seolah tak percaya dengan apa yang dia dengar.
"Modus ya?" tanya Nala dengan mata melirik curiga.
"Apa itu modus?" tanya pangeran Arga Yudha Kertajaya yang memang baru mendengar kata-kata itu.
'Ya ampun, modus saja gak tahu. Bagaimana kalau aku bilang stecu stecu?' batinnya.
"Bukan apa-apa"
"Kalau begitu peluk sekarang!" kata pangeran Arga Yudha Kertajaya setengah memaksa.
Nala terlihat ragu. Tapi pangeran yang ada di depannya itu kan suaminya. Tidak masalah kan?
Nala perlahan mendekat, setidaknya dia harus memenuhi ucapannya tadi.
'Tinggal peluk saja kan? memangnya apa yang akan terjadi?' batinnya.
Nala sudah berada di depan pangeran Arga Yudha Kertajaya, persis di depannya. Dan dengan cepat, Nala memeluk pangeran Arga Yudha Kertajaya.
Grepp
Nala meletakkan tangannya di punggung pangeran Arga Yudha Kertajaya. Dan pangeran Arga Yudha Kertajaya juga segera memeluk erat Nala. Bahkan pria itu memejamkan matanya.
Nala mulai gugup, jantungnya tidak mau di ajak kompromi. Malah berdebar semakin kencang saja.
"Sudah kan..."
Nala ingin menarik dirinya. Tapi pangeran Arga Yudha Kertajaya malah semakin erat memeluknya.
"Jangan bergerak Sekar Nala!"
Mata Nala melebar, dia merasakan sesuatu yang keras di bawah sana.
"Pangeran, kamu tidak akan melakukan hal itu di sini kan?" tanya Nala khawatir.
"Aku tidak keberatan!" ucap pangeran Arga Yudha Kertajaya yang langsung main sosor saja bibir Nala.
"Ada perampok!!"
Nala mendorong pangeran Arga Yudha Kertajaya.
"Pangeran ada perampok!" kata Nala yang ingin lepas dari pangeran Arga Yudha Kertajaya.
Pangeran Arga Yudha Kertajaya mendengus kesal.
"Bayu Sena! panggil pelayan tuan putri!" ujarnya dengan tidak senang. Lalu naik ke atas kolam.
"Tuan putri!" Sumi dan Welas segera berlari dan melebarkan kain untuk di pakai majikan mereka itu.
"Tuan putri, ayo kembali ke tenda. Kabarnya ada perampok kabur, salah satu pengawal melihatnya masuk ke dalam tenda perbekalan!" jelas Welas.
Nala terdiam.
"Ahhh... Pendekar hipnotis itu. Itu pasti dia, cepat kita kesana!" kata Nala yang mengingat, kalau mungkin saja dia bisa merubah takdirnya yang akan mati di tangan pendekar itu.
"Tuan Putri, kenapa malah mencari perampok sih? harusnya kita menghindari!" kata Sumi ketakutan.
"Sumi, kamu tidak paham. Kita harus cepat cari dia, sebelum dia ditemukan dan di tolong oleh Ratih Jayengwati, ayo!" Nala tak perduli ucapan dua pelayannya. Dan langsung berlari ke dekat tenda perbekalan.
***
Bersambung...