NovelToon NovelToon
Mahligai Cinta (Cinta Setelah Menikah)

Mahligai Cinta (Cinta Setelah Menikah)

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta setelah menikah / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Romansa / Pernikahan rahasia
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: bucin fi sabilillah

Hanum Salsabila, seorang dosen cantik harus menerima kenyataan jika ia harus dijodohkan dengan seorang CEO. Ia hanya bisa pasrah dengan ketegasan Halim sang ayah yang membuatnya tidak berdaya.
Ravindra Aditama, CEO yang begitu membenci perjodohan. Ia bersumpah akan mengerjai Hanum sampai ia puas dan pergi meninggalkan negeri ini setelahnya.
Kisah cinta mereka baru saja dimulai, namun Tama harus menerima kenyataan jika Hanum lebih memilih untuk berpisah darinya.
Akankah mereka bisa mempertahankan rumah tangga atau memilih untuk berpisah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bucin fi sabilillah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sandiwara

Tama memarkirkan mobilnya di halaman rumah. Ia segera turun dan membukakan pintu untuk Hanum.

"Eh, kenapa pipi ibu terluka," sentak Tama terkejut.

"Saya garuk," ucap Hanum ketus.

Ia turun dari mobil dan menerima uluran tangan Tama lalu menggenggamnya dengan tidak rela. Namun bibirnya tersenyum tipis dan membuat Tama juga ikut tersenyum.

"Ayo, Sayang!" ucap Tama.

Hanum hanya mengangguk dan mengikuti langkah Tama untuk masuk ke dalam rumah.

Di sana, mereka sudah ditunggu oleh para orang tua yang begitu penasaran dengan hasil bulan madu mereka kali ini.

"Maaf ya, Sayang. Mommy tidak tau kalau kamu punya alergi cuaca," ucap Alifiya merasa bersalah.

"Tidak apa, Mom," ucap Hanum tersenyum manis.

"Eh, ini bekas apa, Nak?" tanya Alesya terkejut.

"Ini, aku menggaruknya terlalu keras, Mom. Makanya jadi seperti ini," ucap Hanum tersenyum kecut sambil memegang lukanya.

Nafisa terdiam dan menatap Hanum penuh tanda tanya. Ia sangat mengenal Hanum. Alerginya tidak akan sampai ke wajah jika bukan musim dingin dan bersalju.

"Coba lihat, Nak!" ucap Nafisa penasaran.

Ini bukan bekas garuk, tapi seperti luka gesekan. Batin Nafisa.

Ia menatap Hanum dengan lekat, sementara gadis itu hanya menunduk salah tingkah karena ia yakin jika sang ibunda mulai curiga.

"Ah, nanti Mommy panggilkan dokter ya. Sekarang ayo kita makan dulu!" ucap Alifiya mengajak semua orang untuk menuju ke meja makan.

Tama yang merasa penasaran, hanya terdiam sambil memperhatikan percakapan mereka. Ia tidak tau harus berbuat apa saat ini.

Hanum duduk di samping Tama dan melayani sang suami dengan baik. Ia memasang senyum palsu agar tidak menimbulkan kecurigaan yang berlebih dari para orang tua.

"Kamu mau makan pakai apa, Mas?" tanya Hanum dengan suara lembutnya.

"Ayam saja, Sayang!" ucap Tama tersenyum.

Hanum mengangguk dan melayani Tama dengan telaten. Ia berharap ini bisa berakhir dengan segera. Karena sungguh, ia sangat tidak suka berpura-pura seperti ini.

"Bagaimana? Apa sudah ada harapan untuk anggota baru keluarga kita?" tanya Pasya dan membuat Hanum tersedak.

"Minum dulu, Sayang!" ucap Tama memberikan air putih kepada sang istri.

"Apa Daddy salah bicara?" tanya Pasya terkekeh.

"Tidak, Dad. Aku hanya terkejut," ucap Hanum masih terbatuk.

"Untuk proses, kami akan melakukannya dengan baik, Dad. Tapi untuk hasil, itu bukan kehendak kita lagi," ucap Tama menggenggam tangan Hanum dan menatap sang istri dengan penuh cinta.

Hanum hanya terdiam dan berusaha untuk tersenyum. Ia merasa tidak nyaman dengan ucapan Tama barusan, mereka seolah memberi harapan kepada orang tua yang memang sangat menginginkan cucu.

"Jadi kemarin jebol?" tanya Alifiya terkejut dengan wajah yang berbinar.

Wajah Hanum langsung merona mendengar pertanyaan dan ibu mertuanya. Alifiya yang melihat itu langsung kegirangan dan bertepuk tangan.

Nafisa tersenyum, namun ia merasa ada sesuatu yang tidak beres di antara mereka. Halim juga merasakan hal yang sama, namun ia hanya terdiam dan mengikuti apa yang tengah terjadi saat ini.

"Ayo kita makan dulu, biarkan mereka beristirahat setelah ini. Pasti masih lelah karena perjalanan yang sangat jauh," ucap Halim tersenyum.

Mereka langsung melanjutkan makan siang dengan cerita Alifiya dan Nafisa sambil mengenang masa muda mereka.

Hanum memang masih merasa lelah dan matanya masih terasa perih. Beruntung setelah menangis matanya tidak terlalu bengkak, sehingga tidak ada yang mengira jika ia menangis semalaman.

"Istirahatlah ke kamar dulu, Sayang. Kalian pasti masih capek banget," ucap Alifiya mengusap kepala Hanum dengan lembut.

"Iya, Mom. Aku memang masih mengantuk," ucap Hanum lirih.

Ia tidak bohong kali ini. Perjalanan jauh dan tekanan batin membuatnya merasa sangat lelah.

"Ya sudah sana istirahat. Tama, antar istrimu ke kamar!" ucap Alifiya.

Tama mengangguk dan menggenggam tangan Hanum. Hanya moment seperti ini yang bisa ia manfaatkan agar bisa berinteraksi dengan sang istri.

Walaupun dulu ia tidak menginginkan Hanum, namun kini ia sungguh menginginkan gadis itu.

"Ayo sayang!" ucap Tama tersenyum dan mengecup tangan Hanum dengan lembut sehingga membuat dosen cantik itu melotot kaget.

Mereka berjalan menuju kamar Tama. Setibanya di sana, Hanum langsung menghempaskan tangan sang suami dan kembali memasang wajah datarnya.

"Ibu tidurlah dulu, biar saya di sofa saja," ucap Tama.

"Jangan macam-macam!" ucap Hanum tegas.

Dengan wajah polos, Tama mengangguk patuh, ia menatap Hanum yang mulai berbaring dan perlahan terlelap. Ia memastikan jika Hanum memang sudah tertidur.

Kesempatan tidak akan datang dua kali. Ia ikut berbaring di samping Hanum dan memeluk dosen cantik itu dengan perlahan. Berharap Hanum tidak akan terjaga dalam waktu yang singkat.

"Maafkan aku karena telah memaksamu untuk melakukannya tanpa izin," ucap Tama sebelum ikut terlelap.

Mereka tidur dengan saling berpelukan, apa lagi Hanum dengan tidak sadar membalas pelukan Tama.

Sementara di luar, Alifiya dan Nafisa merasa penasaran dengan apa yang terjadi sebenarnya diantara Tama dan Hanum. Dengan perlahan, mereka mengintip sepasang suami istri itu setelah mengambil kunci serap kamar Tama.

Seketika, mereka menghela napas lega karena melihat Tama dan Hanum tidur dengan saling berpelukan.

Nafisa langsung menyelimuti mereka dan mengecup kepala Hanum dengan lembut. Ia juga mengusap kepala Tama sembari menyelipkan doa agar hubungan mereka bisa langgeng dan baik-baik saja.

"Aku berharap, mereka bisa saling menerima satu sama lain," ucap Alifiya lirih.

"Iya, semoga ini menjadi pernikahan pertama dan terakhir bagi mereka," ucap Nafisa lirih.

Tak lama, dua bidadari cantik itu segera keluar dari kamar setelah mengabadikan moment langka itu. Memotret Hanum dan Tama yang sedang berpelukan dengan mesra.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!