Hari dimana Santi merayakan ulang tahun pernikahannya yang ke 25, semuanya tampak berjalan dengan baik. Tapi itu hanyalah awal dari bencana besar yang akan dia hadapi. Tanpa diduga, hal yang tidak pernah disangka oleh Santi adalah, Dani suami yang selama ini dicintainya itu akan meminta cerai padanya, karena dia telah menjalin hubungan terlarang dengan seorang wanita berusia 20 tahun dibelakangnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon La-Rayya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sahabat
"Dasar pencuri!" Teriak Santi.
Guntur Prayoga menatap wanita yang pingsan di pelukannya itu.
"Sial!" Seru Guntur mencoba melihat wajah yang tersembunyi di balik rambut kusutnya.
"Apa yang terjadi?" Tanya Julia.
"Dia hampir membunuhku dengan botol ini." Kata Guntur dengan geli. "Kurasa dia mabuk berat." Sambungnya.
"Ya Tuhan! Kita harus membawanya ke dalam. Aku akan membantumu menggendongnya." Kata Julia.
"Aku bisa melakukannya sendiri, beri tahu saja di mana jalannya," jawab Guntur.
Saat Guntur menggendong Santi, mereka memasuki rumah. Di dalam, mereka terkejut melihat kekacauan di dapur, ruang makan, dan ruang tamu, dengan foto-foto berserakan di mana-mana. Julia membereskan sofa dan memerintahkan Guntur untuk menempatkan Santi di sana.
"Aku bahkan tidak percaya Santi bisa melakukan hal ini! Lihat saja jumlah botol yang telah dia minum. Apakah menurutmu kita harus memanggil dokter?" Tanya Julia dengan khawatir.
"Kurasa tidak, tapi kalau itu membuatmu khawatir, kita bisa memercikkan air diwajahnya dan mencoba membangunkannya." Kata Guntur sambil menyingkirkan rambut Santi dari wajahnya.
Guntur menyadari bahwa Santi adalah wanita yang cantik.
Julia mengambil salah satu foto dan melihat pasangan bahagia yang sedang berpose.
"Inilah orang paling menyebalkan tahun ini," Julia memberitahu Guntur. "Mereka merayakan ulang tahun pernikahan mereka dengan pesta meriah, dan dua hari kemudian dia meninggalkannya demi gadis yang lebih muda usianya dari putri mereka. Dasar pria brengsek!" Lanjut Julia.
"Aku tidak bisa berkomentar apa-apa." Ucap Guntur.
"Dia memang pria yang sangat menyebalkan. Oh ya, apa kau mau aku panggilkan taksi? Aku akan menemani Santi dan mencoba membangunkannya." Kata Julia.
"Aku akan tinggal dan membantumu disini sebentar. Apakah kau ingin dia tetap berada di sofa ini?" Tanya Guntur.
"Kamarnya ada di lantai atas. Tapi apa kau bisa membawanya ke sana?" Tanya Julia.
"Berat badannya lebih ringan dari patung-patung yang aku buat. Pandu saja aku. Wahai wanita manis, aku akan mengantarmu ke kamarmu." Kata Guntur sambil menggendong Santi lagi.
Mereka berdua lalu membawa Santi ke kamarnya dan membaringkannya di tempat tidur. Kemudian mereka kembali turun ke ruang tamu. Setelah itu, Guntur pun memutuskan untuk kembali ke hotel tempat dia menginap.
...----------------...
Keesokan harinya, Santi terbangun dengan sakit kepala hebat dan juga sakit perut. Dia bangun dengan hati-hati dan menuju kamar mandi. Dia merasa mual.
Pintu kamarnya terbuka dan saat mendengar suara Julia, Santi terkejut melihat temannya ada di sana.
"Bagaimana perasaanmu?" Tanya Julia.
"Apa yang kau lakukan di sini?" Tanya Santi.
"Aku datang tadi malam, kau terlihat sangat buruk, jadi aku tidak ingin meninggalkanmu sendirian. Apa kau mau aku ambilkan obat penghilang rasa sakit?" Tanya Julia.
"Aku sepertinya minum terlalu banyak tadi malam. Aku merasa tidak enak badan." Kata Santi.
"Bukan terlalu banyak. Tapi memang sangat banyak. Itu lebih seperti tujuh botol, dan kau mungkin memuntahkan sebagian besar di karpet dan di dapur," kata Julia.
"Tujuh botol! Karpet," ulang Santi. "Aku akan mandi. Terima kasih, Julia, sudah datang!" Lanjutnya.
"Jangan berterima kasih padaku, aku temanmu. Aku akan membuatkan mu sesuatu untuk diminum," kata Julia.
Julia kembali ke dapur, di mana Guntur sedang mencuci piring makan siang.
"Dia sudah bangun, sedang mandi, tetapi dia tidak ingat apa pun. Dia terkejut melihat aku ada di sini," kata Julia.
"Seharusnya kau tidak terkejut. Tapi, aku tetap terkejut dengan reaksinya." Jawab Guntur dengan geli.
"Kau mau kopi? Aku akan membuatkannya untuk Santi," tawar Julia.
"Ya, buatkan aku satu," kata Guntur sambil mengeringkan tangannya.
Santi mengenakan celana olahraga dan blus sederhana, mengeringkan rambutnya lalu mengambil hijab instan dan memakainya kemudian pergi ke dapur. Dia mencium aroma yang tidak dikenalnya di udara, lalu dia melihat Guntur tersenyum.
"Pencuri!" Serunya.
Guntur mengangkat sebelah alisnya. Ini kedua kalinya Santi memanggilnya pencuri, tapi setidaknya kali ini dia tidak bersenjatakan botol minuman.
Guntur tersenyum dan menyilangkan lengannya, menunggu Julia berbicara.
"Santi, ini Guntur Prayoga. Apa kau ingat, aku pernah bercerita tentang dia? Aku bertemu dengannya di Bali," Julia menjelaskan.
"Pemuda yang dulu pernah melukis mu saat memakai bikini!" Seru Santi.
Guntur tak kuasa menahan tawa, dan Santi menatapnya heran karena pemuda itu berani mengejek apa yang dikatakannya.
"Kau ini. Dia datang menemui ku untuk merayakan ulang tahunku dan dia tidak ingin meninggalkanku sendirian. Tadi malam, kau hampir membunuhnya dengan botol," Julia memberitahu Santi.
Entah mengapa Santi tidak bisa berhenti tersenyum dan entah mengapa, hal itu juga sekaligus membuatnya kesal.
"Maaf, sepertinya aku agak bingung." Ucap Santi.
"Tidak heran, kau minum terlalu banyak. Sini, duduk. Aku sudah membuatkan mu kopi," kata Julia, mencoba meredakan ketegangan.
Santi duduk dan mulai meminum kopinya. Guntur Prayoga menatap wanita di depannya dengan penuh minat.
"Guntur datang ke Surabaya hanya untuk merayakan ulang tahunku. Sebenarnya dia sedang dalam perjalanan untuk menggelar pameran di Jakarta. Aku ingin sekali kau ikut denganku." Kata Julia.
"Kalian akan bersenang-senang, percayalah Nyonya Santi Prasetya. Ada banyak lukisan yang bisa menyenangkan suasana hatimu." Ucap Guntur dengan nada mengejek."
Santi menatapnya, tidak mengerti apa yang lebih membuatnya kesal, entah nada bicaranya yang mengejek, atau cara dia menatapnya, atau sebenarnya karena sakit kepala yang dialaminya.
"Aku tidak tahu apakah aku bisa," kata Santi menyadari betapa konyolnya perkataan itu.
"Kita bisa bicara nanti. Bagaimana kalau kita bertiga makan malam malam ini? Guntur akan kembali ke Jakarta." Ucap Julia.
"Aku akan senang sekali," kata Guntur.
Namun Santi tidak senang. Dia tidak ingin keluar rumah. Dia tidak sanggup menghadapi dunia setelah apa yang terjadi di salon kecantikan.
Guntur mengamati Santi.
"Bergembiralah, Nyonya Prasetya, percayalah, akan lebih baik untuk keluar rumah daripada terus tinggal di sini meratapi lukamu yang akan terus merusak hatimu." Komentar Guntur.
"Anak muda, aku belum memberimu kepercayaan diri untuk berbicara kepadaku seperti itu. Lagi pula, namaku Santi Amalia. Bukan Nyonya Prasetya." Ucap Santi.
"Ha, ha, ha, kenapa kau punya kebiasaan bicara seperti itu padaku? Aku mungkin beberapa tahun lebih muda darimu, dan kau benar, kau tidak memberiku kepercayaan diri itu, tapi aku tidak membutuhkannya untuk memberikan pendapatku. Masalahnya adalah, ini semua bukan karena kau tidak bisa hidup tanpa suamimu, tapi masalahnya karena kau tidak tahu bagaimana hidup tanpa kehidupanmu yang berputar di sekelilingnya." Ujar Guntur.
Santi terdiam.
"Sampai jumpa nanti malam, Julia," kata Guntur sambil berdiri dan meninggalkan rumah itu.
"Maafkan aku, Santi. Guntur memang mudah marah, tapi dia benar, kau tidak bisa terus seperti ini." Ucap Julia.
"Aku bersumpah aku sudah mencoba untuk menghadapi semuanya. Aku sudah berencana untuk pergi ke pesta ulang tahunmu, tapi kemarin aku pergi ke salon kecantikan. Aku ada di sana, mencoba untuk mendapatkan kembali hidupku, dan kemudian aku mendengar wanita tukang gosip itu mulai berbicara tentang Dani dan pelakor itu. Dan tentang betapa konyolnya penampilanku di pesta ulang tahun itu. Dia tidak hanya menipu dan meninggalkanku, tetapi dia juga membuatku menjadi bahan tertawaan seluruh Surabaya." Ujar Santi.
"Lalu apa rencanamu? Apa kau ingin tetap terkurung di sini seumur hidupmu? Kau bahkan minum minuman keras sampai mabuk. Apa kau tidak malu pada penutup kepalamu saat ini? Kau sendiri yang mengatakan ingin berhijrah, tapi apa yang kau lakukan semalam?" Ucap Julia berapi-api.
Santi hanya bisa terdiam. Dia merasa begitu bersalah pada dirinya sendiri dengan apa yang sudah dia lakukan semalam.
"Seharusnya kau shalat, berdoa, mohon ampun, minta petunjuk, minta tolong pada Tuhan agar membantumu untuk melanjutkan hidupmu. Bukannya malah melakukan dosa dengan minuman keras. Cukup Dani saja yang berdosa karena telah menyakitimu." Ujar Julia lagi.
Santi tertunduk malu, menyadari kesalahan yang sudah dia lakukan semalam.
Julia terdengar menghela nafas.
"Ayolah Santi, semangat lah. Lanjutkan hidupmu. Pergi keluar malam ini bersama kami. Lagipula kau berutang padaku. Kau melewatkan ulang tahunku, dan aku juga sudah membersihkan rumahmu." Ucap Julia.
Santi melihat sekeliling, lalu meraih tangan temannya itu.
"Baiklah, aku akan pergi bersamamu malam ini." Ucap Santi.
"Ini baru Santi-ku, dan untuk memastikan kau ikut nanti malam, aku akan datang menjemputmu." Ucap Julia memperingatkan.
Bersambung...
🖕(dani aki2🤮clara cabe2an)