Langit Tanpa Senja

Senja menempelkan access card tepat di sensor gagang pintu.

Klik.

Ia menggusur stilleto yang membuat tumit dan ujung jempolnya pegal, berhenti di samping rak sepatu untuk menggantinya dengan sendal rumah bersama semua rasa lelah dan pening.

Trek!

Ia menyalakan lampu unit apartemen. Yap! 3 tahun lebih sudah berlalu sejak pernikahan Savio dan Shaka, sejak interaksinya secara dekat nan in tim dengan Maru, sejak terakhir Arlan ke rumah mengantarnya yang sakit dari resepsi Vio--Shaka.

Ia membawa seluruh surai yang sejak tadi terburai lepek karena polusi jalanan dan keringat menjadi satu dan mengikatnya menjadi cepolan asal. Blazer ketat terasa memeluk erat badannya. Kaki-kaki jenjang itu melangkah ke arah tengah ruangan sambil menenteng tas dan kunci mobil.

Selulusnya ia magister dan sempat mengambil pelatihan serta pendidikan tambahan, Senja resmi menjadi seorang analis keuangan sebuah perusahaan besar di Jakarta. Hubungan para anggota kkn 21 masih terjalin baik, meski kini mereka kesulitan untuk bertemu. Terkadang ada saja yang tak bisa hadir seperti halnya Arlan yang terkadang harus bekerja keluar kota, Maru yang sibuk mengambil pendidikan advokatnya, termasuk menangani kasus-kasus kriminal.

Zaltan bersama Nalula yang sudah memutuskan untuk bertunangan begitupun putus nyambungnya Syua dan Mahad, drama tuan muda dan independent women yang sama sama keras kepala.

Vio pun tak luput dari drama rumah tangga, ia bahkan sering tiba-tiba menelfonnya sambil menangis dan kabur kesini untuk sekedar bercerita melepas rasa kesalnya pada Shaka sambil nonton drakor. Keduanya memutuskan untuk menunda memiliki momongan sampai unit rumah yang diambil lunas, itu artinya, mungkin sampai tahun besok.

Sungguh drama kehidupan yang membuat Senja penat, jika bisa ia putar kembali waktu...ia ingin kembali ke masa-masa....KKN. Dimana mereka hanya memikirkan proker, perut dan kesenangan, atau mungkin ia akan lebih jauh lagi memilih saat hanya memikirkan les baletnya saja dan bagaimana caranya mendapatkan jatah es krim tambahan.

Sementara dirinya? Uhhh! Senja menjatuhkan dirinya di atas kasur empuk. Mengingat jarak tempuh menuju kantor lebih jauh, Senja memilih membeli unit apartemen, itu pun dengan usaha mati-matian mendapatkan acc dari mami, papi apalagi rasa khawatir mbak Yanti yang berlebihan.

Matanya sempat terpejam memikirkan angka-angka, nominal uang, pemasukan dan pengeluaran, bahkan belakangan ini, Senja lebih sering berteman dengan koyo, minyak aromatherapy, dan makanan pedas. Lebih jarang menyambangi mall atau salon.

Pada bulan Januari sampai bulan Agustus 202X terdeteksi kecurangan dalam management keuangan, dewan audit menemukan titik janggal di pajak sekitar bulan, dan bla...bla...bla. Otaknya cenat-cenut.

Ia mendesis kemudian memijit kedua pelipisnya, "arggghhh! Pusing..."

Apa kabar dengan kisahnya, antara dirinya dan Arlan atau dirinya dan Maru? Entahlah...semuanya mendadak sunyi dan tenggelam. Tak memiliki ujung kisahnya karena semua itu seolah lenyap bersama dengan ketiga orang ini yang sibuk oleh dunianya sendiri.

Terakhir, Senja bahkan masih penasaran dengan kiriman parsel buah dan dessert ke rumah sewaktu ia sakit dulu. Diantara anak-anak kkn 21 tak ada yang mengakui, termasuk Maru yang hanya diam tanpa mengetik sepatah kata pun di grup saat ia bertanya. Ia juga malas jika harus memulai obrolan duluan. Sudah cukup harga dirinya diobral Arlan.

Arlan memang tak main-main mengejar karir, untuk mengejar materi dunianya. Buktinya saja, minggu lalu ia sedang berada di Samarinda. Katanya....gue pengen ntar ma ti dikelilingi harta, gilaaa! Dasar cowok gila!

Ia bangkit, mengganti pakaiannya dengan kaos besar yang menenggelamkan diri dengan celana stretch hitam sepa ha tanpa melapisinya lagi dengan apapun.

Senja membuka kulkas, dimana susunan kotak makan bening dengan berbagai tulisan berjajar rapi di rak penyimpanan ke 2 setelah freezer.

"Risol mayo smoked beef." Lirihnya membaca, lantas ia menarik itu dan menaruhnya di air fryer.

Menyalakan voice notes mbak Yanti bagaimana cara menggoreng, ngga usah banyak ditaro minyak, atau tanpa minyak juga bisa neng Nja.

Suhunya 180 derajat aja, ngga usah lama-lama, cukup 3 menit. Suara mbak Yanti menggema dari ponselnya menemani Senja di dapur. Selalu, pesannya dan pesan mami yang ia sematkan paling atas aplikasi whatsapp.

Meski begitu, ia terkadang bereksperimen memasak sendiri yang ujung-ujungnya memang selalu gagal. Terakhir, Vio...saat datang dengan kondisi mengeluh dan kacau ia suguhi dengan cumi rasa ban dalam. Mana tinta yang ia lupa buang membuat mulutnya menghitam seperti habis nyeruput isian gottt.

Mendadak suara mbak Yanti terganggu oleh notifikasi yang berdenting bersahutan.

KKN 21

(Sultan Tri Alby) gue baru landing di Soetta. Lusa jadi kan?

(Raindra Jovian) njirr, bentaran napa weyyy! Gue masih belum ambil jadwal penerbangan, masih ngurusin urusan kampus. An jing lama banget.

(Nararya Zaltan) welcome home my friend! Akhirnya setelah sekian lama mengembara di negri orang.

(Lengkara Savio) yeee, akhirnya bisa kumpul semua juga, awas lo pada ngga ada, gue kejar satu-satu ya!

(Raras Nalula) di acara Mei-Jingga berarti kumpul semua ya?

(Aluna Senja) mbak Yanti, ini kenapa aku goreng risoles kok gosong sebelah sih? Masa harus aku kikir sebelahnya, jadi kaya siang dan malam gini risol mayo aku 😭

(Purwangga Mahadri) ya ampun 😭😭 masih aja anak abah begitu. Lo belum lulus juga jadi anak buah chef Juna, Nja? Lah kemaren kursus di sekolahnya chef Renata lo ngapain aja? Tidur? Ke laut mendingan buat cuci muka.

(Aluna Senja) pesan dihapus.

(Meidina Sastro) 😂 percuma dihapus, Nja. Udah pada kebaca.

(Raindra Jovian) Lan @T. Zioma Arlan, gimana nih, anak buah ngga bisa-bisa masak? Hubungan lo berdua gimana perkembangannya? Nja...tenang, sekarang Arlan udah bisa biayain hidup lo sekalipun lo ngga bisa masak.

(Livia Syua Tan) 😂😂 rame lagi gara-gara Nja. Lo pakein minyak engga gorengnya Nja? Lo bolak balik engga?

(Arshaka Mandala) ah Senja, waktu lalu bini gue disuguhin ban dalem, coba...

(Sultan Tri Alby) 😂😂😂👍👍 biar si Vio kuat ngadepin keganasan lo.

(T. Zioma Arlan) beli Nja, beli aja udah...lo ngga cocok di dapur. Kalo nanti gue datang lo masih nekat di dapur, gue iket di tower sutet, Nja.

(Aksara Jingga) parah 😁

(Aluna Senja) bang Jing, ngatain gue parah, bang Jing parah ihhh 🔪🔪

(Purwangga Mahadri) mana bawa-bawa piso, lagi. Awas Ga, masa iya mau jadi manten gagal gara-gara ditusuk Senja.

(Aksara Jingga) maksud gue, Arlan parah ngatain mau iket lo di tower sutet.

(Nararya Zaltan) sekalinya keluar salah. Hidup lo emang sebuah kesalahan bang...

(Nagara Kertamaru) mengetik...

Senja cukup dibuat terkejut ia membolakan matanya melihat fenomena langka itu. Rasa berdebar dan deg-degan itu seolah kembali muncul setelah sekian lama.

(Nagara Kertamaru) sharelock, guys.

Mereka berlomba-lomba menyambut si wakordes ini bangkit dari kematian, yang memang langka sekali untuk bergabung dan bersuara.

Maru hanya menggeleng membaca chat kkn 21 yang kembali ramai, karena Senja. Dan masih saja, perempuan itu selalu ada saja gebrakannya dalam dunia memasak.

Ia menghela nafasnya di kursi kebesaran, mencoba meluruhkan rasa lelah dengan bersender, membuka satu kancing kemeja atasnya, demi meloloskan pasokan oksigen ke dalam paru-paru.

*Apa kabar kamu, Nja*? Ia menatap foto-foto yang ia scroll di galeri hape dan kenangan beberapa tahun silam yang masih setia ia simpan. Masa-masa kkn yang memberikan makna tersendiri, bersama satu perasaan yang nyatanya tak hilang sampai sekarang.

Selama ini ia meraba perasaannya, mencerna setiap waktunya tanpa kehadiran seseorang, dan Maru sadari jika ia merasakan sesuatu perasaan yang aneh, seperti kehilangan.

Ponselnya berubah tampilan.

**Memanggil Mbak Gita**...

"Hallo?"

(...)

"Mbak Git, besok jadwal saya apa ya? Bisa tolong dikosongin ngga?"

"Iya. Lagi ada perlu, ketemu temen-temen lama, baru balik dari Jepang."

"Oke."

.

.

.