"Hai Om, ganteng banget sih. mana lucu, gemesin lagi."
"Odel. a-ah, maaf tuan. teman saya tipsy."
Niccole Odelia jatuh cinta pada pandangan pertama pada seseorang pria dewasa yang ditemuinya di bar. meski mabuk, dia masih menginggat dengan baik pria tampan itu.
Edgar Lysander, seorang pengusaha yang tampan dan kaya. dia tertarik pada Odelia yang terus menggodanya. namun dibalik sikap romantisnya, ada sesuatu yang dia sembunyikan dari Odelia.
Akankah cinta mereka semulus perkiraan Odelia? atau Odelia akan kecewa dan meninggalkan Edgar saat mengetahui fakta yang disembunyikan Edgar?
ikuti terus kisah cinta mereka. jangan lupa follow akun Atuhor.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Addryuli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 17
Ting.
Ting.
Edgar menatap ponselnya yang kembali berdenting tanda ada pesan masuk. Dia mengambil ponselnya, terdapat pesan masuk dari orang suruhannya. Dia membuka pesan gambar itu lalu membukanya. Sudut bibirnya terangkat saat melihat beberapa kiriman foto istrinya tengah jalan di mall bersama kekasihnya.
"Alysa, kamu pikir bisa lolos gitu aja?" gumam Edgar.
Edgar kembali melihat-lihat foto itu, namun matanya tak salah melihat gambar yang cukup familiar. Edgar menzoom gambar itu, dia terkejut saat melihat Odelia yang tengah menoleh ke arah kamera. Dan yang membuat Edgar heran adalah cowok disampingnya.
"Odelia, sama cowok?" gumam Edgar.
Dia mencrop foto itu hingga hanya terlihat Odelia dan cowoknya.
"Mau main-main gadis kecil?"
Edgar tersenyum miring, dia kemudian mengirimkan foto itu pada Odelia. Ajaibnya, baru beberapa detik pesan terkirim Odelia sudah membuka pesannya.
Odelia : om nguntit Odel?
Edgar mendengus sinis. "Menguntit katanya."
Tak membalas pesan Odelia, Edgar mematikan ponselnya kemudian kembali melanjutkan pekerjaannya. Meski hari minggu dia lebih memilih menghabiskan waktunya untuk bekerja.
Ting..tong.
Suara bel apartemen Edgar berbunyi, dia melepaskan kaca mata yang bertengger dihidung mancungnya. Edgar keluar dari kamarnya menuju bawah.
ceklek.
Edgar membuka pintu apartemennya, terlihat Theodore berdiri sambil membawa sebuah map ditangannya.
"Dari pengadilan." ucap Theodore sambil menyerahkan map itu.
Sudut bibir Edgar terangkat, dia menerima map itu kemudian menggeser tubuhnya. Theo masuk ke dalam setelahnya Edgar menutup pintu apartemennya.
Mereka duduk sofa ruang tamu, Edgar membuka map itu lalu mulai mengeluarkan isinya. Dia mulai membaca surat gugatan cerai yang dia ajukan beberapa waktu lalu.
"Tinggal tanda tangan, nanti akan ada yang ngirim ke rumah Alysa." ucap Theo sambil memberikan sebuah pulpen.
Edgar menerima pulpen itu kemudian membubuhkan tanda tangannya ke surat itu.
"Pastikan Alysa menandatangani surat ini. Gue udah muak sama kelakuan dia."
Theo memasukkan kembali surat itu ke dalam map. "Iya kalau dia mau cerai sama lo."
Edgar melirik Theo dengan tajam. "Apa maksud lo?"
Theodore tersenyum miring sambil menyandarkan tubuhnya ke sofa.
"C'mon Ed, lo tampan kaya siapa yang nggak mau sama lo. Nggak mungkin Alysa akan melepaskan lo begitu aja. Apalagi perusahaan papanya sangat bergantung sama suntikan dana perusahaan lo."
Theo menghela nafas pelan.
"Kalo kalian cerai otomatis lo akan berhenti memberikan suntikan dana ke mereka, dan lo tahu kan apa yang akan terjadi selanjutnya." sambung Theo.
Edgar menghembuskan nafas kasar, setelah dipikir-pikir benar juga apa yang dikatakan asistennya barusan. Akan sulit untuk pisah dengan Alya jika pihak keluarganya mendukung Alysa.
"Tapi. Apa mereka tahu kelakuan Alysa?" tanya Edgar.
Theodore mengedikkan bahunya. "Kalaupun tahu mereka bisa apa? Mereka akan tetap mempertahankan mana yang menurut mereka menguntungkan. So, hati-hati bro."
Edgar mengepalkan kedua tangannya, kenapa dia tak memikirkan hal ini sebelumnya?
"Kita tunggu kelanjutannya, jika mereka masih tidak mau mengalah maka kita cari kelemahan mereka untuk menekannya."
Edgar mengangguk. "Benar."
Theo menepuk pundak sahabat lamanya dua kali. "Lo ngebet banget pengen jadi duda?" godanya.
"Atau, karena....."
"Sialan." desis Edgar, dia tahu arah pembicaraan Theo.
Theo tertawa pelan kemudian berdiri. "Saya permisi dulu tuan, saya tak ingin menganggu weekend anda."
"Brengsek."
Edgar mengambil bantal sofa lalu melemparkan ke arah Theo.
Blam.
Pintu tertutup dengan kasar. Edgar menyugar rambutnya ke belakang, kepalanya dia sandarkan pada sandaran sofa. Pikirannya melayang ke dua tahun lalu dimana awal mula dijodohkan dengan Alysa.
Alysa dulu wanita yang lemah lembut dan pengertian, namun seriring berjalannya waktu semuanya berubah. Setelah pernikahan mereka jalan beberapa bulan, Alysa mulai menunjukkan sifat aslinya.
Yang membuat Edgar sakit hati adalah mengetahui fakta bahwa Alysa masih berhubungan dengan mantan kekasihnya.
Dia seperti pria bodoh yang mudah ditipu wanita seperti Alysa. Kali ini dia tak akan lagi mempertahankan hubungannya, dia akan memulai kehidupan baru yang lebih sehat.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Pagi ini Odelia berjalan sendirian dikoridor gedung IPS. Dia mulai menaiki anak tangga satu per satu, pikirannya tak fokus. Dia masih belum bisa memecahkan tuduhannya pada Edgar.
Sampai di kelas, Odelia menghampiri dua sahabatnya yang tengah ngobrol.
"Kenapa lo?" tanya Zara.
"Gue ada sesuatu buat kalian."
Odelia meletakkan tasnya kemudian mengambil ponsel dari sakunya. Dia membuka aplikasi galeri lalu memperlihatkan foto kiriman Edgar kemarin sore.
"Ini lo kan?" tanya Cessa.
Odelia mengangguk. "Iya."
"Terus, maksudnya apa?" Tanya Zara.
"Foto ini dikirim sama om Edgar." jawab Odelia.
"WHAT??" seru keduanya.
"Bentar-bentar, jadi om Edgar ngikutin lo?" tanya Zara.
Odelia menggeleng. "Nggak tahu, gue juga bingung."
"Lo udah tanya?" tanya Cessa.
"Udah, tapi pesan gue nggak ada yang dibuka satupun."
"Kecewa kali sama lo, yang dikejar siapa yang diajak jalan siapa." seloroh Zara.
"Bisa jadi tuh Del. Tapi kok dia bisa tahu kalo lo jalan di mall itu sih?"
"Bisa aja lah, siapa tau nyewa detektif kan buat ngikutin Odel." jawab Zara.
"Tapi kalo dilihat-lihat, foto ini ada yang aneh deh?"
"Aneh gimana Del?"
"Angle foto ini tuh pas kita nggak sengaja lihat tantenya Aston Cess."
"Bisa pas gitu ya lo madep ke kamera." ucap Cessa kembali melihat foto itu.
"Makanya itu."
"Lo udah coba hubungin lagi?" tanya Zara.
Odelia kembali menggeleng lemah, dia meletakkan kepalanya ke atas meja.
"Baru aja mau seneng, udah diombang ambingin ombak." gumam Odelia.
"Sabar, siapa tahu dia lagi sibuk kan."
●
●
Cekrek.
Cekrek.
Odelia melihat hasil jepretannya.
"Tck, kok jelek sih?" decaknya sebal.
Dia mengelap pipinya yang basah kemudian kembali meneteskan obat mata. Dia kembali berpose sedih lalu memfotonya. Dia memfoto beberapa kali dengan angle berbeda.
Odelia tersenyum saat melihat beberapa foto yang terlihat bagus. Dia mengambil tissue lalu mengelap air mata buatannya itu.
"Ini meyakinkan banget nih." gumamnya.
Odelia segera mengirimkan fotonya yang pura-pura menangis pada Edgar. Dari kemarin sore chat yang dikirimkannya hanya dibaca saja tanpa dibalas. Kali ini dia mencoba lagi siapa tahu dibalas.
"Kirim."
Odelia memencet tombol kirim lalu tersenyum cerah. "Semoga dia luluh sama air mata buatan ini.:
Odelia tertawa kecil sambil mengangkat botol obat mata.
Ting.
Odelia segera mengambil ponselnya saat mendapat sebuah pesan. Dia membelakan matanya saat Edgar membalas pesanya.
"Aaaaaaaa, akhirnya dibales juga." seru Odelia sambil berjingkrak-jingkrak di atas ranjang.
"Oke Odel, tenang. Mari kita balas pesan dari om duda tampan."
Om Edgar : ada apa?"
Me : jahat banget nggak bales chat Odel.
Ting.
Om Edgar : saya sibuk!
Odelia mengerucutkan bibirnya. "Cuek banget anjir."
Me : om lagi apa? Sibuk ya?
Ting.
Om Edgar : sedikit.
Me : berarti Odel ganggu dong?
Om Edgar : lumayan.
Odelia mengerutkan kening. "Ini sibuk ngapain anjir? Sibuk tapi fast respon banget." gumam Odelia heran.
Odelia kembali membuka aplikasi kamera lalu mengirimkan foto pap pada Edgar.
Me : (send pic) maafin Odel ya om. Yang kemarin itu cuma temen kok, beneran deh. Odel jomblo kok, udah dua tahun jomblo.
Di kantornya, Edgar sedang senyum-senyum sendiri sambil melihat ponselnya. Theo yang sengaja lembur di ruangan Edgar mengerutkan keningnya.
"Dasar gadis nakal." gumam Edgar.
"Ehem." Dehem Theo keras saat mendengar gumaman Edgar.
"Kerja ya kerja saja jangan nguping." sindir Edgar.
"Gue ikut seneng Ed kalo lo udah bisa senyum lagi, meskipun harus sama anak SMA bau kencur." batin Theodore.