Suamiku, dia tidak selingkuh tapi membuat aku kesepian. Dia tidak jahat tapi dia membuat aku terluka akan sikap acuhnya. Dia tidak kasar tapi dia selalu menyepelekan segala hal tentang perasaanku dan lebih sibuk dengan ponselnya daripada bersenda gurau denganku. Aku kesepian, namun aku selalu menyemangati diriku sendiri hingga aku bertemu dengan Zavran, teman sekolahku dulu yang pernah menyatakan cinta padaku namun aku tolak karena aku pikir suamiku lah pria terbaik untukku.
Setelah pertemuan tak sengaja, kami mulai berhubungan. Kami saling suport hingga membuat aku tidak menyadari akan perasaan ini. Aku nyaman bersamanya, aku merasa di perhatikan olehnya, aku merasa di hargai dan di sayangi. Rasa yang tidak pernah aku dapatkan dari suamiku sendiri.
Lalu bagaimana aku memendam perasaan ini? Apakah aku akan menyerah pada perasaan ini? Ikuti kisahku hanya di sini.
Terima kasih
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon swetti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
THE END
Hari hari berlalu begitu saja, tak terasa usia kandungan Dera mencapai sembilan bulan. Perutnya sudah membuncit seperti bola, dan perubahan fisik sudah mulai terlihat meskipun tidak signifikan. Zavran begitu menyayanginya, ia begitu memanjakan sang istri tercinta. Begitu pun dengan kedua mertua Dera, mereka menyayangi Dera layaknya putri kandung mereka sendiri. Hubungan Zavran dan Dera semakin lengket, Dera sudah tidak malu malu bermanja manja dengan Zavran. Mengenai Yulia, sampai sekarang ia belum bisa menemukan mereka. Setelah di tinggalkan Edi, ia tinggal di sebuah kontrakan kecil dan bekerja sebagai pelayan di sebuah cafe. Sedang kan Brian, entah dimana dia sekarang yang jelas Dera tidak ingin tahu menahu tentang Brian lagi. Ia cukup bersyukur hidup bahagia bersama Zavran.
Saat ini Dera dan Zavran sedang jalan jalan pagi di sekitar kebun teh tak jauh dari rumah mereka. Ini sudah menjadi rutinitas mereka berdua sejak kehamilan Dera mencapai empat bulan.
" Mas Zav aku capek." Keluh Dera. Ya, Dera sudah mulai merasakan cepat capek, badan pegal pegal terutama pinggang serta susah tidur.
" Ya sudah kita istirahat dulu." Zavran membantu Dera duduk du sebuah gubuk yang biasa di gunakan para petani teh untuk beristirahat.
" Mau minum?" Tawar Zavran menyodorkan trumble air yang ia bawa dari rumah.
Dera menganggukkan kepala. Zavran segera membuka trumble airnya lalu membantu Dera minum.
Glek glek..
" Pelan pelan sayang." Ujar Zavran.
Selesai minum tiba tiba perut Dera terasa kram.
" Awh mas Zav, perutku sakit." Rintih Dera.
" Sayang kamu kenapa? Tolong jangan buat aku takut." Zavran nampak panik.
" Mas awh.. Sepertinya aku mau melahirkan mas." Ujar Dera.
" Melahirkan? Ya Tuhan tolong tunggu sebentar. Ayo mas gendong." Zavran membuang trumblenya begitu saja, ia segera membopong Dera berlari menuju rumahnya yang lumayan jauh.
" Sayang bertahan lah!" Zavran nampak ngos ngosan menggendong Dera sambil berlari.
" Awh mas, rasanya sakit banget. Hu hu sakit mas." Dera mulai menangis tidak tahan merasakan sakit yang begitu mendera perutnya.
" Iya sayang, maafkan aku ya yang sudah membuatmu sakit seperti ini. Sebentar lagi kita sampai rumah, kita akan langsung ke rumah sakit ya." Ujar Zavran mencoba menenangkan Dera meskipun sebenarnya dirinya pun merasa khawatir, takut dan cemas menjadi satu.
Setelah sampai di depan rumah, Zavran segera masuk ke mobil. Ia mendudukkan Dera di samping kursi kemudi. Tak lupa ia memasangkan seatbelt kepada Dera.
" Mas buruan! Rasanya sakit banget, aku udah nggak kuat." Keluh Dera. Nafasnya sudah tidak beraturan, keringat dingin mengucur di dahi Dera.
Perjalanan menuju rumah sakit terasa begitu lama bagi Zavran kali ini. Desas desis rintihan Dera terasa begitu menyakitkan di telinga Zavran. Sampai di rumah sakit, Zavran segera turun dari mobil. Ia berteriak memanggil suster dan dokter.
" Suster!!!! Dokter!!!!" Teriak Zavran.
Beberapa suster berlari mendekati mobil Zavran.
" Ada yang bisa kami bantu pak?"
" Istri saya mau melahirkan." Sahut Zavran.
Suster langsung membantu Zavran menurunkan Dera. Dera segera di geledek menuju ruang bersalin. Zavran menggenggam tangan Dera seolah memberi kekuatan pada sang istri tercinta.
Sampai di ruang bersalin, Dera segera mendapat penanganan dari dokter spesialis kandungan.
" Ayo nyonya ikuti instruksi saya ya, satu dua dorong dengan kuat nyonya."
Dera mendorong dengan sekuat tenaga. Bahkan suaranya terasa tercekat di tenggorokan. Zavran terus menggenggam tangan Dera, sesekali ia mencium kening Dera menyalurkan kekuatan di sana. Ia dapat melihat bagaimana perjuangan Dera melahirkan keturunannya. Ia berjanji dalam hati, ia akan selalu menemani Dera sampai mati.
Dera masih berjuang melahirkan calon bayinya ke dunia ini. Sekali lagi Dera mendorong denga kua hingga suara bayi terdengar memenuhi ruangan itu.
Oek... Oek... Oek...
" Alhamdulillah, anak kita sudah lahir sayang." Zavran sangat bahagia, ia menciumi kening Dera yang penuh keringat berkali kali.
" Selamat nyonya tuan, anak anda laki laki." Ucap dokter sambil menggendong putra Zavran yang baru lahir.
" Alhamdulillah, dia tampan sepertiku yank." Ucap Zavran narsis membuat Dera dan dokter Sinta tersenyum.
Zavran kembali mencium kening Dera, " Terima kasih sayang, karena kau telah menyempurnakan hidupku. Aku mencintaimu."
Tidak ada kebahagiaan yang lebih dari menjadi seorang ayah bagi Zavran. Ia merasa sangat sangat bahagia hidup bersama Dera dan sang putra. Ia bersyukur kepada Tuhan yang telah menyatukan cinta mereka.
" Tiada nikmat terindah dari nikmat ini Tuhan."
**
Sore hari, bu Ranti dan pak Antok menjenguk menantu dan cucu mereka. Mereka berdua sangat bahagia mendapatkan limpahan rahmat dari yang Maha Kuasa.
" Cucuku tampan sekali ya bu, sama dengan ayah yang gantengnya nggak pernah luntur sampai sekarang." Ujar pak Antok narsis, ia menggendong baby Devran sambil sesekali menciuminya.
" Ya gantengan cucu ibu lah yah, ayah udah tua. Udah keriput, mana bisa di katakan ganteng. Kecuali kalau yang lihat sudah rabun yah, bisa jadi ayah masih kelihatan gantengnya ha ha." Bu Ranti tertawa mengejek suaminya.
" Kalau ayah jelek, mana mau ibu sama ayah sampai tua begini." Ujar pak Antok.
" Ha ha iya betul yah. Ayah memang pria paling tampan." Pak Antok tersenyum bangga pada diri sendiri. " Paling tampan serumah, karena di rumah cuma ada ayah sama ibu." Lanjut bu Ranti. Pak Antok langsung cemberut mendengar ucapan sang istri.
Dera dan Zavran hanya tersenyum melihat perdebatan mereka.
" Maafkan mereka ya sayang, mereka memang suka begitu. Saling mengejek, tapi mereka saling menyayangi." Ucap Zavran.
" Tidak apa apa mas, hubungan seperti itu yang biasanya bisa bertahan lama. Semoga hubungan kita bisa seperti mereka ya mas." Ujar Dera.
" Tentu sayang." Sahut Zavran.
Lagi lagi Dera merasa bersyukur memiliki keluarga seperti sekarang. Dia sudah tidak lagi merasa sepi. Dia selalu ada yang menyayangi.
" Suami keduaku. Meski dia tidak memiliki banyak harta, namun dia memiliki banyak cinta untukku. Meskipun dia pria sederhana, namun dia selalu membuatku bahagia. Perhatiannya, kasih sayangnya, semua yang ada padanya membuatku selalu jatuh cinta padanya. Aku yang dulu selalu merasa sepi berubah penuh warna semenjak dia hadir dalam hidupku. Hidupku yang selalu menyendiri, kini aku merasa selalu ada yang menemani. Terima kasih Tuhan, kau telah mengirimkan malaikat untuk menemaniku menghabiskan sisa umurku. Aku bahagia Tuhan, semoga kebahagiaan ini akan kekal abadi selamanya. Aku mencintaimu mas Zav. Mama menyayangimu Devran. Kalian harta paling berharga untukku jaga selamanya."
The End..