NovelToon NovelToon
Gadis Centil Milik CEO Dingin

Gadis Centil Milik CEO Dingin

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO / Pernikahan Kilat / Crazy Rich/Konglomerat / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: siti musleha

Di dunia ini, tidak semua kisah cinta berawal dari tatapan pertama yang membuat jantung berdegup kencang. Tidak semua pernikahan lahir dari janji manis yang diucapkan di bawah langit penuh bintang. Ada juga kisah yang dimulai dengan desahan kesal, tatapan sinis, dan sebuah keputusan keluarga yang tidak bisa ditolak.

Itulah yang sedang dialami Alira Putri Ramadhani , gadis berusia delapan belas tahun yang baru saja lulus SMA. Hidupnya selama ini penuh warna, penuh kehebohan, dan penuh canda. Ia dikenal sebagai gadis centil nan bar-bar di lingkungan sekolah maupun keluarganya. Mulutnya nyaris tidak bisa diam, selalu saja ada komentar kocak untuk setiap hal yang ia lihat.

Alira punya rambut hitam panjang bergelombang yang sering ia ikat asal-asalan, kulit putih bersih yang semakin menonjolkan pipinya yang chubby, serta mata bulat besar yang selalu berkilat seperti lampu neon kalau ia sedang punya ide konyol.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon siti musleha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 8 : Dinner Formal yang Tak Lagi Formal

Malam itu, Adrian baru saja menutup dokumen di meja kerjanya ketika Clara masuk membawa map berwarna hitam.

“Pak, besok malam ada jamuan makan malam dengan investor dari Jepang. Mereka meminta Bapak hadir bersama pasangan. Ini undangan resminya.”

Adrian mengangkat alis, menatap undangan itu sejenak. “Pasangan?”

Clara menegaskan, “Ya, Pak. Mereka menuliskan secara eksplisit, ‘harap membawa istri’.”

Keheningan menggantung di ruangan. Adrian bersandar ke kursinya, wajahnya tetap datar namun matanya sedikit meredup. Membawa Alira ke jamuan resmi jelas sama saja seperti membuka kotak Pandora.

Namun, menolak undangan bukan pilihan.

“Baik,” jawabnya singkat. “Saya akan membawa istri saya.”

Clara sedikit ragu, tapi akhirnya mengangguk. “Baik, Pak.”

Keesokan harinya, Alira sedang sibuk menonton drama Korea di ruang keluarga ketika Adrian pulang lebih awal.

“Alira.”

“Hmmm?” Gadis itu bahkan tidak menoleh, matanya terpaku pada layar.

“Besok malam, kamu ikut saya menghadiri jamuan resmi dengan investor.”

Alira menoleh cepat, wajahnya berbinar. “Jamuan resmi? Berarti aku bisa dandan kayak putri kerajaan?!”

Adrian menahan helaan napas. “Ini acara serius, Alira. Bukan pesta kostum.”

Alira mendekat, menatap wajah Adrian lekat-lekat. “Tenang, Mas CEO dingin. Aku janji akan tampil anggun, elegan, dan… sedikit centil biar acaranya nggak kaku.”

Adrian menatapnya lama. “Jangan mempermalukan saya.”

Alira tersenyum penuh percaya diri. “Percaya deh, aku ini senjata rahasia.”

Malam acara tiba.

Adrian mengenakan setelan jas hitam yang terlihat sempurna di tubuh tinggi tegapnya. Wajahnya dingin, rambutnya disisir rapi. Semua detail dalam dirinya memancarkan aura seorang CEO sukses.

Sedangkan Alira…

Gadis itu keluar dari kamar dengan gaun biru muda selutut, rambut digelung sederhana, dan sepatu hak tinggi yang sepertinya sedikit kebesaran. Namun, entah bagaimana, ia tetap terlihat menawan. Aura polos bercampur jahil membuatnya berbeda dari wanita elegan kebanyakan.

Adrian menatapnya beberapa detik, lalu berkata datar, “Kamu bisa berjalan dengan hak setinggi itu?”

Alira mendengus. “Bisa lah. Jangan meremehkan aku. Kalau jatuh, ya tangkap aku.”

Di ballroom hotel mewah tempat jamuan diadakan, semua tamu mengenakan busana formal. Musik klasik mengalun lembut, pelayan lalu-lalang membawa minuman, dan percakapan bisnis terdengar di setiap sudut.

Begitu Adrian dan Alira masuk, hampir semua mata menoleh.

“Pak Adrian Wijaya, CEO Wijaya Group,” ujar MC memperkenalkan dengan suara lantang.

Alira melambaikan tangan seperti artis, membuat beberapa tamu menahan tawa.

Adrian menunduk sedikit ke arahnya. “Alira, jangan berlebihan.”

“Tapi kan mereka lihat aku. Masa aku diem aja kayak patung?” bisik Alira sambil tersenyum lebar.

Jamuan berlangsung, meja panjang penuh hidangan mahal. Adrian duduk di kursi utama, sementara Alira di sampingnya.

Beberapa investor dari Jepang menatap Alira dengan rasa ingin tahu. Salah satunya, Mr. Sato, bahkan bertanya dengan bahasa Inggris kaku, “Is this… your wife, Mr. Adrian?”

Adrian menjawab singkat, “Yes. This is my wife, Alira.”

Alira langsung mengangguk ceria. “Yes! I am his wife. And he is my… cold husband.”

Semua orang di meja tertawa kecil. Adrian menutup mata sebentar, menahan rasa frustrasi.

Hidangan pertama datang: sup krim lobster.

Alira mengambil sendok, meniup keras-keras hingga kuahnya berceceran sedikit. “Panas banget. Kalau lidahku melepuh, siapa yang mau tanggung jawab?”

Investor di sebelahnya ikut tertawa. “You are very funny.”

Alira tersenyum bangga. “I know, right? Everyone says that.”

Adrian meremas sendoknya diam-diam.

Saat hidangan utama datang steak premium Alira menatap daging itu bingung.

“Mas… ini kenapa dagingnya segede gaban gini? Harus digigit kayak jurassic park gitu?” bisiknya.

“Gunakan pisau dan garpu, Alira,” jawab Adrian datar.

Alira mencoba, tapi potongan steaknya terlempar ke piring tamu lain. Semua orang terdiam sejenak sebelum akhirnya tertawa.

“Oops… sorry, sorry!” Alira menutup mulutnya, wajahnya merah padam tapi matanya tetap berbinar.

Mr. Sato justru terlihat terhibur. “Your wife is very lively, Mr. Adrian. Very different from others.”

Adrian hanya tersenyum tipis, meski di dalam hatinya berkecamuk. Lively? Atau memalukan?

Setelah makan malam, tamu mulai berkeliling berdiskusi santai. Beberapa pria muda, anak dari investor, menghampiri Alira.

“You look so beautiful tonight,” salah satu dari mereka memuji.

Alira tersipu pura-pura. “Waaah, thank you. Kamu juga ganteng sih, tapi… agak kalah sama suamiku.”

Pria itu tertawa, tapi sebelum sempat menambahkan kata lain, Adrian sudah berdiri di samping Alira, wajahnya dingin.

“Excuse me. I need to talk with my wife.”

Alira digiring menjauh dengan lembut namun tegas.

“Alira,” bisik Adrian dengan rahang mengeras. “Saya sudah bilang, jangan terlalu akrab dengan pria lain.”

“Tapi kan aku cuma ramah,” jawab Alira dengan nada centil. “Lagian, mukamu barusan kayak penjaga pintu neraka. Kasian mereka ketakutan.”

Adrian menarik napas dalam-dalam. “Saya serius. Jangan mempermainkan situasi ini.”

Alira menatapnya lama, lalu tersenyum tipis. “Oke, saya nurut. Tapi… Mas CEO dingin, kamu sadar nggak? Malam ini kamu udah bilang ‘istri saya’ lebih dari tiga kali. Dan setiap kali kamu ngomong, matamu itu… nggak pernah lepas dari aku.”

Adrian tercekat, tak menemukan kata.

Acara berakhir larut malam. Saat perjalanan pulang di dalam mobil, suasana hening. Adrian menatap ke luar jendela, sementara Alira menyandarkan kepala ke kursi dengan senyum kecil.

“Mas…” panggilnya pelan.

Adrian menoleh sebentar. “Ya?”

“Tadi, waktu aku hampir jatuhin steak ke piring investor, kamu kelihatan mau nyelametin aku. Itu… manis banget.”

Adrian tetap menjaga wajah datar. “Saya hanya tidak mau kamu mempermalukan diri sendiri.”

Alira terkekeh. “Alasan. Tapi nggak apa-apa. aku suka lihat Mas CEO dingin jadi panas.”

Mobil melaju di jalan malam, dan untuk pertama kalinya, Adrian merasa meski ia mencoba menyangkal kehadiran gadis itu mulai mengubah ritme hidupnya.

Namun, di balik semua itu, Clara yang tadi ikut hadir sebagai asisten Adrian memperhatikan dari jauh. Senyumnya samar, matanya penuh tanda tanya.

Apakah gadis itu benar-benar bisa menembus dinding es Tuan Adrian? Atau justru akan menimbulkan badai besar?

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!