NovelToon NovelToon
Kekuatan Dalam Bayangan: Mencari Cinta

Kekuatan Dalam Bayangan: Mencari Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Dikelilingi wanita cantik / Mengubah Takdir / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Harem / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: Rifan Darmawan

Rifan adalah seorang remaja yang pendiam dan cenderung tertutup. Sejak kecil, ia selalu menjadi sasaran empuk bagi para pembully di sekolahnya. Hidup dalam bayang-bayang ketakutan dan rasa rendah diri, Rifan sering merasa putus asa dan tidak berharga. Namun, di balik kelemahannya, tersembunyi semangat dan potensi besar yang menunggu untuk ditemukan.

Suatu hari, Rifan bertemu dengan seorang guru bela diri yang melihat potensi tersembunyi dalam dirinya. Dengan bimbingan dan latihan keras, Rifan mulai mengasah keterampilan fisik dan mentalnya. Proses ini tidak hanya mengubah tubuhnya menjadi lebih kuat, tetapi juga membangkitkan keberanian dan kepercayaan dirinya.

Dalam perjalanannya, Rifan bertemu dengan tiga wanita yang mengubah hidupnya secara signifikan yaitu aiko, miyu, dan sakura.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rifan Darmawan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Eps 14

Pagi sudah tiba, Rifan tidur sangat nyenyak, merasakan kenyamanan yang begitu dalam. Tiba-tiba, guru datang membangunkannya dengan keras, membuat Rifan terkejut dan langsung berdiri setengah sadar.

"Si-siap, guru! Siap laksanakan," gumam Rifan dengan mata masih setengah tertutup. Namun, ia langsung terlelap lagi. Guru yang melihat ini marah besar dan menggeram.

"Cepat bangunlah! Kamu di sini bukan untuk bermalas-malasan!" serunya sambil mengguncang Rifan dengan emosi yang semakin memuncak.

"Aku akan menunggumu di luar. Aku beri waktu untuk kau bersiap-siap," ucap guru dengan nada tegas, menatap Rifan dengan mata yang tajam.

Rifan langsung bangun, meskipun masih mengantuk, ia berusaha keras untuk tetap terjaga dan tidak kembali terlelap. Dengan tergesa-gesa, ia menggosok-gosok matanya yang berat dan mulai merapikan diri. Jantungnya berdebar kencang, takut akan kemarahan gurunya.

Selang beberapa menit, Rifan akhirnya selesai bersiap-siap. Dengan perasaan gugup, ia membuka pintu dan melihat guru berdiri di luar dengan wajah penuh amarah dan tangan terlipat di dada.

"Mengapa kau lama sekali! Apa kau berdandan dulu, hah?" marah guru dengan suara keras, matanya menyala penuh kemarahan.

"Ma-maaf, Guru," jawab Rifan dengan suara gemetar, ketakutan terlihat jelas di wajahnya.

"Sudah lah, ayo," potong guru, suaranya masih ketus namun tidak ingin memperpanjang masalah.

Rifan mengangguk cepat, menundukkan kepala dan mengikuti perintah gurunya. Mereka berjalan menuju arah hutan. Rifan merasa heran dengan tujuan mereka, namun rasa takutnya membuatnya enggan bertanya. Langkahnya sedikit ragu-ragu, namun ia terus mengikuti di belakang gurunya.

Saat mereka semakin masuk ke dalam hutan, keingintahuan Rifan semakin besar. Pohon-pohon yang tinggi dan rimbun membuat suasana semakin misterius. Akhirnya, keberaniannya mengalahkan rasa takutnya. Dengan suara pelan dan hati-hati, ia bertanya, "Guru, kita mau ke mana?"

Guru berhenti sejenak, menoleh ke Rifan dengan tatapan serius. "Kita akan berlatih di sini. Kau perlu belajar disiplin dan ketahanan. Hutan ini adalah tempat yang tepat untuk itu," jawabnya dengan tegas.

Rifan menelan ludah, merasa sedikit lega tapi juga khawatir. Ia tahu latihan ini akan berat, namun ia bertekad untuk membuktikan dirinya. "Baik, Guru. Saya siap," ucapnya dengan suara yang masih gemetar, tapi penuh tekad.

Guru mengangguk puas, "Bagus. Ayo, kita mulai." Mereka pun melanjutkan perjalanan lebih dalam ke hutan, memulai latihan yang akan menguji batas kemampuan Rifan.

Mereka terus berjalan menembus lebatnya hutan. Rifan berusaha keras untuk tetap mengikuti langkah cepat gurunya, meskipun rasa lelah mulai merayapi tubuhnya. Suara gemericik air yang semakin jelas terdengar membuat Rifan penasaran.

Setelah beberapa saat, mereka akhirnya tiba di sebuah clearing di tengah hutan. Di hadapan mereka, sebuah air terjun megah mengalir deras, memercikkan air yang jernih ke kolam di bawahnya. Rifan terpana melihat pemandangan indah itu. Matanya berbinar penuh kekaguman.

"Ada air terjun di tengah hutan, hebat sekali," ucap Rifan dengan suara penuh kagum, seolah lupa akan kelelahan yang dirasakannya.

Guru menoleh ke Rifan, melihat ekspresi takjub di wajah muridnya. "Inilah tempat kita akan berlatih hari ini," kata guru dengan nada lebih lembut. "Air terjun ini bukan hanya indah, tapi juga akan menguji ketahananmu."

Rifan menatap gurunya dengan bingung, "Latihan, Guru? Di sini?"

Guru mengangguk sambil tersenyum tipis. "Ya, latihan di sini akan mengajarkanmu banyak hal. Ketahanan fisik, mental, dan konsentrasi. Kau harus bisa bertahan di bawah derasnya air terjun dan melakukan berbagai latihan."

Rifan menarik napas dalam, mencoba mempersiapkan diri. Meskipun sedikit gugup, ia bertekad untuk menunjukkan kepada gurunya bahwa ia bisa. "Baik, Guru. Saya siap," jawabnya dengan penuh semangat.

Guru tersenyum, "Bagus. Pertama-tama, kau harus berdiri di bawah air terjun ini selama lima menit. Rasakan kekuatannya dan coba untuk tetap fokus. Ini akan melatih konsentrasimu."

Rifan mengangguk dan berjalan mendekati air terjun. Suara gemuruh air yang jatuh semakin keras di telinganya. Dengan hati-hati, ia melangkah ke bawah derasnya air. Seketika, tubuhnya diselimuti oleh dinginnya air yang mengalir deras. Rifan mencoba tetap berdiri tegak, merasakan setiap tetesan air yang menghantam tubuhnya. Dia mengerahkan seluruh fokusnya untuk tetap kuat dan tidak tergoyahkan.

Guru mengamati dari tepi, melihat ketekunan Rifan. Meskipun latihan ini berat, dia tahu bahwa pengalaman ini akan memberikan pelajaran berharga bagi muridnya. "Tetap kuat, Rifan! Jangan menyerah!" serunya menyemangati.

Rifan, dengan tekad yang semakin membara, berjuang melawan kekuatan air terjun. Di dalam hatinya, ia berjanji untuk terus maju dan membuktikan bahwa ia bisa menjadi lebih baik.

Namun, meski sudah berusaha keras, Rifan tidak mampu bertahan lama di bawah derasnya air terjun. Tubuhnya mulai gemetar, dan akhirnya ia terdorong mundur oleh kekuatan air yang menghantamnya. Ia terjatuh ke tepian kolam, napasnya tersengal-sengal.

Guru melihat kegagalan Rifan dengan kecewa. Dengan langkah cepat, ia mendekati Rifan yang masih terengah-engah. "Rifan! Apa yang kau lakukan? Kau harus bisa menahan dirimu! Ini baru permulaan, dan kau sudah menyerah!" marah guru dengan nada keras, ekspresinya menunjukkan kekecewaan yang mendalam.

Rifan menundukkan kepala, merasa malu dan bersalah. "Maafkan saya, Guru. Saya sudah mencoba, tapi airnya terlalu kuat," jawabnya dengan suara lemah.

"Alasan! Hanya orang lemah yang mencari alasan!" seru guru dengan tegas. "Kau harus kuat, Rifan! Kau harus bisa mengatasi rasa takut dan ketidaknyamananmu. Ini tentang disiplin dan ketahanan mental, bukan hanya fisik."

Rifan menelan ludah, berusaha keras menahan air mata. Ia tahu gurunya benar, tapi kata-kata itu tetap terasa pahit. "Baik, Guru. Saya akan mencoba lagi," ucapnya dengan suara yang gemetar, namun penuh tekad.

Guru menatap Rifan dengan tajam. "Bagus. Kali ini, kau harus lebih fokus. Jangan biarkan rasa takut menguasaimu. Kau harus bisa melawan kelemahanmu sendiri," katanya dengan nada lebih tenang namun tetap tegas.

Rifan mengangguk, bangkit dengan susah payah dan kembali menuju air terjun. Dengan napas yang berat, ia melangkah ke bawah air yang deras sekali lagi. Ia menutup matanya, mencoba mengumpulkan semua keberanian dan fokusnya.

Air menghantam tubuhnya dengan kekuatan yang sama seperti sebelumnya, tapi kali ini Rifan berusaha lebih keras untuk bertahan. Dia menggigit bibir, menahan rasa sakit dan dingin yang menusuk. Setiap detik terasa seperti selamanya, tapi ia terus berjuang, tidak ingin mengecewakan gurunya lagi.

Guru mengamati dari tepi, melihat usaha keras Rifan. "Ayo, Rifan! Kau bisa melakukannya! Jangan menyerah!" serunya, mencoba memberikan semangat.

Rifan mendengarkan suara gurunya, mengambil kekuatan dari kata-kata itu. Dengan tekad yang bulat, ia berusaha untuk bertahan di bawah derasnya air. Tubuhnya masih gemetar, tapi hatinya penuh dengan semangat juang. Di tengah-tengah perjuangannya, ia mulai merasakan perubahan. Kekuatan air yang dulu terasa menghancurkan, kini menjadi tantangan yang harus ditaklukkan.

"Fokus, Rifan! Fokus!" teriak guru, melihat ada harapan dalam usaha muridnya.

Rifan membuka matanya, menatap derasnya air dengan pandangan yang berbeda. Ia mulai menemukan ritme dalam kekacauan, sebuah harmoni dalam tantangan. Meskipun tubuhnya masih terasa sakit, semangatnya tidak lagi goyah. Dia tahu, ini adalah langkah awal menuju kedisiplinan dan ketahanan yang sesungguhnya.

Rifan terus berlatih dengan keras. Setiap kali ia gagal, ia bangkit kembali dan mencoba lagi. Derasnya air terjun terus menguji ketahanan tubuh dan mentalnya, namun semangatnya untuk tidak menyerah semakin membara. Berkali-kali ia terdorong mundur, jatuh, dan merasa sakit, namun ia selalu bangkit kembali dengan tekad yang semakin kuat.

Akhirnya, tubuhnya mencapai batas. Rifan terhuyung-huyung, napasnya terengah-engah dan kakinya hampir tidak mampu menahan berat tubuhnya lagi. Ia merasa pusing dan hampir pingsan. Guru yang melihat kondisi Rifan, akhirnya menghampirinya dengan cepat.

"Rifan, cukup! Kau sudah berusaha dengan keras. Istirahat sebentar untuk makan," kata guru dengan nada yang lebih lembut, melihat Rifan yang hampir tak berdaya.

Rifan mengangguk lemah, lalu duduk di tepi kolam, merasakan tubuhnya yang lelah dan sakit. Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba mengembalikan tenaganya. Guru memberikan sebotol air dan sepotong roti, memintanya untuk segera makan.

"Sekarang makanlah. Kau butuh tenaga untuk melanjutkan latihan," ujar guru sambil menatap Rifan dengan lebih lembut. "Kau sudah menunjukkan semangat yang luar biasa. Istirahat ini penting agar kau bisa melanjutkan latihan dengan lebih baik."

Rifan menerima air dan roti tersebut dengan tangan gemetar. "Terima kasih, Guru," ucapnya dengan suara parau sebelum mulai makan. Makanan dan air tersebut memberinya sedikit energi, dan perlahan ia merasa lebih baik. Ia menatap air terjun dengan mata penuh tekad, meskipun kelelahan sudah menguasai tubuhnya.

Matahari sudah di atas kepala, menandakan waktu siang. Cahaya matahari yang terik menyinari hutan dan air terjun, memberikan kehangatan di tengah derasnya air. Rifan merasa semangatnya kembali pulih sedikit demi sedikit.

Setelah beberapa saat beristirahat, Rifan berdiri dengan perlahan, masih merasakan sisa kelelahan. Ia menatap gurunya dengan penuh keyakinan. "Saya sudah siap, Guru. Saya ingin melanjutkan latihan," katanya dengan suara yang lebih mantap.

Guru mengangguk, melihat semangat yang tidak padam di mata Rifan. "Baik, Rifan. Kita akan melanjutkan, tapi ingat, jangan paksakan dirimu terlalu keras. Disiplin itu penting, tapi mengenali batas diri juga sama pentingnya."

Rifan mengangguk paham, siap menghadapi tantangan berikutnya. Dengan semangat yang menyala kembali, ia bersiap untuk melanjutkan latihan di bawah air terjun yang megah itu. Latihan ini bukan hanya menguji kekuatan fisiknya, tapi juga membentuk karakter dan ketahanan mentalnya. Di tengah hutan dan air terjun, Rifan belajar tentang disiplin, tekad, dan keteguhan hati.

1
ALADIN
kenapa cerita nya menurun ...maksudku alur nya rada gimana gitu
Ryoma: Gpp kok, malah author seneng karna ada masukan, terimakasih/Bye-Bye/
ALADIN: maaf kalo aku ngasih komen kurang enak tapi demi kebaikan author juga tapi tak apa semoga semua cepat selesai
total 5 replies
Mhila izuna
semangat rifann
Mhila izuna
rifan anak yang rajin/Joyful/
Mhila izuna
baca dari sini deh
Mhila izuna
semangat untuk jadi kuat rifan
piyo lika pelicia
satu iklan untuk kakak
piyo lika pelicia: seru kok
Ryoma: makasih, gimna ka, seru ga
total 2 replies
piyo lika pelicia
sabar miyu aku tau itu sangat menyakitkan
Nino Ndut
rada lambat ceritanya y..tp gpp asal jgn putus ditengah jalan aj..klo dah lambat plus putus tengah jalan mah kebangetan bgt thor..
Ryoma: tensng aja kaka, walaupun lmbt, suthor skan membuat yg lebih seru tenang juga aku usahain update setiap hsri demi kk, support terus ya/Scowl/
total 1 replies
S. M yanie
2 bunga untuk author
S. M yanie
kmu sukanya gitu...
S. M yanie
modus
S. M yanie
setipis apa???
Ryoma: tisu kaya nya/Facepalm/
total 1 replies
S. M yanie
tidaaakkk jangan pergi romaaaa...
Aiyuki
sampai sni dlu ya, kalimatnya banyak yg masih rancu, tpi kmu bisa kok lebih menyederhanakan klimat2nya.. over all bagus, krna aku juga masih belajar kita sama2 saling dkung ya 2 iklan +🌹 biar makin semangat 🔥🔥😉
Ryoma: baik kaka aku akan memperbaiki nya
total 1 replies
Aiyuki
urgensi itu apa?
Ryoma: mendesak kaka
total 1 replies
Aiyuki
tanda kutipnya kebnyakan thor 😉
Aiyuki
yok bangkit fan, kmu bisa 🔥
Aiyuki
kmu gk culun, hanya kurg perawatan 🥲
thor
Miyu kalian belum halal😭
@🍭ͪ ͩ𝕸y💞sa🅵🅴🅽🅸ght🍁❣️
kopi aja ya.. belum sempat nambah bacaan soalnya
@🍭ͪ ͩ𝕸y💞sa🅵🅴🅽🅸ght🍁❣️: sama-sama
Ryoma: Makasih kaka slalu support aku, dengan adanya kaka slalu buat aku semangat/Sob/
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!