NovelToon NovelToon
BadBoy

BadBoy

Status: sedang berlangsung
Genre:Playboy / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Keluarga / Persahabatan / Mata Batin / Bad Boy
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Ladysti

Fathan Antonio cowok berandal berparas rupawan, tinggi 180, berat badan 67, berkulit putih, mata coklat dan hidung yang mancung.

Anak kepala sekolah Ahmad Antonio di SMA Negeri 1 xyz. Pria paruh baya itu dikenal sebagai guru yang ramah, murah senyum dan berjiwa muda.

Fathan atau panggilan akrabnya Atan adalah anak pertama dari lima bersaudara, anak kedua bernama Haikal Antonio, ketiga Bagas Antonio, keempat Putri Ayu Antonio dan yang terakhir Adinda Dewi Antonio.

Dengan ibunya Saras wati Antonio, mereka memanggilnya mama Sara.

Jiwa bebas Atan yang selalu penasaran dengan segala hal, membuatnya brutal tak terkendali. Mulai dari kenakalan remaja, wanita, kekuasaan, dan bahkan dunia gaib pun turut membuatnya penasaran.

Atan juga selalu berpindah sekolah ke sekolah lain dengan alasan yang sama, kalau ga tawuran, balapan liar, ketahuan ngerokok, konsumsi miras dan yang terakhir karena wanita.

Meskipun banyak yang tau jika Atan Sibad boy ini berandal, dia tetap hormat pada orang tua

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ladysti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

pusat perhatian

"assalamualaikum" salam Atan saat pulang kerumahnya, tepat pukul delapan malam.

"Wa'alaikumsalam!"

"Baru pulang kamu!" Ucap sara ketus.

"Iya ma, nginep dirumah Fahri kok" ucap Atan lalu beranjak kekamarnya.

"Hei! Mama belum selesai bicara sama kamu!"

"Duh, anak satu itu jadi jarang ada dirumah. Kesel!" Omel sara.

"Sudahlah ma, jangan bising-bising sudah malam. Selagi ga merugikan orang dan bikin masalah, biarkan saja. Dia sudah SMA" bela mamad

"Papa belain anak itu terus, lama-lama jadi kurang ajar" geram sara.

"Ma..!" Seru mamad dengan dana yang dinaikkan.

"Huh, emang kamu itu sangat cuek dengan anak-anak mu" gerutu sara yang kemudian tidur dikamar nya sendiri.

"Haaahh.." Ahmad memijat pangkal hidungnya.

"Aku memperhatikan semua putra dan putri ku, aku bahkan tau kau selalu mengambil jatah uang jajan dan uang kegiatan Haikal" gumam mamad, tanpa disadari. Haikal ada dibelakangnya setelah dari dapur mengambil air minum.

'jadi mama yang ambil uang dari papa? Bukan papa yang tidak mau memberi ?? Benar kah yang ku dengar ini?' batin Haikal terkejut.

"Papa dari mana?" Tanya Haikal.

"Dari kampung sebelah, ada hajatan. Tumben nak, kamu mau bicara sama papa duluan?" Ucap mamad heran namun juga senang, pasalnya Haikal dirumah sangat cuek. Bicara seperlunya saja.

"Emm.. Haikal ada study tour pa boleh ikut kan?" Ijin Haikal.

"Kemana??" Tanya mamad.

"Sby xx pa. Terus rekreasi untuk kelas tiga nanti juga sudah ditentukan ke bali" jelas Haikal.

"Boleh kok. Ikut papa" ajak Mamad.

Haikal ta pernah masuk ruang kerja papanya sekalipun. Ini kali pertama ia diajak langsung.

"Nak, maaf jika uang sakumu tidak sesuai dengan saudara mu yang lain. Jangan tanya kenapa.

Ini ada uang 10 juta untuk satu semester, berhemat lah dan jangan beritahu saudara mu yang lain apalagi mamamu" ucap mamad penuh dengan kepercayaan.

"Banyak sekali pa??" Ucap Haikal tanpa berpaling dari amplop coklat itu.

"Bawalah, papa percaya kamu bisa mengolah uang itu" ucap Mamad.

"Terimakasih pa" ucap Haikal dengan senyum yang lebar.

"Papa tau kamu anak berprestasi sejak taman kanak kanak, sejak sekolah dasar sudah dapat beasiswa sampai sekarang. Papa tidak pernah bayar apa pun, itu karena kamu jenius" ucap pria itu bangga dan menepuk pundaknya.

"Satu hal lagi, setelah 20 tahun nanti. Ini buat kamu" mamad mengulurkan satu berkas.

"Ini kan konter HP papa!" Seru Haikal tidak percaya.

"Buat kamu, tapi nanti" ucap Mamad dan mengambil kembali berkas tersebut.

"Sekali lagi terimakasih pa!" Haikal mencium punggung tangan papanya dan memeluk pria paruh baya itu.

"Iya, sama-sama. Papa percaya akan potensi mu, jangan lalaikan ibadahmu. Hormati orang tua. Dan jangan pelit, paham Haikal??" Tutur Mamad.

"Iya pa. Kalau gitu Haikal balik kamar dulu" pamitnya. Mamad mengangguk.

'ga nyangka papa lebih sayang aku lebih dari siapapun. Aku ga boleh cuek lagi sama papa' batinnya.

"Kak ical, mama mana?" Tanya putri yang terbangun dari tidurnya.

"Kakak temenin ya?" Ucap Haikal. Putri mengangguk menurut.

Putri dan Dinda ada disatu kamar dengan satu ranjang bertingkat. Disana Dinda masih tertidur lelap.

"Bobo ya put, kakak disini. Hoooaaammm" ucap Haikal dan dia pun mengantuk.

Haikal pun tertidur dikamar adik-adiknya sampai pagi.

***

Pagi tiba dirumah keluarga Antonio.

Tidak mudah bagi Mamad dan istrinya mengurus kelima anaknya.

Keluarga ini tidak pernah menyewa art atau baby sitter, keduanya cukup cekatan dan kompak.

Meskipun ribut tapi mamad senang, karena harta dunianya adalah anaknya.

"Bagas! Putri! Makan yang benar jangan berebut!" Tegas Mamad, mereka pun diam dan berhenti berebut makanan.

Padahal masih banyak tapi mereka suka sekali rebutan.

"Sini put, kakak suapi, terus kita berangkat bareng ya kesekolah" ucap Haikal.

Putri selalu menurut dengan Haikal.

Tidak dengan kakak sulungnya yang ditakuti adik-adik kecilnya.

Atan selalu berangkat sendiri dengan teman-teman wolf nya.

***

"Sudah baikan??" Fahri menyenggol lengan Atan.

Atan mengangguk saja.

Sebenarnya masih ngilu tapi dia berusaha untuk tidak merasakannya.

"Ataaan..!!"

"Ataaan..!!"

Teriak para gadis selalu saja heboh, tidak hanya Atan, Fahri dan Aldo juga semakin jadi pusat perhatian.

"Telinga gue sampai berdengung" Fahri mengorek telinganya yang gatal karena teriakan gadis-gadis absurt.

"Suara surga buat Atan" sahut Aldo.

"Iya lah, si juki kan maskotnya" kekeh Fahri.

"Jangan panggil-panggil si Juki. Tar bangun siapa mau tanggung jawab" seru Atan.

"Hiih !!" Sontak Aldo dan Fahri menyilangkan kedua tangannya di dada bersamaan.

"Hihi ..." Atan tertawa jaim.

Membuat gadis yang melihat sesak nafas sesaat, ehm! Lebay gak sih hehe.

"Kring!!!!" Bel masuk sudah berbunyi, dan guru matematika sudah tiba lima menit kemudian.

Pelajaran berlangsung dengan tertib, dan semua fokus pada papan tulis.

Atan fokus menyalin tulisan dipapan, tiba-tiba seseorang melempar lipatan kertas kearah mejanya.

Dia melihat itu adalah Alya si cewek centil, atan menatapnya dengan menaikkan sebelah alisnya.

Alya menjerit terhan, dia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

Atan membuka lipatan kertas itu, "minta nomor hp!" Dengan tanda hati besar sekali.

Atan tersenyum smirk dan membalas isi kertas tersebut. Atan melipatnya menjadi pesawat kertas dan dilempar kembali, tepat kemeja Alya.

Alya salah tingkah dan mengulum senyum setelah dia berhasil mendapatkan nomor telepon Atan.

Sampai pelajaran kedua dimulai, Alya tidak fokus dan terus menatap wajah Atan.

Atan tetap tenang dan santai meski pandangan para cewek -cewek tertuju padanya, tidak dengan Fahri yang dari SMP sudah tidak nyaman dengan pandangan tersebut.

Aldo malah menatap balik, membuat mereka tak berani melihatnya lagi.

Jam istirahat pun tiba. Atan and the geng berdiri dari kursi masing-masing untuk pergi ke kantin.

Sebelum pergi, atan menghampiri meja Alya. Atan mendekatkan wajahnya pada telinga gadis itu. Jantung Alya seakan ingin lepas dari tempatnya.

"Wajah gue bisa bolong kalo lo tatap terus" bisik Atan dan sedikit meniupnya. Kemudian pergi menyusul kedua temannya.

Cewek-cewek disekitar menjerit terhan, "aw aw aw!" Alya mengibas wajahnya yang memerah dan sedikit panas.

"Sumpah guys jantung gue ga aman!" Ucap Alya girang.

"pepet teroooss!!" Ucap Desi si tukang mengompori.

Alya and the geng berisikan tiga cewek, Alya, Desi, dan Vita. Setelah selesai membereskan meja nya mereka juga pergi kekantin, di sana sudah penuh. Kecuali meja atan masih cukup untuk empat orang.

Alya memberanikan diri ikut bergabung dengan cowok populer itu. "Boleh gabung?"

"Boleh, duduk aja" sahut Aldo.

"Makasih" jawab Alya dengan senyum paling manis sepabrik gula.

"Kok cuma makan kentang goreng? Ga kenyang nanti lo pingsan" ucap Atan.

"Udah cukup kok" jawab Alya malu-malu kucing.

"Makan yang banyak, jangan jaim. Lo kurus banget kayak kurang gizi" ucap atan lagi.

"Masa?? Padahal program diet gue belum turun. Ini malah lo bilang kurus??" Alya tak terima dibilang kurus kurang gizi.

"Ga salah kok, lo emang kurus banget" sahut Aldo.

"Masa??" Alya ta percaya dia dibilang kurus.

"Nih makan sosis gue" Atan membagi sosis bakarnya untuk Alya.

Fahri dan Aldo pun demikian, "kalian ga ngerjain gue kan??" Alya semakin bingung. Antara senang atau kesal.

"Lah, ngapain juga kita ngerjain lo" sewot Aldo.

"Makanlah Alya" titah Fahri.

"Ga mau? Gue ambil lagi!" Ucap Atan.

"Jangan!" Cegah Alya.

"Iya.. gue makan kok" jawab Alya sedikit terpaksa.

Alya memang jarang makan yang berat disekolah, dirumahnya saja makan nasinya yang merah. Bukan nasi putih.

"Kok malah dilihat in, nih gue suapin!" Ucap Atan dan menyuapkan kentang dan sosis bakar kemulutnya yang menganga.

"Loh, Alya sampai minta suapi Atan!" Sahut Desi yang baru sampai di mejanya membawa satu mangkok bakso, dan vita nasi goreng.

"Abis diliatin mulu, kan gue jadi gemes" ucap Atan tanpa sengaja membuat tiga gadis didepannya nge-blush.

'gue gemesin ya? Oooww, jantung gue mau lompat lagi!!' pekik Alya dalam hati.

"Gue tunggu, makan sampai habis" ucap Atan menyangga dagunya dengan satu tangan.

"Lo.. lo pinter banget bikin gue salting!" Ucap Alya sedikit gugup.

Bukannya menjawab Atan mengedipkan sebelah matanya, sontak Alya memalingkan wajahnya dan menyentuh dadanya yang berdebar.

"Dasar Alya" ucap Vita menggelengkan kepalanya.

Aldo dan Fahri tidak peduli dan bermain ponsel saja.

Alya makan tiga piring cemilan dari atan, Fahri dan Aldo. Belum lagi punya dia sendiri, Alya tidak bisa menolak lagi. Atan tersenyum melihat piring terakhir tinggal beberapa biji saja.

"Pintar!" Ucap Atan dan mengacak rambut Alya.

Kemudian beranjak pergi.

"Wah, Atan kok gitu sih ke elo. Bahaya!" Ucap Desi barbar.

"Kayaknya ada yang berpaling nih" ucap Vita.

"Menurut kalian gitu?" Tanya Alya pada teman-temannya.

Keduanya manggut-manggut.

"Lo kayak babi Al, makan lo sampai empat piring!" Ledek intan.

"Ngapain lo ganggu mereka, ayo buruan balik kelas!" Ajak Sarah.

"Maksud lo apa ngomong gitu ke gue!" Alya tersulut emosi.

"Gak nyadar lo diliatin sama yang lain? Babi!!" Ucap intan meledek. Yang kemudian pergi bersama sarah.

Alya melihat sekitar, memang benar Alya jadi pusat perhatian karena habis makan empat piring.

"Aargh!! Gue dikerjain kan nih!" Geram Alya.

"Udahlah dia cuma iri sama lo, banyak yang iri sama lo pas atan nyuapi lo tadi" ucap vita menenangkan Alya.

"Kirain lo mau Jambak mulutnya!" Kompor Desi.

"Kita cabut balik kelas!" Ajak Alya.

Bersambung...

1
Isti Nasa
jadi nostalgia Jaman sekolah
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!