NovelToon NovelToon
Suami Pilihan Ayah

Suami Pilihan Ayah

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / Cinta Paksa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:10.4k
Nilai: 5
Nama Author: Inisial EY

Karena begitu dimanja oleh Ayah dan kedua Kakaknya, Rara--Clara Pramudita tidak mau membuka diri untuk melihat ke arah laki-laki yang akan menjadi pasangannya yang ia yakini belum tentu sesayang Ayah dan kedua Kakaknya padanya.

Sang Ayah pun akhirnya turun tangan, memilihkan suami untuknya, yang kebetulan Rara pun memilih sosok yang sama. Riko Rahardian.

Bagaimana pernikahan Rara dan Riko nantinya?



Dibaca ya guys.

#dramapernikahan #nikahpaksa #stratasosia

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Inisial EY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sedikit Perubahan

"Non! Tuan muda! Waktunya makan malam. Sudah ditunggu Tuan dan Nyonya untuk makan malam." ucap Bi Warsih saat selesai mengetuk pintu kamar Rara tiga kali.

"Iya, Bi. Sebentar lagi kita turun." Rara membuka pintu, lalu tersenyum pada Bi Warsih.

"Siapa?" tanya Riko yang baru saja keluar dari kamar mandi.

"Bi Warsih. Nyuruh kita turun buat makan malam." balas Rara sembari merapikan rambutnya yang membuat Riko menganggukkan kepalanya.

***

"Kalian ngapain aja dari siang enggak turun-turun?" tanya Ayah Burhan yang langsung ditegur sama Bunda Citra. "Ayah! Kayak enggak pernah muda aja!" protesnya.

"Abisnya mulut Ayah ini direm mulu dari kemarin sama Bunda. Sekali-kali kelepasan ya enggak apa-apa lah. Kan Ayah emang kayak gini orangnya." Ayah Burhan menoleh pada menantunya, "enggak apa-apa kan, Riko?" tanyanya.

Riko tersenyum lalu membalas, "enggak apa-apa, Yah. Riko malah seneng kayak gini."

Mendapati sang menantu tidak baper dengan pertanyaannya, Ayah Burhan pun beralih menoleh pada istrinya, "Riko aja enggak apa-apa kok, Bun. Udah tau dia kalau Ayah dari dulu kayak gini." ujarnya enteng yang membuat Rara tertawa melihatnya.

"Udah lama Rara enggak lihat Bunda sama Ayah kayak gini! Biasanya Rara terus yang dipojokin." ujar Rara yang membuat Bunda Citra menoleh padanya.

"Iyalah, Ra. Masa iya kamu udah punya suami, tapi Ayah masih pengen nempel terus ke kamu. Ya Bunda protes dong."

"Ya enggak apa-apa kali, Bun. Kan Ayah, Ayahnya Rara. Nempel ke Rara malah Rara seneng." ujar Rara sembari duduk di kursinya.

"Tuh kan, Bun! Rara aja enggak keberatan lho, Bunda nih protes mulu sama Ayah." Ayah Burhan mencari pembelaan dari putri kesayangannya.

"Emangnya Ayah mau saingan sama Riko?" balas Bunda Citra telak, "nanti enggak ada bedanya dong Rara udah nikah apa belum!" lanjutnya lalu teringat sesuatu, "Dan gini lho, Yah. Kalau Ayah nempel terus ke Rara. Kapan kita gendong cucunya coba. Kan Bunda pengen cepet-cepet gendong cucu." lanjutnya yang membuat Rara terasa susah menelan saliva.

Dia saja masih perawan sampai hari ini, bagaimana ia bisa mewujudkan keinginan Bundanya?

Lagian, dia juga belum mau disentuh sama suaminya sebelum cinta itu hadir di hatinya bukan?

Diam-diam, Rara menoleh pada Riko dan betapa kagetnya dia saat menemukan jika Riko juga tengah menatapnya lekat.

Dalam tatapan itu, terlihat banyak permohonan dari suaminya untuknya.

Apakah Rara kali ini harus goyah karena permintaan Bundanya?

"Enggak usah terlalu dipikirin apa kata Bunda, Baby!" Ayah Burhan melihat raut wajah berbeda dari putrinya, ia tau jika Rara pasti belum bisa menerima Riko sepenuhnya walaupun mereka sudah syah secara agama dan negara.

"Kita makan aja yuk! Ayah udah laper nih dari tadi!" Ayah Burhan mengalihkan bahasan dari topik sensitif ini.

Bunda Citra, Riko, dan Rara pun kompak mengangguk lalu Bunda Citra dengan sigap berdiri mengambilkan nasi beserta lauk pauk untuk suaminya terlebih dahulu yang itu semua tak luput dari perhatian Rara.

Biasanya, Rara tidak mau terlalu peduli, tapi kali ini, dia sadar jika di sebelahnya ada laki-laki yang menjabat sebagai suaminya dan sekarang ada kedua orang tuanya yang melihatnya.

Dia bukan gadis kecil yang baru berusia sembilan belas tahun yang bisa bersembunyi di balik kata manja yang tersemat di belakang namanya.

Tapi, dia adalah gadis dewasa yang tau bagaimana hak suami dan kewajiban ia sebagai seorang istri.

Mau tidak mau, Rara juga harus melayani Riko kan? Dan sedetik kemudian, Rara pun berdiri lalu mengambilkan makanan untuk Riko yang membuat Riko tersenyum melihatnya.

Ingin sekali dari kemarin dilayani seperti ini oleh istrinya, namun baru kali ini, Rara mau melayaninya saat mau makan.

"Terimakasih." 'Istriku' tentu lanjutannya diucapkan Riko dalam hatinya.

Mereka makan dengan khidmat tanpa membuka topik obrolan apapun hingga saat Riko yang baru saja hendak meminum airnya, Hapenya berdering menampilkan Lisna yang tengah memanggilnya.

Buru-buru, Riko pun menekan ikon gagang telpon berwarna hijau untuk menjawab panggilan adik semata wayangnya itu.

Panggilan tersambung.

Lisna : Bang, tolongin Lisna!

Riko : Kamu kenapa, Lis?

Lisna : Lisna demam bang dari pagi. Udah minum obat yang ada di rumah, tapi bukannya turun malah naik suhu badannya. Abang bisa kesini kan? Lisna butuh temen bang.

Riko : Iya. Abang sekarang ke rumah, Lis.

Panggilan terputus.

"Kenapa Lisna?" tanya Rara saat Riko baru saja memutus panggilannya.

"Panas tinggi. Saya harus ke sana. Kamu mau ikut?" tawar Riko yang membuat Rara langsung menganggukkan kepalanya.

"Dokter Mitha bisa kamu telpon, Ra. Biar bisa periksa adiknya Riko." Ayah Burhan menimpali yang membuat Riko langsung menoleh pada Ayah mertuanya. "Terimakasih, Ayah."

"Sama-sama. Adik kamu itu keluarga kita juga Riko. Jangan segan minta tolong sama Ayah kalau membutuhkan sesuatu." Ayah Burhan berkata lagi dengan bijak, dan Rara pun baru sadar kalau Ayahnya begitu menyayangi suaminya.

Siapa sih sebenarnya Riko?

"Kita langsung berangkat ya, Yah, Bun." pamit Riko dan Rara pada Ayah dan Bunda Citra saat mereka sudah siap pergi ke rumah Riko yang dijawab anggukan oleh kedua orang tua tersebut.

***

"Lo kenapa, Lis?" tanya Rara saat melihat Lisna begitu pucat.

"Badan gue panas banget, Ra." Lisna menjawab dengan rintihan, sembari menggigil.

Sedangkan Riko langsung mengambil air hangat untuk mengompres dahi adiknya agar suhunya agak turun.

"Dokternya bentar lagi kesini. Tahan sebentar ya." ujar Riko begitu khawatir dengan terus mengompres dahi adik semata wayangnya itu.

Terbesit rasa bersalah di hati Riko saat melihat adiknya kurang sehat seperti ini dan di rumah sendiri.

Tapi, dia juga tinggal di rumah mertuanya.

Apakah Rara boleh Lisna tinggal serumah dengan mereka?

"Maafin Abang ya, Lis." ujar Riko yang membuat Rara menatapnya, namun baru saja Lisna mau membalas ujaran abangnya, Dokter Mitha pun sudah sampai dan langsung dipersilahkan masuk untuk memeriksa kondisi kesehatan Lisna.

***

"Adik saya kenapa, Dok?" tanya Riko menatap Dokter Mitha.

"Adiknya Pak Riko lagi kecapekan saja. Nanti diminum saja obatnya sesuai resep yang saya berikan. Semoga cepat membaik." ujar Dokter Mitha menatap Riko, lalu beralih menatap Lisna dan Rara.

"Terimakasih, Dok." ujar Rara dan Lisna bersamaan yang dijawab anggukan oleh Dokter Mitha.

****

"Saya mau nebus obat Lisna di apotik. Kamu ada yang mau dipesan enggak?" tanya Riko pada Rara saat Dokter Mitha baru saja menaiki mobilnya.

"Enggak ada. Buruan aja deh nebus obatnya, biar Lisna cepat baikan." balas Rara yang dijawab anggukan oleh Riko.

"Kamu hati-hati ya di rumah sama Lisna. Saya pergi dulu." ujar Riko sembari menatap dalam mata istrinya, yang dijawab acungan jempol oleh Rara.

'Jangan berharap terlalu tinggi, Riko. Jangan dulu berharap kalau Rara mau mencium tanganmu saat kamu pamit mau pergi, hubungan kalian belum sejauh itu.' gumam Riko dalam hatinya seraya melangkah menuju mobilnya.

Usai Riko menaiki mobilnya, Rara pun langsung masuk ke rumah, tepatnya ke kamar Lisna untuk mengompres dahi sahabatnya tersebut.

"Lo bisa sakit juga ya, Lis! Kirain lo enggak bisa sakit!" canda Rara yang membuat Lisna tertawa pelan mendengarnya.

"Gue juga manusia biasa kali, Ra. Palingan karena kemarin gue hujan-hujanan aja pas balik dari kerja."

"Kalau tau abis hujan-hujanan itu pasti lo demam kayak gini, ngapain lo ulangi coba! Herman gue sama lo!" Rara menggelengkan kepalanya mendengar alasan Lisna.

"Ya.. Kalau enggak kayak gini, lo pasti masih diemin gue kan karna kejadian kemarin." ujar Lisna yang membuat Rara mengernyitkan dahinya.

"Lo sakit kayak gini biar gue ke sini? Konyol banget sih!"

"Enggak ada yang konyol kalau itu buat persahabatan kita, Ra."

"Tapi gue masih marah ya sama lo kalau soal yang itu." Rara kembali mengingat perkataan Riko tempo hari saat mau ke bandara.

"Oh ya, Lis. Yang soal gue bilang gue belum mau disentuh sama abang lo jangan sampai bocor ke Leon ya. Awas aja kalau lo bisa bocor ke Leon soal itu, gue pastiin gue enggak bakal maafin lo lagi! Persahabatan kita juga terancam putus!" kekeh Rara yang membuat Lisna mendongak menatap sahabatnya yang sedang mengompres dahinya.

"Semenjak hari itu, setiap gue hubungi Leon, dia belum pernah mau jawab, Ra. Benci banget kayaknya tu anak sama gue karna abang gue nikah sama lo." ujar Lisna sendu yang membuat Rara juga merasakan hal yang sama.

Mereka bertiga sahabat dari SMA dan kuliah pun di tempat yang sama.

Namun, rasa cinta Leon membuat hubungan ketiganya sekarang seperti berjarak.

"Kenapa lo cuman hubungi Leon? Kenapa lo enggak hubungi gue akhir-akhir ini?" Protes Rara tidak Terima.

"Gue enggak hubungi lo karna lo kan pengantin baru, Ra. Lo nikahnya juga sama abang gue kan! Nanti kalau gue dimarahin abang karna ganggu kalian gimana coba! Kan jatah bulanan dari abang bisa dipotong, gue juga yang rugi, Ra!" kekeh Lisna yang membuat Rara menggelengkan kepala sembari tertawa.

"Gue sama abang lo kan bukan pengantin baru kayak umumnya, Lis. Lo kan tau itu." ujar Rara pelan.

"Ya karna gue tau itu, makanya gue enggak mau ganggu, Ra. Biar kalian bisa saling kenal dan dekat gitu lho."

"Enggak segampang itu, Lis. Memangnya abang lo itu kerjanya apaan sih?"

"Lo enggak tau, Ra? Abang gue--"

"Lis!" panggil Riko yang membuat Lisna menghentikan penjelasannya.

"Makan dulu, lalu minum obat. Biar cepat sehat." Riko memberikan seporsi bubur ayam untuk Lisna yang kini duduk dibantu oleh Rara.

"Abang dapat dari mana bubur ayam malam-malam?" tanya Lisna yang membuat Rara menatap suaminya, seakan memberikan pertanyaan yang sama.

"Dari Kania, katanya kamu kasih tahu dia tadi kalau lagi demam." jawab Riko yang membuat Rara mengernyitkan dahinya.

'Siapa Kania?' tanya Rara dalam hatinya.

"Kania?" Lisna menatap abangnya, "dia di mana sekarang bang?" tanyanya.

"Udah pulang! Abang suruh langsung pulang aja soalnya udah malam. Tadi ketemu di depan rumah Nenek Marni pas abang beliin kamu obat." jawab Riko yang membuat Lisna menganggukkan kepalanya namun tidak dengan Rara yang terus menatap Riko.

"Kania itu tetangga kita, Ra." Riko menjelaskan agar Rara tidak salah paham.

"Lo lupa, Ra? Yang sering gue ceritain dulu itu lho!" Lisna menambahi yang membuat kerutan di dahi Rara semakin terlihat.

"Yang sering kesini kalau lo kesini, tapi abang gue ini jarang di rumah itu." Lisna menjelaskan sedetail mungkin.

"Yang pakai hijab itu?" tanya Rara akhirnya.

Lisna menganggukkan kepalanya. "Lo masih ingat ternyata."

"Yang sering nanyain abang lo dimana itu?" tanya Rara lagi yang membuat Lisna menoleh ke abangnya sembari meringis.

"Kita tetanggaan dari dulu. Dan saya jarang di rumah. Wajar jika dia tanya saya, Ra." Riko buru-buru menengahi agar sang istri tidak berpikir yang tidak-tidak yang membuat Lisna mengulum senyum diam-diam.

Terlihat sekali, jika Riko khawatir Rara salah paham dengan Kania.

"Aku tau kok." ujar Rara tanpa menatap Riko, yang membuat Riko serba salah di tempatnya. "Aku juga sering kesini tapi belum pernah ketemu kamu, dan belum tau sebelumnya kalau kamu itu abangnya Lisna kan?" lanjutnya yang membuat Lisna menatap abangnya.

Bersambung..

1
Noniesal
semangat yahhh/Kiss/
Inisial EY: semangat!!!
total 1 replies
Noniesal
jgn lama2 updatenya yah...sayangku
Noniesal
semngat thor
Inisial EY: siap😍
total 1 replies
Noniesal
sedih kok😢
Inisial EY: kasihan Riko😌
total 1 replies
Noniesal
/Shhh//Shhh/
Inisial EY: 😁😁😁😁😁😁😁😁
total 1 replies
Noniesal
Kok..ayah, bisa ya bocorin rahsia..ku aduin sama bonda/Joyful/
Inisial EY: 🤣🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
Jumi
lanjut dong
Inisial EY: okay😁
total 1 replies
Inisial EY
eaaaa... manis banget ya Mas Riko. mana nih like nya kakak-kakak readers? author yang nulis aja baper, masa kalian enggak sih? hehehe
Noniesal: semangat thor..itu JODOH TERBAIK mmg udh ngak update ya thor..keren kok..critanya..masa gntung gitu ajah..kutunggu yah .updatenya..sayangkuuuu/Kiss//Kiss//Kiss//Kiss/
Inisial EY: sudah update kak.
tapi masih nunggu review. ditunggu ya😘
total 4 replies
Noniesal
thor..ooo...thor..
aku suka jln critanya..semangat ya thor..
utk terus berkarya
Inisial EY: siap😍😍😍😍 terimakasih akak
total 1 replies
Noniesal
dalamnya cinta mas riko...setulus itu cintanya..susah mau ketemu lelaki yg menagis..kerana CINTA..Semangat abangnya lisna
Inisial EY: semangat!!!
total 1 replies
Noniesal
mertua yg prihatin amat..segitunya plan mereka ../Facepalm/
Inisial EY: 🤣🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
Noniesal
Luar biasa
Noniesal
kasian sama abangnya lisna/Grin/
Inisial EY: iya, kasihan banget ya kak😁 ikuti kelanjutan ceritanya terus ya kak. makasih😍
total 1 replies
Andriani Andriani
up yg byk dong min
Inisial EY: insyaAlloh ya kak.. soalnya 2 yang on going☺
total 1 replies
Inisial EY
Hai guys.. ini novel ketigaku. ya, walaupun yang kedua belum aku lanjutin sih🤣 semoga kalian suka ya. jangan lupa like, subscribe, vote, dan kasih hadiah biar aku semangat ngetik ya😍 love kalian sekebooon
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!