PPJ (PRIA-PRIA JOMBLO)

Ketiga gadis cantik itu sudah sampai di kampus, mereka berjalan beriringan. "Astaga, bagaimana ini!" pekik Vio dengan melihat ponselnya.

"Apaan sih Lo teriak-teriak," kesal Valerie.

"Kalian lihat ini, gue harus tunangan sama si Indra cowok indomie itu," sahut Vio dengan memberikan ponselnya kepada Bee dan Valerie.

"Indomie?" Bee dan Valerie bertanya bersamaan.

"Itu loh, gue kan dulu pernah cerita kalau si Indra itu bisa lihat setan dan suka ngomong sendiri," sahut Vio panik.

"Indigo, Oneng." Valerie menoyor kepala Vio dengan gemasnya.

"Nah itu dia, maklum gue panik." Vio benar-benar stres kalau harus tunangan sama pria aneh itu.

Ketiganya duduk di lorong koridor kampus, kebetulan jam masuk masih 1 jam lagi. "Ayo dong cari jalan keluarnya, bantu gue," rengek Vio.

"Astaga, ribet banget sih Lo. Ya sudah, Lo Terima saja tunangan sama Indra nanti Lo bakalan punya banyak teman," ledek Bee.

"Hah, banyak teman? teman apa?" tanya Vio bingung.

"Teman setan, nanti Lo punya teman Wowo, Mbak Kunti, adik Tuyul, dan Bro Ocong," sambung Valerie dengan gelak tawanya.

"Idih ogah, lihat film horor saja gue ogah apa lagi ini punya teman setan, bisa kena serangan jantung mendadak gue," kesal Vio.

Ketiganya terdiam, memikirkan cara untuk menggagalkan pertunangan antara Vio dan Indra. Hingga dari kejauhan, Bee melihat Nata berjalan dengan santainya membuat tiba-tiba Bee mempunyai ide.

"Aha, gue punya ide," seru Bee.

"Ide apa?" Vio dan Valerie menatap Bee dengan penuh harap.

"Kalian lihat cowok itu, bagaimana kalau Lo bayar dia buat jadi pacar sewaan," seru Bee dengan menunjuk ke arah Nata.

Vio dan Valerie menoleh, lalu mereka berdua menajamkan penglihatannya. "Apa yang Lo maksud, cowok nyebelin penghuni kontrakan sebelah?" tanya Valerie.

"Iya, dia lumayan ganteng kok. Lo bisa jadikan dia pacar sewaan Lo," sahut Bee.

"Maksudnya bagaimana, gue belum mengerti sama sekali," seru Vio.

"Gini, orang tua Lo sama orang tua Vale 'kan asyik-asyik gak kaya orang tua gue yang sangat otoriter. Bukannya kata Lo, orang tua Lo tidak mempermasalahkan masalah calon suami Lo? yang penting ganteng?" Bee melempar pertanyaan kepada Vio.

"Iya, Mami gue gak pernah nuntut calon suami gue harus kaya raya yang penting ganteng. Tukang siomay yang sering lewat depan rumah aja doi mau jodohin sama gue karena ganteng idaman emak-emak komplek. Kata Mami gue, uang gak penting karena kita sudah kaya tapi yang penting itu keturunan harus bagus, gila 'kan Mami gue," kesal Vio.

"Nah, itu maksud gue. Kalau Lo gak mau dijodohin sama si Indra, Lo pura-pura aja bilang sudah punya pacar pasti Mami Lo langsung kepincut, si Nata kan lumayan ganteng tinggal poles sedikit juga dia sudah mirip CEO yang ada di drakor-drakor," seru Bee.

"Tapi, bagaimana kalau akhirnya gue harus nikah sama dia? gue 'kan masih belum mau nikah," keluh Vio.

"Soal itu urusan gampang, nanti kita bantuin Lo lagi yang penting sekarang Lo lepas dulu dari si Indra," timpal Bee.

"Tapi gue penasaran, Mami Lo bertemu di mana sama si Indra?" tanya Valerie.

"Entahlah, gue juga gak tahu." Vio menjawab sembari mengangkat kedua bahunya.

Ketiga gadis itu pun bangkit dari duduknya dan berjalan menuju kelas. Ternyata, lagi-lagi dosennya tidak datang dan harus diganti oleh Alta yang merupakan Asisten dosen.

"Astaga, kenapa harus dia lagi sih yang ngisi mata kuliah di kelas ini? bisa gak kasih yang lain jangan dia," gerutu Bee.

Alta menatap Bee dengan tatapan tajamnya. "Pagi ini saya harus menggantikan Pak Bambang untuk mengajar di sini karena beliau sedang sakit, jadi kemungkinan saya akan mengajar mata kuliah di sini selama satu minggu," seru Alta tegas.

"Hah, satu minggu? gak salah!" seru Bee dengan nada yang sangat keras.

Semua Mahasiswa menoleh ke arah Bee, begitu juga dengan Alta. "Kenapa, apa ada masalah?" tanya Alta.

"Masalah dong, kamu itu cara mengajarnya terlalu otoriter sedangkan Pak Bambang santai jadi kita pun yang diajar sangat senang gak kaya sama kamu!" sentak Bee.

"Baik, kalau begitu bagi yang tidak suka dengan cara mengajar saya, bisa keluar dan saya akan kasih nilai E di mata kuliah ini!" tegas Alta.

"Apa?" Bee sampai melongo dengan ucapan Alta.

"Bagaimana? apa kamu mau keluar dari kelas ini dan saya beri nilai E, atau diam di kelas ini dan ikuti semua peraturan yang saya buat?" Alta memberikan tawaran kepada Bee.

"Apaan, pilihan kok pakai mengancam segala. Asalkan kamu tahu, nilai aku itu paling tinggi di kelas ini enak saja kamu mau kasih nilai E!" bentak Bee.

"Makanya diam jangan banyak bicara."

Bee terpaksa mengurungkan niatnya untuk keluar dari kelas itu dan mengikuti mata kuliah yang sangat membosankan itu. Hingga dua jam pun berlalu, dan Bee pun merasa tenang karena sudah selesai.

"Sumpah tuh Asdos menyebalkan banget." Bee kesal kepada Alta.

"Sudah-sudah, makan mie ayam ini dulu biar marah-marahnya ada tenaga lagi," seru Vio.

Setelah selesai mata kuliah, mereka bertiga pergi ke kantin. "Setelah dipikir-pikir, gue bakalan coba ide Lo, Bee," seru Vio.

"Bagus." Bee menjawab sembari melahap mie ayamnya.

"Tapi kira-kira gue harus bayar berapa tuh cowok."

"Bayar seratus ribu aja, gue yakin dia bakalan setuju. Mereka kan cowok-cowok kere, dikasih segitu juga pasti bakalan bahagia," sahut Valerie santai.

Vio pun ngangguk-ngangguk, setelah selesai makan mie ayam mereka pun langsung pulang ke kontrakan. Sesampainya di kontrakan, ternyata motor Bee dan Valerie sudah ada dan mereka berdua langsung masuk kontrakan dan istirahat. Sedangkan Vio duduk di kursi depan kontrakan mereka sembari memainkan ponselnya.

Nata keluar dari kontrakan dan menjemur handuk basah. Vio melirik. "Hai, sini Lo!"

Nata menoleh. "Lo manggil gue?" tanya Nata dengan menunjuk wajahnya.

"Kagak, gue manggil setan," kesal Vio.

"Oh." Nata melengos hendak masuk ke dalam kontrakannya kembali.

"Woi, iya kali gue manggil setan. Gue manggil Lo lah, memangnya di sini ada orang lagi selain gue dan Lo!" sentak Vio.

"Astaga, suara Lo cempreng banget sampai-sampai gendang telinga gue sakit." Nata terlihat sangat kesal.

"Sini Lo, gue ada kerjaan buat Lo." Vio lagi-lagi memanggil Nata.

Nata perlahan menghampiri Vio, Vio memutar tubuh Nata sembari memperhatikan penampilan Nata membuat Nata bingung.

"Apaan sih Lo, merhatiin gue sampai segitunya?" kesal Nata.

"Benar kata si Bee, Lo lumayan ganteng." Vio memperhatikan Nata dengan mengusap dagunya.

"Lah, memang gue ganteng dari orok cuma nasib gue aja yang kurang beruntung," sahut Nata.

"Gue punya kerjaan buat Lo, mau gak Lo bantuin gue?" tawar Vio.

"Kerjaan apa?" tanya Nata.

"Jadi pacar sewaan gue," sahut Vio dengan senyumannya.

"Hah...."

Nata membelalakkan matanya mendengar kerjaan yang ditawarkan oleh Vio.