NovelToon NovelToon
Menjadi Ibu Susu Untuk Keponakan Kembar

Menjadi Ibu Susu Untuk Keponakan Kembar

Status: tamat
Genre:Tamat / Menikah Karena Anak
Popularitas:807.4k
Nilai: 5
Nama Author: De Shandivara

Berselang dua minggu sejak dia melahirkan, tetapi Anindya harus kehilangan bayinya sesaat setelah bayi itu dilahirkan. Namun, Tuhan selalu mempunyai rencana lain. Masa laktasi yang seharusnya dia berikan untuk menyusui anaknya, dia berikan untuk keponakan kembarnya yang ditinggal pergi oleh ibunya selama-lamanya.

Mulanya, dia memberikan ASI kepada dua keponakannya secara sembunyi-sembunyi supaya mereka tidak kelaparan. Namun, membuat bayi-bayi itu menjadi ketergantungan dengan ASI Anindya yang berujung dia dinikahi oleh ayah dari keponakan kembarnya.

Bagaimana kelanjutan kisah mereka, apakah Anindya selamanya berstatus menjadi ibu susu untuk si kembar?
Atau malah tercipta cinta dan berakhir menjadi keluarga yang bahagia?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon De Shandivara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13. Mengusir Ranti

Arsatya pulang saat sudah berganti hari. Sebelum tidur, dia menyempatkan diri untuk mengunjungi kamar si kembar untuk melihat perkembangan mereka yang pasti tidak ada apa-apa karena pria itu melihat saat kedua putrinya sudah pulas dalam tidurnya.

Hanya pemandangan wanita dan dua anaknya yang selalu dia lihat setiap malam menjelang tidurnya, dia tidak berniat mendekat atau mengucapkan selamat tidur pada ketiganya hanya melihat dari kejauhan dan memastikan semua masih berjalan baik-baik saja walau tanpa dirinya.

“Satya,” tiba-tiba suara seseorang terdengar saat dia baru saja menutup pintu kamar itu.

“Ma? Belum tidur?” tanya pria itu yang setengah terkejut karena kehadiran Ranti yang tiba-tiba.

Ranti tidak menjawab, malah mengatakan hal yang lain. “Bisa kita bicara?”

“Soal apa? Sudah malam,” timpal Arsatya.

“Tentang Anindya, dia wanita yang–”

Namun, pria itu memotong ucapan sang ibunda, “Tidak, Ma. Jangan sekarang, aku lelah mau istirahat.”

Membahas Anindya, merupakan hal yang Arsatya hindari untuk saat ini apalagi yang mungkin akan dibahas oleh Ranti jika bukan tentang pernikahnnya. Lantas, dia meninggalkan sang ibu begitu saja.

Namun, sebelum putranya berlajan semakin jauh, Ranti berhasil menahan lengan putranya, “Anin sudah bersedia menjalani pernikahannya. Kamu tidak boleh mengabaikannya, Mas.”  Ucap lembut Ranti pada putranya.

Alih-alih mengiyakan, Arsatya mengatakan hal yang cukup menyakitkan di batin ibunya. “Cukup. Mama tidak boleh turut campur pada rumah tanggaku, ini sudah menjadi kesepakatan kita sebelum menikah. Hanya sampai dua tahun, tidak ada hal lebih dari pernikahan ini selain memenuhi kebutuhan ASI dua anakku, sesuai permintaan mama.”

“Arsatya, tapi mama tahu–” Ranti mencoba mengatakan satu hal, tetapi lagi-lagi ucapannya dipotong oleh sang putra.

Arsatya berbalik badan, menatap sang ibunda dengan tatapan yang tidak mengenakan, “Belumkah mama puas atau merasa bersalah dengan apa yang terjadi padaku akibat mama yang selalu memaksaku? Menikahkan aku dengan Amelia tanpa persetujuan dariku, berakibat penyesalan seumur hidupku. Sekarang aku telah mencintai Amelia sedalam palung di lautan, kenapa mama memintaku menerima wanita lain? Mama seperti akan menjatuhkanku ke lubang yang sama. Tidak lagi, Ma. Aku sudah dewasa, tidak perlu mama atur hidupku harus bagaimana atau seperti apa,” ucap Arsatya yang ternyata bisa berucap sekeras itu pada ibunya, membuat Ranti tidak pernah menduga jika sang putra berpikir seperti itu pada niat baiknya selama ini.

“Arsatya, mama hanya ingin yang terbaik untukmu,” ucap Ranti sebelum Arsatya berjalan lebih jauh. Wanita itu hanya ingin yang terbaik untuk putra semata wayangnya, niatnya murni tidak ada yang lain lagi. Namun, ternyata penerimaan putranya berbeda karena apa yang Ranti pikir baik, belum tentu Arsatya mempunyai pemikiran yang sama.

“Yang menurut mama baik, belum tentu baik untukku. Jika mama seperti ini terus, lebih baik mama pulang ke rumah mama sendiri. Tidak usah di sini dan merecoki hidupku,” ucap Arsatya yang membuat dada Ranti seakan tertusuk benda tajam yang menyakitkan.

Esok pagi.

Saat membuka mata, Anindya telah melihat ibu mertuanya sedang mengayun bayi di gendongannya. Anindya merasa tidak enak hati karena tidurnya terlalu lelap sehingga tidak mendengar saat si kembar bangun dan merengek.

Langsung ia bangkit dari posisi tidur meringkuknya dan merapikan rambutnya yang acak-acakan, “Tante, maaf. Anin tidak dengar saat mereka merengek. Dari tadi, ya, mereka nangis?”

“Tidak, Nin. Mereka tadi nggak nangis, kok, mama cuma mau gendong mereka saja,” jawab Ranti.

Namun, ada keanehan yang Anindya lihat dari sikap mertuanya, termasuk penampilannya yang sudah rapi sepagi itu. “Tante, mau kemana? Kok sudah rapi seperti itu?” Akhirnya Anindya menanyakan satu dari sekian keanehan yang terlihat.

“Nin, tentang ucapan mama yang kemarin, kamu tidak perlu memikirkannya lagi, ya. Jalanin saja sesuai kata hatimu, termasuk kesepakatan yang ada,” ucap Ranti tiba-tiba selagi dia mengusap pipi lembut bayi Ansha.

“Ucapan yang mana, Tan?”

“Tentang mama yang menyuruhmu memulai menerima kehidupan pernikahan ini,” ujar Ranti yang terlihat semakin aneh di mata Anindya.

“Ada apa, Tan? Mengapa Tante terlihat berbeda hari ini, apa Anin ada salah sama Tante?” Anindya malah menjadi panik dalam situasi ini.

“Tidak, pokoknya itu saja pesan Mama. Turuti saja kemauan hatimu, jangan kamu merasa tertekan karena ucapan mama yang kemarin,” ucap Ranti yang membuat Anindya semakin penasaran apa yang terjadi, lalu ia bangkit dan seketika mata itu melihat ke lantai di mana ada tas besar di dekat kaki mertuanya.

“Tante, tas besar itu untuk apa? Tante mau pergi kemana?”

Ranti diam, mereka sama-sama menatap tas besar yang berada di lantai, “Mama mau pergi, Nin. Pulang ke rumah sendiri,” jawab Ranti.

Anindya semakin dibuat keheranan. Kepergiaan Ranti, kenapa tidak ada kabar sejak jauh-jauh hari.

“Kenapa tiba-tiba, Tan? Ada yang tidak beres kan di sini? Apa Anin melakukan kesalahan atau tante dan Mas Satya sedang bertengkar karena Anin?” tanya wanita cantik berambut hitam sebatas punggungnya itu.

“Tidak, sudah seharusnya Mama pulang. Ini rumah kalian, tidak baik mama lama-lama berada di sini dan merecoki kehidupan rumah tangga kalian. Sudah, titip mereka ya, mama percaya pada Anin,”  ucap Ranti.

“Nggak, ini pasti ada sesuatu. Tante gak bisa pergi buru-buru seperti ini. Aku harus bicara dengan Mas Satya,” Anindya lantas berjalan ke arah meja dan mengambil ponselnya yang tergeletak di sana.

“Ini pasti ada hubungannya dengan Mas Satya, kenapa tiba-tiba tante pergi seperti ini? Biar aku telepon dia,” pikir Anindya saat itu juga yang mengira Arsatya pasti sudah berangkat ke tempat kerja.

Beberapa panggilan tidak ada jawaban meski telepon terhubung. Bukan Anindya namanya, jika dia menyerah dalam sekali coba. Lebih dari lima kali dia men-dial, akhirnya terhubung juga. “Halo, Mas Satya. Ini Tante Ranti tiba-tiba mau pulang ke rumah sendiri katanya,” ucap Anindya yang tidak mau berbasa-basi saat telepon dijawab.

Di saat Anindya sudah sangat gemas karena teleponnya baru dijawab, sedangkan Ranti sudah berjalan menuju taksi di depan rumah. Namun, jawaban Arsatya malah di luar perkiraan yang membuat Anindya semakin geram, “Biarkan saja,” ucap pria itu.

1
Novita Anggraini
Luar biasa
Ah Serin
cerita menarik knapa tak buat saessson2 lagi
mang tri
ternyata adiknya pantesan panggilnya mas ☺️
mang tri
😭😭😭😭😭😭😭
mang tri
ya ampuuunnnn 😭😭😭😭😭
mang tri
Anin pernah berkata Tuhan boleh mengambil apapun asal jangan ansha, jd orang tua nya sebagai pengganti ansha 😭
Safa Almira
,suka
Muhammad Hakim
Buruk
Dewi Kadimen
Luar biasa
Jisa Ajach
bgus
Tety Boreg
kasian anin thor..jgn dgn keadaan mabuk lah thor..😭😭😭
MommaBear
Luar biasa
Ita Listiana
ceritanya sangat bagus dan menarik, gk muter", dan banyak menguras emosi dan air mata. makasih buat othornya yg udah bikin cerita ini, sehat" terus ya thor biar bisa terus berkarya 😊
Kadek Bella: trima kasih banyak thor ,,ceritanya bagus
hello shandi: Terima kasih banyak ya kak untuk ulasan dan doanya. Salam kenal. 😇🙏
total 2 replies
imhe devangana
crtnya terlalu berbelit2 menurut ku, & hanya septr mereka doang ngk ada crt orng lain.
maaf ya thor
hello shandi: Terima kasih ya untuk masukkannya🙏
total 1 replies
imhe devangana
thor sebenarnya anak Amelua putra atau putri sich.awal bab di blng putra kok skrng putri.
hello shandi: Maaf ya, mungkin typo. Keduanya putri, Kak. Boleh bantu tunjukkin di bab berapa yang bahas kata "putra?". Terima kasih. 😇
total 1 replies
Budi Raka
Luar biasa
hello shandi: Terima kasih penilainnya, Kak.🙏✨
total 1 replies
retiijmg retiijmg
happy ending.
gak cmn mewek kak, gemes,kesel pokoknya nano nano
hello shandi: Makasih ya udah kasih ulasan feel-nya. 😊
total 1 replies
Mei Mei
Luar biasa
hello shandi: Terima kasih penilaiannya kak.💖
total 1 replies
Misaza Sumiati
Satya itu mah bukan cinta ke Amelia, tapi merasa berdosa ke Amelia semasa hidupnya
Misaza Sumiati
awas Satya nanti nyesel lagi
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!