Li Fengran tidak pernah menyangka jika setelah mati, dirinya akan pergi ke dunia lain dan menjadi peserta kompetisi pemilihan ratu. Untuk melarikan diri, dia mencoba yang terbaik untuk gagal, namun perbuatannya justru menarik perhatian Raja dan Ratu Donghao dan membuatnya terlempar ke sisi Raja Donghao.
Hidup sebagai pendamping di sisi Raja, Li Fengran berhadapan dengan tiga siluman rubah yang terus mengganggunya dan menghadapi konflik istana serta Empat Wilayah.
Akankah Li Fengran mampu bertahan di istana dan membuang niatnya untuk melarikan diri? Akankah ia mengabaikan kasih sayang Raja dan memilih mengamankan dirinya sendiri?
*Cover by Pinterest
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhuzhu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TCQ 14: Pekerjaan Pertama
“Jika dilihat-lihat, pedang ini memang tampak berharga. Meski sudah tujuh belas tahun, bilahnya masih sangat tajam dan mengkilap.”
Di taman Istana Changsun, Li Fengran tak henti-hentinya memutarbalikkan Pedang Xingyu. Bilahnya yang tajam mengkilap memantulkan cahaya seperti cahaya yang dipantulkan cermin, mengenai pepohonan dan tumbuhan yang ada di dekatnya. Pedang itu kokoh dan tajam, walau agak berat.
“Nona, apakah kita perlu menulis surat kepada Tuan Besar? Kita mungkin harus memberitahunya perihal pencapaian yang kamu dapat hari ini,” ucap Xiang Wan.
Akan tetapi, Li Fengran tampaknya tidak tertarik dengan topik yang dikatakan oleh gadis itu, dan ia sibuk memainkan pedangnya.
“Xiang Wan, menurutmu berapa banyak yang bisa kita dapat jika pedang ini dijual?” Seketika Xiang Wan terkejut dan teko di tangannya langsung jatuh ke tanah.
“Ah? Nona, kamu tidak boleh menjual barang pemberian Raja! Apalagi itu adalah Pedang Xingyu, pedang kesayangan Yang Mulia! Posisimu sebagai Pemangku Pedang sudah sepadan dengan pedang itu, kita bisa dihukum jika ketahuan menjualnya!”
“Hah, aku berencana mengumpulkan banyak uang lalu kabur dari tempat ini. Karena kamu sudah mengatakannya, maka keinginan itu akan sulit dicapai,” keluh Li Fengran.
Wang Bi sudah mengantarkan seragam barunya beberapa jam lalu, lengkap dengan setumpuk buku berisi petunjuk tugas dan kewenangan seorang Pemangku Pedang.
Li Fengran tidak suka membaca, ia mengabaikannya dan menyuruh Xiang Wan yang membacakan buku-buku itu untuknya. Ia pikir ia masih bisa melarikan diri dari sini, tetapi tampaknya mustahil karena sekarang ia adalah seorang Pemangku Pedang Raja.
Tiba-tiba seorang kasim kecil bawahan Wang Bi datang ke Istana Changsun dengan terburu-buru. Seolah ada tugas penting, kasim kecil yang usianya mungkin tujuh belas tahun itu langsung bergegas menghampiri Li Fengran dan membungkuk sebentar untuk memberi hormat.
“Tuan Pemangku Pedang, Yang Mulia Raja memiliki perintah untukmu. Harap datang ke Istana Qihua sekarang juga,” ucap kasim kecil itu.
“Kamu tidak lihat aku sedang apa? Apa kamu ingin aku mencoba pedang ini untukmu?” ucap Li Fengran yang merasa terganggu akibat kedatangan kasim kecil itu. Badan kasim kecil menggigil, takut dengan tajamnya bilah pedang yang bisa mengarah ke lehernya kapan saja.
“Saya tidak berani. Yang Mulia Raja benar-benar memiliki perintah untukmu.”
“Huh, pria itu benar-benar tidak membiarkanku bersantai!”
Tidak ingin menambah masalah, Li Fengran segera menyuruh Xiang Wan untuk membantunya mengganti baju.
Lima belas menit kemudian, Li Fengran keluar dari Istana Changsun dengan mengenakan seragam khusus Pemangku Pedang, seragam pejabat berwarna oranye tua. Rambutnya disanggul dan dipadatkan dengan sebuah tusuk konde dari giok.
Sesampainya di Istana Qihua, dia disambut Wang Bi dan kasim itu segera membawanya ke aula. Nangong Zirui Tengah duduk di meja kerjanya dengan setumpuk dokumen menghalangi pandangan.
Saat matanya menangkap sosok Li Fengran yang mengenakan seragam Pemangku Pedang, ia tertegun beberapa saat.
Li Fengran berwajah oval dan matanya tidak terlalu sipit. Dua lesung pipitnya terlihat setiap kali ia bicara dan tersenyum. Kulit wajahnya seperti kenyal dan sangat terawat.
Bibirnya agak tipis dan berwarna merah muda alami. Saat rambutnya disanggul dan dirapikan, penampilannya seperti seorang peri kecil yang polos dan lugu.
“Yang Mulia,” ucap Li Fengran dengan nada enggan. Nangong Zirui seperti tersadar. Ia berdehem kecil.
“Serahkan dokumen ini ke Istana Ratu dan minta Ratu untuk membubuhkan capnya.” Sebuah dokumen yang tidak tebal sampai di tangan Li Fengran. “Yang Mulia, dokumen apa ini?”
“Pengesahan pengangkatan calon ratu dan selir.”
“Mengapa Yang Mulia tidak menyuruh Kasim Wang untuk melakukannya?”
Nangong Zirui berdecak. “Apa kamu sedang mengeluhkan tugas pertamamu?”
“Tidak, aku tidak berani,” ucap Li Fengran. Saat ini, melawan Nangong Zirui bukanlah pilihan terbaik. Li Fengran buru-buru berpamitan dan bergegas menuju Istana Ratu Donghao.
Tapi meskipun bayangan Li Fengran sudah menghilang, tatapan Nangong Zirui terus mengikutinya. Ada yang berbeda dengan gadis dari Dongchuan itu.
Informannya mengatakan jika Li Fengran adalah putri angkat Tuan Besar Dongchuan yang dirawat sejak kecil dan menerima banyak ajaran wanita. Tetapi setelah diperhatikan selama beberapa hari, informasi itu seharusnya salah.
Seorang wanita yang menerima pengajaran tidak akan memukul seorang pria sembarangan meskipun tidak saling mengenal. Li Fengran datang mewakili Dongchuan untuk kompetisi, jika dia menang maka seluruh Dongchuan akan mendapat kehormatan dan dipandang dunia.
Tidak mungkin dia akan mengacaukan segalanya. Kecuali, wanita itu memang tidak ditugaskan untuk menang.
“Apakah Dongchuan benar-benar tidak berencana merebut posisi kehormatan sebagai prefektur kelahiran Ratu Donghao?” tanya Nangong Zirui. Wang Bi menggelengkan kepalanya tidak tahu.
“Beichuan, Nanchuan, dan Zichuan menunjukkan ambisi mereka dengan jelas. Tetapi wanita ini, tidak seperti sedang menjalankan misi.”
“Yang Mulia, haruskah menyuruh Pengawal Mo untuk menyelidikinya?” tanya Wang Bi.
Untuk urusan penyelidikan rahasia, Raja Donghao ini biasanya menyerahkan urusan itu kepada Mo Wei. Tapi akhir-akhir ini, Mo Wei tidak menunjukkan batang hidungnya di istana.
Mungkin dia kesal karena Nangong Zirui tiba-tiba mengangkat seorang Pemangku Pedang tanpa memberitahunya. Nangong Zirui menggelengkan kepalanya.
“Tidak perlu. Aku sendiri yang akan menyelidikinya.”
***
Li Fengran sudah sampai di Istana Belakang, namun ia terhenti di depan gerbang karena pengawal istana mencegatnya masuk. Meski sudah berkali-kali ia mengatakan bahwa ia datang dengan perintah raja, namun para pengawal itu tidak mau mendengar dan malah mengusirnya.
Itu semua karena ulah Su Min dan Fei Jia! Mereka masih tidak menerima akan pencapaian Li Fengran. Dengan sedikit uang, keduanya berhasil menyuap pengawal penjaga gerbang dan tidak membiarkan Li Fengran masuk.
Jika Shen Lihua tidak mendukungnya, para pengawal ini juga tidak akan begitu berani.
“Rubah-rubah betina sialan! Beraninya menghalangiku!” kesal Li Fengran.
Sudah setengah jam ia berdiri di depan gerbang, tapi para pengawal itu masih bersikeras mengusirnya dan mengatakan jika Ratu Donghao sedang tidak menerima kunjungan.
Tiba-tiba, Li Fengran melihat Chu Ming, pelayan pribadi di sisi Ratu melintas bersama beberapa pelayan lainnya.
Seolah mendapatkan jalan, Li Fengran dengan keras berteriak, “Saya datang atas perintah Raja. Mohon Yang Mulia Ratu berkenan mengizinkan saya masuk!”
Para pengawal itu terkejut dan hendak membungkamnya, tapi sayangnya Chu Ming lebih dulu mendengar teriakan itu. Pelayan itu kemudian bergegas mendekat ke pintu gerbang.
“Lancang! Siapa yang memberi kalian keberanian menghalangi Pemangku Pedang?”
Wajah para pengawal penjaga gerbang langsung berubah pucat. Sebelumnya mereka tidak diberitahu kalau orang yang harus mereka cegah benar-benar Pemangku Pedang.
Su Min dan Fei Jia hanya mengatakan kalau orang ini adalah Pemangku Pedang palsu dan membawa perintah palsu. Tidak disangka, wanita ini ternyata benar-benar Pemangku Pedang yang asli.
“Tuan Pemangku Pedang, silakan. Yang Mulia Ratu sudah menunggumu,” ucap Chu Ming.
Li Fengran sekarang mengernyit. Ratu Donghao, Ling Sui, sudah menunggunya? Apakah dia sudah tahu kalau dirinya akan datang?
Chu Ming belum menyelesaikan urusannya, pelayan itu menatap garang pada pengawal penjaga. Ditatap seperti itu, tubuh mereka menggigil.
Di istana ini, bawahan mana yang berani melawan seorang pelayan di sisi Ratu? Bahkan jika Ratu tidak memiliki kekuasaan kuat, para pengawal ini jauh lebih rendah kedudukannya.
“Pergi dan terima hukuman kalian sendiri ke Biro Kedisiplinan! Jangan sampai kejadian memalukan ini terulang lagi!” tegas Chu Ming.
Merasa dendamnya dibalaskan oleh orang lain, Li Fengran sudah tidak peduli begitu banyak. Dia melengang memasuki Istana Belakang dengan santai sambil melihat-lihat sekelilingnya.
Ini adalah sebuah komplek istana, lebih luas dan lebih indah dari Istana Changsun. Tapi entah mengapa, auranya terasa suram.
“Salam kepada Yang Mulia Ratu,” ucap Li Fengran saat tiba di tengah aula istana kediaman Ling Sui.
“Kamu sudah datang. Berdirilah,” ucap sebuah suara yang lembut namun terdengar lemah dan tak bertenaga.
Li Fengran menurut, ia menegakkan tubuh dan mendongakkan kepalanya. Akan tetapi, ia kemudian dibuat terkejut sampai tidak bisa berkata-kata.