Ayahnya Arumi terlilit hutang. Hal itu membuat sang ayah kena serangan jantung. Arumi tidak punya uang untuk membawa sang ayah berobat. Bahkan, rumah sebagai jaminan sudah ditarik rentenir. Dalam keadaan sulit itu, seorang dokter wanita menawarkan bantuan kepada Arumi. Akan membiayai pengobatan sang ayah, asal Arumi mau menikah dengan ayahnya yang sedang sakit.
Tidak ada pilihan lain, dalam keadaan terpaksa Arumi menerima tawaran itu, walau sebenarnya ia masih ingin melanjutkan studynya.
Pernikahan Itu pun terlaksana, dan ia dikejutkan dengan kenyataan bahwa, pria yang ia sukai di pandangan pertama adalah anak dari pria tua yang menikahinya, tepatnya. Arumi menyukai anak tirinya.
Bagaimana kah kelanjutan kisah cinta terlarang itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Febriliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu musuh
Keesokan harinya.
Ini hari pertama kuliah buat Arum. Pagi-pagi sekali ia sudah di upah-upah, oleh sang ayah. Tradisi di adat suku mereka, memberi makan dengan ayam gulai yang di atasnya diletakkan telur dan garam. Arum akan mencicipi telur, garam dan ayam secara persamaan setelah sang ayah serta anggota keluarga lainnya memberikan nya nasehat.
Perasaan Arum campur aduk saat ini. Antara senang karena akan bertemu dengan teman baru dan tegang karena ini merupakan pengalaman pertamanya merantau ke kota besar. Apalagi dia dari kampung. Arum takut, ia tidak bisa bersosialisasi dengan teman barunya. Apalagi jika ia ketahuan adalah seorang istri dari pria tua dan sedang dalam penyembuhan stroke.
"Non, hubungi aku kalau non sudah akan pulang!" ujar sang supir sopan menatap Arum yang masih duduk di kursi mobil. Ia belum berani turun daei dalam mobil itu, kedua matanya sibuk memperhatikan sekitar dari jendela mobil mewah itu.
"Non. !" tegur sang supir lagi dengan sopan.
"Oouuww.. Iya pak!" sahutnya dengan jantung yang berdebar kencang. Jujur, Arum grogi parah. Apa lagi ia melihat begitu banyak orang lalu lalang di parkiran ini.
Arum pun turun dari mobil mewah berwarna silver itu. Ia merapikan penampilannya yang memang sudah rapi sebelumnya, saat ini Arum memakai celana Culotte warna mocca yang dipadukan atasan blus putih yang membuat look nya jadi lebih menarik dan ia terlihat lebih tinggi. Dan penampilannya semakin kece dengan kaki putihnya ditutupi sepatu high heel 5 cm meter yang senada dengan celana cullot yang ia kenakan.
Walau Arum orang kampung, soal fashion ia tidak pernah gagal. Karena ia suka mengikuti perkembangan model yang bisa diakses di internet. Tubuhnya yang ideal, membuat pakaian yang pakai terlihat mewah, padahal pakaiannya harga murah, serbia 35 ribu.
Pak Subroto sih sudah memberikan nya uang untuk keperluannya. Tapi, uang itu ia tabung. Karena posisi dia sekarang sebagai istri Pak Subroto belum aman. Bisa saja dia ditendang dari rumah itu. Jadi, Arum menabungkan uangnya. Membelikan untuk yang penting saja.
"Aduhh.. Jam berapa ini?" Arum memperhatikan jam tangan bertali kulit coklat di pergelangan tangan nya. "Astaga, 5 menit lagi pukul 8. Aduhh.. Gimana ini, mana aku belum tahu ruanganku di mana?" ujarnya panik berlari ke arah kantor jurusan. Ia akan melihat denah gedung kelasnya.
Sambil berlari ke kantor jurusan prodinya, tangan nya juga sibuk membuka hapenya, melihat jadwal dan kelasnya.
Bruuggkk..
"Aauuww...!" teriak seorang wanita dengan histerisnya, saat ia tidak sengaja menabrak seorang wanita.
Saat bertabrakan itu, Arum juga sebenarnya hampir terjatuh. Tapi, ia cepat mengendalikan tubuhnya. Sedangkan wanita yang ia tabrak tersungkur di trotoar parkiran.
"Ma, maaf mbak!" ujar Arum dengan muka bersalahnya. Ia julurkan tangan nya ke arah wanita **** di hadapanya yang sedang menunduk memegangi kakinya. Wajahnya masih tertutupi rambut panjang indah bergelombang. Sehingga Arum tidak bisa melihat dengan jelas wajah wanita yang ia tabrak.
"Maaf kak!" ujar Arum lagi, ia pun menjulurkan tangannya, berniat membantu wanita itu untuk bangkit.
Wanita itu masih meringis kesakitan, dan memegangi kakinya. Arum jadi merasa bersalah. Karena ia yang tidak fokus berjalan saat ia memainkan ponselnya, malah menabrak wanita di hadapannya.
"Sia lan kamu!' wanita itu mengibaskan rambut panjang nya, mengangkat wajahnya ke arah Arum.
Deg
Keduanya bersitatap dengan mata yang membulat penuh. Ekspresi wajah tercengang tercetak jelas di wajah keduanya.
" Ka, kamu...!" teriak wanita yang penampilannya sangat menggoda, yang Arum tabrak dengan muka merah padamnya.
"Ihh.. Iya!" sahut Arum dengan muka polosnya. Tapi, seketika ia mengubah ekspresinya jadi menantang, setelah melihat dengan jelas wanita yang ada di hadapannya.
"Kamu ngapain disini?' wanita itu mencoba bangkit dengan menahan sakit di kakinya.
" Ya, kuliah lah mbak. Masak mau bercocok tanam!" sahut Arum santai.
"Cciieehh... Aku yakinnya kamu mau bercocok tanam!" ujar si wanita se xi itu dengan sewotnya menatap Arum.
"Haaah.. Kebun kali!" Arum melangkah cepat, ke mading. Ia tidak mau tahu lagi tentang wanita itu. Setelah melihat wajah wanita itu, ia mendadak kesal. Karena wanita yang ia tabrak adalah kekasihnya Dimas. Cewek cantik yang penampilannya selalu modis dan terlalu vul gar.
"Awas.. kamu!" teriak wanita itu.
"Wweekk... Siapa takut!" ujar Arum dengan riangnya. Ia bahkan meledek wanita yang ia tidak tahu namanya itu dengan menjulurkan lidahnya. Dengan kedua jari jempolnya menempel di pipi dan keempat jari lainnya melambai-lambai ke arah si wanita se xi.
"Sialan kamu, lihat saja. Kamu akan menyesal...!" umpat si wanita yang Arum tahu adalah kekasihnya Dimas, mencoba mengejar Arum yang masih ada di depan mading, melihat denah ruangan.
Arum menatap ke arah wanita itu dengan perasaan tidak tenang ia terus waspada kepada wanita itu. Sambil memperhatikan denah gedung kelasnya berada
"Rosa... Sini...!" teriak si wanita itu ke arah seorang wanita yang baru saja turun dari sebuah mobil mewah.
Arum memperhatikan kedua wanita itu secara bergantian, ia merasa sudah tidak aman. Sambil mawas diri, ia terus mencari denah kelasnya, sekaligus memastikan namanya ada di ruangan yang telah dibagi. Ia tidak sempat lagi melihat handpone, akan lebih cepat melihat pengumuman di mading.
"Cindy, kamu kenapa?" tanya Rosa kepada wanita yang di tabrak oleh Arum.
"Oohh.. Cindy, namanya Cindy." Ujar nya sendiri. Arum sudah tahu letak kelasnya. Ia pun bersiap untuk pergi.
"Da... Da... Da... Cindy... Cindy utami, ehhh utama!" ledek Arum Sambil tertawa devil. Ia merasa saatnya balas dendam pada wanita itu. Karena ia ada masalah dengan wanita itu saat dia mengikuti bimbingan belajar di perusahaan nya Dimas.
"Sialan... Sialan.. Rosa... Ayo kita matikan anak itu!" umpat Cindy garam menatap ke arah Arum yang kini berlari ke arah kelasnya dengan semangatnya. Ia merasa pagi ini adrenalinnya terpacu, dengan peristiwa ini. Menabrak Cindy dan meledeknya, adalah kepuasan bathin yang tiada terkira
"Wweekk... Ayo kejar Aku, kalau bisa!" tantang Arum kepada kedua wanita yang tidak bisa mengejarnya itu, pasalnya wanita yang ia tabrak bernama Cindy kini pincang sudah. Hal itu membuat kedua nya susah mengejar Arum.
"Lihat saja, pembalasan kami!" teriak Cindy.
"Wweekk.. siapa takut!" tantang Arum dengan lidah menjuntainya ke arah Cindy dan Rosa.
"Sialan itu anak!" umpat Cindy, dengan kaki yang pincang, ia tetap berjalan mengejar Arum. Yang kini sudah menghilang dibalik tembok.
"Memangnya dia siapa Cindy?" tanya Rosa dengan penasarannya.
"Dia cewek yang ku ceritakan padamu dua minggu lalu. Cewek yang dicium Mas Dimas saat di bimbel itu!" ujar Cindy kesal, muka nya semakin jelek karena merengut.
"Oowwuhh.. Cantik sih, wajarlah Pak Dimas mau nyosor!" ujar Rosa tanpa sadar.
Puukk.
Satu tinju mendarat di lengan nya Rosa "Iiiiih.. Kamu ya Rosa, bisa-bisanya memuji dia. Dia tidak cantik, dia wanita gatal. Bisa-bisanya dia godain Dimas, aku saja belum pernah dicium Dimas!" ujar Cindy kesal.
Rosa merasa lucu dengan kelakuan Cindy, yang kesal akan kelakuan Arum. "Ya sudah, ayo kita masuk kelas!" Ujar Rosa, mencoba menuntun Cindy untuk bangkit
"Gak aku gak mau masuk kelas. Kakiku sakit!" keluh Cindy meringis kesakitan. "Bawa aku ke tukang pijat!" pinta Cindy kepada Rosa dengan memelas.
"Ya gak bisa lah Cin. Aku mau belajar. Kamu pergi sendiri ya!" ujar Rosa keberatan.
"Dasar kamu gak setia kawan Ros. Kawan kesakitan, kamu gak ada respect sama sekali!"
"Bukan gitu Cin, aku gak mau bolos lagi. Aku mau cepat tamat." Sahut Rosa serius. "Kamu telpon aja ajudanmu. Aku masuk kelas dulu. Jangan marah. Bye...!" ujar Rosa tanpa memberikan Cindy untuk bicara. Dan wanita itu pun bergegas cepat menuju kelasnya. Meninggalkan Cindy di bangku taman.