NovelToon NovelToon
Istri Rahasia Ketua BEM

Istri Rahasia Ketua BEM

Status: tamat
Genre:Nikahmuda / Hamil di luar nikah / Tamat
Popularitas:307k
Nilai: 4.8
Nama Author: Harumi Akari

Nara harus menerima dirinya hamil di luar nikah dan menyembunyikan identitasnya sebagai istri dari ketua BEM.

Sebagai istri rahasia, ia harus banyak bersabar karena banyak sekali rintangan dalam rumah tangga mereka berdua, terlebih usia Rendi yang masih muda dan populer di universitas, membuat Nara harus semakin waspada akan hadirnya orang ketiga.

Hingga Rendi kembali berulah dan menghamili wanita lain.
Akankah hubungan mereka baik-baik saja?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Harumi Akari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Teman Dekat

Nara masih duduk termenung di belakang gedung kampusnya, dia merasa bersalah sekali karena tidak bisa bicara baik-baik dengan Gibran. Padahal dia orang yang sangat baik kepada Nara. Mengapa Nara tidak bisa memperlakukan pria itu dengan baik? Semua bisa diselesaikan baik-baik.

Setelah cukup lama menenangkan diri, Nara pun pergi dari tempat itu dan menuju ke gedung yang lain, di mana ada kuliah kedua di gedung yang berbeda, dan sepertinya dia bisa bertemu dengan Rendi setelah ini, mengingat mereka akan satu gedung.

Nara naik ke lantai dua dan mengikuti perkuliahan seperti biasa, dan saat selesai kuliah, benar saja dia melihat Rendi juga berada di gedung itu. Namun, betapa terkejutnya Nara karena Rendi begitu dekat dengan para wanita yang ada di kelasnya. Bahkan Nara segan menyapa Rendi karena kesal.

Rendi sempat melihat Nara, namun wanita itu justru memalingkan wajahnya dari Rendi, seperti tidak mengenali pria itu sama sekali. Lebih baik Nara bersikap sok acuh daripada dirinya sakit hati.

“Nara!” Dari jauh terdengar suara Tia memanggil Nara dan langsung menarik tangan Nara untuk menjauh dari Rendi. Sedangkan Tia sudah menatap Rendi dengan tatapan yang sinis sekali.

“Kirain kamu dah balik?” tanya Nara.

“Belum dong! Kemarin kenapa tiba-tiba pergi sih?” tanya Tia yang masih penasaran dengan kemarin, saat Nara pergi begitu saja.

“Ah, iya. Maaf banget, aku ditelpon Rendi dan langsung pergi, hehe.” Nara pun jujur jika dia pergi karena Rendi.

“Yaelah, bucin banget lo! Ditelpon pacar nggak guna aja langsung dateng!” ketus Tia.

“Ya udah sih, ayo kita nongkrong lagi. Buat nebus yang kemarin.” Nara pun menikmati waktu berdua dengan sahabatnya itu, tanpa mempedulikan kegiatan Rendi. Anggap saja Nara tidak tahu apa-apa dan membiarkan Rendi berlaku sesuka hatinya.

Mereka pergi ke kedai makanan yang ada di dekat kampus, menghabiskan waktu berdua dan ngobrol sebanyak mungkin.

“Gue masih penasaran sama hubungan lo dan Gibran deh,” ucap Tia yang lagi-lagi membahas Gibran.

“Kenapa sih? Suka sama Gibran?” tanya Nara yang penasaran dengan pertanyaan Tia yang selalu sama.

“Gila! Nggak lah!”

“Suka juga nggakpapa kok.” Nara mengeluarkan senyuman dan meledek Tia.

“Bukan gitu, semenjak kamu pindah, si Gibran tuh terus ke kontrakan loh. Dia nyariin kamu, karena kamu dihubungi nggak bisa, terus kamu tiba-tiba pindah kontrakan juga. Kayaknya si Gibran ini khawatir deh sama kamu, kasihan tau.” Tia menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi saat Nara pindah dari kontrakan itu.

Nara pun hanya diam saja dan sebenarnya dia mengetahui hal itu, Gibran pasti bertanya-tanya di mana Nara dan apa yang sebenarnya terjadi.

“Iya udah, aku juga tadi ketemu Gibran kok. Kita udah bicara, dan yaudah. Nggak ada masalah yang parah banget kok,” ucap Nara yang memang baru tadi bertemu dengan Gibran.

“Yang bener? Kasian dia tau, soalnya dia keliatan cemas banget. Kaya berharap kabar dari kamu,” ucap Tia sembari menyeruput minuman dingin yang ada di hadapannya itu.

“Ngomongin gue ya?”

Tiba-tiba suara besar seorang pria terdengar di belakang Nara dan membuat Nara membelalakkan matanya, karena dia tahu betul dengan suara itu.

“Panjang umur lo!” puji Tia sembari tersenyum bahagia. Sedangkan Nara langsung melihat ke arah Gibran dan jantungnya berdegup dengan kencang. Dengan percaya dirinya, Gibran langsung duduk di sebelah Nara dan bergabung dengan mereka berdua.

“Kalian ngomongin apa? Asyik banget, aku pesen makanan juga ya?” ucap Gibran kepada mereka berdua.

Nara pun tidak bisa berkata apa-apa dan moodnya langsung jadi kurang baik, baru saja dia marah kepada Gibran, namun sekarang pria itu justru berada di sebelahnya tanpa rasa bersalah sedikitpun.

“Kalian serius nggakpapa? Baru kemarin kalian jalan sekali loh, ngapa udah kaya pasangan yang lagi bertengkar aja deh,” pungkas Tia.

“Nggakpapa, baru tadi siang gua ketemu sama Nara. Sekarang udah baik-baik aja kok, liat nih!” Gibran merangkul Nara dengan percaya diri dan tersenyum kecil.

“Kamu cari gara-gara ya?” ucap Nara dengan senyum palsunya dan menatap ke arah pria dengan tindik di telinganya itu.

“Hehe, nggak dong. Kan kita berdua temen.” Nara sedikit terkejut mendengar hal itu, sepertinya Gibran sudah menerima hubungan mereka berakhir seperti ini dan menjadi teman saja. Nara juga baru menyadari jika Gibran menggunakan gelang yang dia berikan kemarin. Mau tidak mau, Nara pun memilih untuk mengikuti apa yang Gibran inginkan saja.

“Nah gitu dong, nggak kaya kemarin, cari-carian sampe gue yang pusing!” Tia nampak kesal dengan apa yang terjadi kepada mereka berdua.

Karena sudah berada di sana, akhirnya mereka bertiga pun makan bersama dan banyak bercerita tentang kehidupan di kampus, karena Gibran lebih senior dari mereka, banyak yang harus mereka pelajari dari pria itu.

Nara juga berusaha untuk menikmati waktu bersama mereka berdua, hingga terdengar suara getaran ponsel milik Nara, membuat Gibran dan Tia melihat ke arah Rendi.

“Pasti si cowok brengsek itu,” gumam Tia yang merasa kesal.

Setelah mengangkat telepon itu, Nara pun langsung berpamitan untuk pergi dan meninggalkan mereka berdua begitu saja.

“Maaf ya, aku balik dulu. Udah sore nih,” ucap Nara.

“Mau gue anter?” tanya Gibran.

“Nggak usah, makasih. Aku balik dulu ya," pamit Nara.

Nara bergegas keluar meninggalkan kedua orang itu.

Gibran melihat ke arah Nara dengan mata yang sayu, terlihat Gibran kasihan kepada Nara.

"Kenapa?" tanya Tia yang penasaran, karena Gibran terus menatap Nara sampai wanita itu benar-benar pergi.

"Dia nggak kasih tahu alasan kenapa dia pindah?" tanya Gibran.

"Nggak, dia masih nggak mau kasih tahu alasannya, nggak ngerti banget sama sikap Nara belakangan ini, serius." Tia mulai sedikit aneh dengan sikap Nara. "Kalian beneran marahan?" Tia tak kalah kepo dengan apa yang terjadi di antara mereka berdua.

"Nggakpapa, aku yang terlalu berharap dia menyukaiku. Tapi nyatanya dia masih tetap mau sama si Rendi." Gibran mengaduk minumannya dan melihat ke arah gelang yang diberikan oleh Nara.

"Keliatan sih, dari awal kamu ngajak dia jalan, sampe nyariin dia, itu bukan Kak Gibran banget si. Ternyata diam-diam bucin," ucap Tia.

"Iya kah? Ternyata sejelas itu ya? Pantesan dia nggak nyaman sama aku," ucap Rendi sembari mengusap belakang kepalanya yang tidak gatal.

"Ya elah, lo sendiri malah nggak tahu."

"Selain itu, dia ada cerita apa lagi sama kamu? Misal, hubungannya dengan Rendi, mungkin?" tanya Gibran yang ingin tahu.

"Gue tuh sama sekali nggak suka dengan sikap si pria brengsek itu. Sifatnya masih kekanak-kanakkan banget, udah gitu selalu Nara yang harus ngalah dab egois banget kayaknya," ketus Tia kala dia harus menceritakan perihal Rendi.

"Ahh, jadi kau sering bertemu dengan pria itu?" tanya Gibran.

"Iya, dari awal dia pacaran sampe sekarang, itu gue nggak pernah suka sama tu cowok. Setelah jadi ketua BEM? Makin parah dah!" Tia mengutarakan apa yang sebenarnya terjadi dalam kehidupan Nara. Sebagai sahabatnya Nara, Tia tidak bisa terima perlakuan Rendi yang semakin keterlaluan itu.

"Pantesan si Nara nggak pernah bahagia. Dia sebaik itu sama cowok yang udah jahat sama dia," batin Gibran.

Saat ini, Gibran jadi tahu alasan mengapa Nara tidak pernah sama sekali merasa bahagia. Ternyata sumbernya berasal dari kekasihnya sendiri.

1
Shifa Burhan
yang membuat novel tidak munafik dan bermoral adalah
*pemikiran munafik, novel ini melaknat kelakuan Rendi dan adel tapi membenarkan kelakuan Nara dan gibran

*tidak bermoral, melaknat pelakor yang mendekati suami orang tapi malah membenarkan pebinor yang mendekati istri orang

*pemikiran munafik wanita dalam membuat novel dia melaknat kelakuan Rendi pada wanita lain tapi malah membenarkan kelakuan Nara dengan pria lain

*menjijikan melaknat pelakor tapi memuja pebinor
Shifa Burhan
pebinor menang lagi

pemikiran author pria egois
spesial kan pelakor
pemikiran author wanita egois
spesial kan pebinor
Safa Almira
seru
Harumi Akari: terima kasih kk sudah mengikuti cerita Nara dan Gibrann❤️❤️
total 1 replies
Enni Yuliyani
Akhirnya Nara sama Gibran menikah❤️
Harumi Akari: iya setelah sekian lamaa/Grimace/
total 1 replies
Ivana Monica
lm ya updatenya..
Surati
bagus
Ivana Monica
thor dilanjutkan lg donkk..
aku selalu intip nih cerita nya...
Sri Indah Budiyati
ditunggu endingnya
Hanisah Nisa
lanjut upnya
Hanisah Nisa
lanjut
Mira Aryani
ini ceritanya bagaimana ya masa jd orang kaya malah enggak tau yg bener dan yg salah
Harumi Akari: karena ada orang kaya yang mikirin hartanya doang kak🤭
total 1 replies
Bivendra
iya dah ky sinetron ikan terbang
Mira Aryani
ceritanya muter-muter kaya ikan terbang
Harumi Akari: krna sebentar lagi tamat😭
total 1 replies
Enni Yuliyani
ceritanya bagus kak., tambah semangat yaa..
Harumi Akari: aww terima kasih kk
total 1 replies
Enni Yuliyani
Bagus., ceritanya menarik..
terima kasih kak
Hanisah Nisa
lanjut upnya
Hanisah Nisa
lanjut
Hanisah Nisa
thanks.... lanjut...
Alma Azizah Alwina
💛💛
Hanisah Nisa
sudah nak....dapat lelaki macam gibran.....yg boleh terima ...wanita yg sudah mempunyai anak.....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!