Hidup yatim piatu dan dibesarkan oleh ayah angkatnya. Jia Grietha sangat berharap bisa hidup dengan baik, tetapi pria pemabuk dan kasar itu membawanya ke meja perjudian.
Dari parasnya yang cantik dan bodinya yang seksi, membuat semua orang selalu terpikat. Terutama Gara Harveyd langsung tertarik pada pandangan pertama. Pewaris yang sombong dari keluarga Harveyd yang terkenal kaya raya di kota.
Saat melihat Jia, Gara pun secepatnya membawa pulang gadis itu dengan harga satu milyar. Awalnya, Jia mengira Gara adalah penolongnya, akan tetapi ia makin jatuh ke dalam jurang yang berduri.
Bukannya diberi kebebasan, Jia dijadikan istri rahasia untuk pemu4s naffsunya semata. Setiap saat harus patuh apabila Gara meminta jatahnya. Jia benar-benar tidak tahu lagi langkah apa yang harus diambil untuk mengakhiri hubungannya dengan Gara yang ingin menikahi wanita lain juga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asti Amanda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14. Jalan Buntu
"Maaf, apa kau, nona Jia?"
"Ya, saya Jia,"
"Baguslah, saya dari tadi menunggu di sini, untung kau cepat melihatnya, sekarang tolong tanda tangan di sini,"
"Baik, Pak. Terima kasih." Sebelum kurir pengantar pergi, bapak itu memberikan satu sweater yang juga dikirim dari Gara. Usai semua terkirim ke Jia, kurir pun melanjutkan tugasnya mengantar barang ke alamat lain. Sementara Jia, ia cukup senang mendapat sweater merah jambu dan sepeda baru.
"Baiklah, aku pakai saja." Hembus Jia pun menutup pintu toko lalu memakai semuanya ke tempat para konsumen. Jia tidak habis pikir hari ini dia harus bolak balik, untung di sepeda itu punya keranjang yang memuat barangnya. Kini tinggal satu tempat lagi yang harus dia pergi. Gadis itu meroda ke rumah sakit.
"Terima kasih sudah mengantar kemari, mba," ucap seorang Ibu mengambil seikat bunga lalu meletakkannya di dalam vas kecil. Tak lupa ada seorang gadis kecil sedang terbaring sakit di atas brankar.
"Kalau saja dia bangun sekarang, pasti sangat senang bisa melihat vas yang dia buat sendiri sudah diisi bunga kesukaannya," keluh sang Ibu membelai kepala anaknya.
"Vas bunganya cantik, dan cocok sama bunganya," puji Jia mencoba menghibur.
"Semoga anak Ibu cepat sembuh," lanjut Jia tersenyum.
"Terima kasih, sudah mengantarnya," ulang Ibu itu balas tersenyum.
"Kalau begitu, saya pergi dulu, Ibu tetap semangat, saya yakin anaknya pasti cepat sembuh. Permisi,"
"Hahaha, kau semangat sekali hari ini."
jia cengengesan lalu keluar dari ruang rawat, gadis itu memang bahagia karena tugasnya berjalan lancar, apalagi hadiah dari Gara yang tidak terduga. Sontak saja, Jia berhenti dan bersembunyi saat melihat Celin ada di rumah sakit.
"Eh, kenapa dia ada di sini? Bukan kah harusnya bersama Bos ya?" gumam Jia yakin tidak salah lihat. Saat mau mengikuti aktris itu yang memakai makser dan topi, tiba-tiba Jia mendapat panggilan dari Bosnya dan disuruh pulang ke toko.
"Hais, aku ingin tahu dia kenapa ada di sini, tapi bu Bos memanggilku, hais aku pulang saja deh." Jia pun terpaksa pulang dan mengabaikan Celin. Tatapi Jia yang sedang dalam perjalanan pulang, kembali lagi tiga preman lain mencegatnya di jalan yang sepi. Jia putar arah, namun preman itu segera naik ke motor lalu mengejar Jia.
"Siapa mereka?" Jia mengebut dan ketakutan.
"Hei, berhenti kau!" kelakar mereka berteriak dan marah.
"Tidak! Pergi kalian!" balas Jia lalu lewat ke jalan yang sempit, berharap mereka tidak bisa melewatinya, namun seketika di ujung jalan itu buntu. Jia semakin takut gara-gara dinding yang tinggi itu menjadi halangan baginya kabur dari tiga preman itu.
"Hahaha,"
"Mau kemana lagi kau?"
"Menyerah saja dan ikut kami,"
"Tidak! Kalian penjahat! Aku tidak mau dan tidak sudi!" tolak Jia lantang berdiri di dekat sepedanya.
"Eh, besar juga nyalimu berteriak seperti itu pada kami," dorong mereka membuat Jia jatuh ke belakang.
"Sekarang kau tidak bisa kemana lagi, dan tidak usah berlagak!" tatap mereka tajam sambil merusaki sepeda Jia.
"Tidak, jangan rusak itu, ku mohon pergi kalian!" ulang Jia kembali teriak lantang. Bukan karena menyayangi sepedanya, tapi Jia takut Gara akan marah besar apabila sepeda itu dia bawa pulang.
"Hahaha, sepeda ini tidak cocok kau tungganngi, yang cocok kau tungganngi itu kami, Nona cantik," goda mereka.
"Sebenarnya, siapa kalian!" Kepal Jia mundur ketakutan.
Mereka tertawa terbahak-bahak lalu menyeringai. "Kami ini kawan-kawan dari preman yang tertangkap polisi itu, maksud kami mencegatmu itu adalah kau," ucap mereka menunjuk dada semok Jia. Gadis itu menepis mereka yang mulai main sentuh sembarangan.
"Aku? Kenapa kalian menargetkan aku?" tanya Jia mundur sampai terpojok ke tembok.
"Hahaha, ayah angkat brensek kau itu punya hutang pada kami, dia kalah judi dan lari membawa hutang yang menggunung. Tapi kami baru ingat, kalau dia punya seorang putri, maka dari itulah kami mengejarmu," jawab mereka tertawa.
"Aku bukan lagi putrinya, hubungan kami sudah tidak ada!" lantang Jia mencoba tidak takut. Tiga preman itu semakin maju mendekati Jia.
"Sepertinya kau perlu disadarkan," decak mereka mau membawa paksa Jia, namun seseorang entah dari mana menyela tindakan mereka.
"Oi, kalian punya telinga, kan? Dia bilang bukan putrinya pria berensek itu, apa kalian bertiga ini memang tuli?"
Tiga preman itu mendongak ke atas, dan diikuti Jia yang terkejut melihatnya berdiri di atas tembok tinggi itu.
'Sejak kapan pria itu ada di sana?' pikir Jia baru sadar ada orang yang dari tadi menyimak saja.