Vania anastasha terpaksa memberikan rahimnya untuk mengandung seorang anak CEO arogan yang ingin memiliki anak tanpa ikatan pernikahan karena masih terikat dengan cinta masa lalunya.sedangkan dirinya butuh biaya untuk operasi ibunya
"akan kulakukan apapun asal ibuku selamat termasuk harus menjual tubuh yang tak berharga ini" Vania anastasia
"lahirkan seorang anak untukku..akan kubayar harganya...uang bukan masalah buatku asal anakku lahir" Julius granger
akankah keadaan berjalan sesuai apa yang diinginkan keduanya atau malah kebalikannya...
jawabannya ada di tulisan receh ini
baru belajar menulis...mohon saran dan kritiknya selalu
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon farhati fara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 14
Julian menghentikan mobilnya tepat didepan pintu masuk, ia melirik kearah Vania yang saat ini sedang tertidur dengan kepala hampir terjatuh dari sandaran kursi
Julian mengulurkan tangannya menepiskan anak rambut yang menutupi wajah Vania, gadis itu terlihat sangat damai dalam tidurnya. Julian melepaskan sabuk pengamannya lalu melepaskan punya Vania, keluar dari mobil dan berlari pelan lalu membuka pintu penumpang
Pelan-pelan Julian mengulurkan tangannya dipunggung Vania lalu tangan sebelah lagi dilutut Vania. Julian mengangkat Vania dengan mudah,pria itu terkejut mendapati bahwa gadis itu sama sekali tidak berat, bahkan dengan kondisi perut yang sudah membesar
Julian membaringkan gadis itu perlahan diatas tempat tidur, terdiam ketika Vania menggeliat, mata gadis itu terbuka dan bertemu dengan mata Julian. Wajah mereka sangat dekat karena tangan Julian masih tertahan dibawah kepala Vania. Vania mengerjabkan matanya sekali lalu tersenyum.
Julian menelan salivanya pelan, itu hanya sebuah senyuman tapi kenapa begitu mempengaruhinya. Julian tidak bisa menahan dirinya untuk tidak menundukkan kepalanya lalu mencium ringan bibir Vania. Gadis itu melebarkan matanya terkejut, itu ciuman pertama mereka setelah Vania dinyatakan hamil, gadis itu berfikir Julian tidak akan pernah mencium ataupun menyentuhnya lagi setelah ia hamil, tapi kenyataanya sekarang pria itu melakukannya
Julian menjauhkan kepalanya lalu menatap Vania lama, mencari sebuah jawaban dari wajah itu. Wajah yang awalnya mengingatkan dirinya kepada Angel, tapi sekarang tidak bisa ia temukan lagi alasan kemiripan mereka. Setelah melihat Vania setiap hari Julian tahu perbedaan mereka, meskipun bentuk bibirnya sama tapi senyum mereka berbeda.
Berbeda dengan Vania yang terdiam karena perasaan bahagia telah dicium lagi,Vania pun kembali tersenyum, membuat Julian mengerang tertahan dan kembali menundukkan wajahnya lalu mencium Vania dengan penuh hasrat. Sudah lama Julian menahan dirinya untuk tidak menyentuh Vania lagi, sejak dinyatakan hamil Julian mengambil keputusan untuk berhenti mendekati Vania, karena keinginannya sudah tercapai. Tetapi Julian tidak bisa mengingkari gejolak hasratnya terhadap Vania ketika ia berdekatan dengan gadis itu
Untuk menghalau hasrat yang tertahan itu, Julian pun berusaha menghindari Vania, tetapi semakin ia menghindari Vania semakin kuat kebutuhannya untuk kembali meniduri Vania.
Ciuman itu semakin memanas, membuat Julian tidak lagi bisa menahan dirinya, ia tersenyum senang diatas bibir Vania ketika meraup ****dara Vania. Ukuran kedua benda itu membesar dari kali terakhir yang bisa ia ingat, Julian melepaskan bibir Vania lalu mulai bermain di****dara kanan Vania yang telah ia bebaskan dari balutan pakaian itu
Gadis itu mendesah pelan merasakan sapuan lidah Julian di****nya, tangannya mencengkeram rambut Julian. Julian menarik kepalanya lalu menunduk diatas wajah Vania
"Izinkan aku bercinta denganmu, aku akan berhati-hati" Vania terdiam, terlalu takjub karena Julian meminta izin padanya. Perlahan Vania menganggukkan kepalanya. Entah apa artinya ini Vania tidak mau mencari tahu, saat ini ia hanya ingin Julian terus mencium dan merengkuhnya kedalam tubuh hangat pria itu.
Julian menepati janjinya dengan bercinta secara lembut dan berhati-hati agar tidak menyakiti bayi yang ada didalam kandungan Vania. Setelah malam ini Julian mungkin akan ketagihan untuk terus bercinta dengan gadis itu.
🍀🍀🍀
Bulan kedelapan
Pagi datang lebih dingin dari biasanya, meskipun Selimut tebal membaluti tubuh. Julian masih bisa merasakan dinginnya udara. Julian membuka matanya lalu menoleh kearah jendela, melihat rintikan-rintikan kecil air bening jatuh diluar.Musim penghujan mulai datang mengunjungi mereka
Julian mengusap kedua matanya lalu menoleh kearah Vania yang masih tidur dengan nyenyak dibawah selimut tebal disisinya. Semenjak ia memutuskan untuk tidak menahan dirinya terhadap hasratnya kepada Vania, Julian lebih sering tidur dikamar gadis itu dari pada dikamarnya sendiri. Selain itu juga ia bisa memastikan keadaan Vania dan bisa merasa tenang karena tidur dengan kepala Vania berada diatas tangannya.
Julian menarik selimut lebih keatas agar Vania bisa terlindungi dari udara dingin, lalu berdiri dari tempat tidur dan keluar dari kamar Vania. “Eum.. Tuan muda, anda sudah bangun?” Julian bertemu dengan Pak Norman diruang tamu
Dengan tangan menggaruk kepalanya Julian tersenyum kepada Pak Norman. Pak Norman membalas senyum Julian dengan hati riang, sudah lama ia tahu majikannya itu menghabiskan malamnya dikamar Vania, bukan hanya untuk berbagi kegiatan panas tetapi sekedar memastikan gadis itu tidur nyenyak setiap malamnya.
Setelah menginjak usia kandungan ke tujuh Vania sering terbangun ditengah malam dan menjadi gelisah karena posisi tidur yang tidak nyaman atau karena bayi didalam perutnya terus menendang. Julian dengan piawai menenangkan bayi itu dengan mengusap perut Vania hingga akhirnya gadis itu bisa tidur dengan tenang. Julian menguap pelan, ia masih mengantuk tetapi pekerjaan menantinya pagi ini.
“Eum..pagi ini udara terasa lebih dingin, Paman pastikan kamar Vania selalu hangat”
“Iya tuan” Julian berjalan menuju dapur, menuangkan kopi yang sudah disiapkan oleh Pak Norman kedalam gelas, matanya menoleh kekiri dan kanan
“apa tukang koran berhenti mengantarkan koran selamanya? Aku lupa kapan terakhir kali aku membaca koran” ujar Julian bingung
“sepertinya mereka tidak lagi mengantar hingga kerumah ini” jawab Pak Norman asal. Ia dan Vania sudah memastikan Julian tidak menerima koran-korannya setiap pagi
“ini aneh, bahkan aku juga tidak menemukan koran dikantor”
Pak Norman diam tidak menjawab Julian sama sekali, tentu saja Pak Norman sudah memastikan Julian tidak menerima koran ataupun majalah dikantor. Semua hanya untuk mencegah Julian mengetahui berita tentang Angeline Sania
“apa Nona Vania belum bangun?” tanya Pak Norman, mengalihkan pembicaraan. Julian menyesap kopinya pelan
“biarkan dia bangun sampai siang, malam tadi dia terbangun lebih sering dari biasanya”
“baik tuan” Pak Norman memutar tubuhnya lalu berjalan menuju kamar Julian, bergegas menyiapkan pakaian kerja pria itu. Pekerjaan menyiapkan pakaian Julian kembali padanya ketika Vania tidak bisa melakukannya, Pak Norman bahkan sudah ditugaskan untuk tinggal dirumah itu, meninggalkan rumah besar karena perintah Julian dan Nyonya Rianty, mereka berdua ingin Pak Norman menemani Vania disiang hari
Dan Pak Norman menerima keputusan itu dengan senang hati, ia mencari pengganti dirinya untuk mengurusi rumah besar dengan cepat lalu bergegas kerumah ini saat itu juga. Tidak ada yang tidak merasa gembira karena perubahan hati Julian
Dua bulan yang lalu pria itu jelas-jelas menunjukkan perubahan sikapnya kepada Vania, yang awalnya masih sedikit kaku dan dingin kepada Vania berubah menjadi lebih santai dan lembut.
Kehamilan Vania membawa dampak yang baik bagi Julian, entah itu karena akan ada kehadiran bayi yang ditunggu-tunggu atau karena Vania lah alasan perubahan itu, Pak Norman dan Nyonya Rianty berharap ini akan permanen. Dan mungkin Julian akan mengubah pikirannya dari membayar uang 1M rupiah kepada Vania menjadi sebuah tawaran pernikahan kepada Vania.Pak Norman dan nyonya Rianty benar-benar berharap hal itu akan terjadi.
Vania terbangun dalam keadaan membuka matanya dan menemukan sisi tempat tidur disebelahnya telah kosong, ia ingat malam tadi Julian masuk kekamarnya untuk menenangkan bayinya yang terus mengganggu Vania dengan tendangan-tendangan kecilnya. Keram diperut juga semakin sering Vania rasakan akhir-akhir ini
Sudah terhitung bulan ketujuh usia kehamilan Vania dan itu tandanya Vania akan semakin sulit untuk tidur dimalam hari. Vania perlahan bangun dari tempat tidur dan berjalan keluar kamar, langsung menuju kekamar Julian, didepan pintu kamar Vania menjulurkan kepalanya untuk melihat apakah Julian ada dikamarnya, yang dilihatnya adalah Pak Norman sedang merapikan lemari dan Julian sedang mengancingkan kemejanya
Julian mengambil dasi dan mengalungkan dilehernya, melihat itu Vania pun langsung masuk tanpa meminta izin terlebih dahulu. Julian terkejut ketika tangan gadis itu sudah memegang dasi Julian. Gadis itu langsung menyimpul dasi Julian dengan serius. Sudah menjadi kebiasaan Vania mengikat dasi Julian, dan dia tidak akan membuang kebiasaan itu karena alasan apapun, setiap pagi mengikatkan dasi Julian membuat Vania merasakan adanya sebuah ikatan diantara dirinya dan Julian, meskipun mereka tidak banyak bicara dan kegiatan itu terjadi dalam diam, Vania tetap tidak ingin melewati kegiatan pagi itu.
“Bagaimana keadaanmu pagi ini?”
“Aku merasa sehat” jawab Vania, tersenyum sebagai hasil akhir dari mengikat dasi itu. Julian membalas senyum itu dengan ikut tersenyum, tangannya menengadahkan wajah Vania lalu mencium gadis itu lembut
“Sarapan..” ujar Julian, memegangi lengan Vania dan membawa gadis itu keluar dari kamar. Meninggalkan Pak Norman yang harus memutar tubuhnya membelakangi mereka, ketika ciuman singkat itu terjadi, yang selalu merona malu karena tidak sengaja melihat kejadian seperti itu.
🍀🍀🍀
"Aku serius.. Julian Granger tidak pernah lagi menatapku dengan pandangan tidak suka, yang lebih mengejutkan lagi semua pegawai yang pernah ia pecat sekarang kembali bekerja menempati posisi mereka yang dulu. Manager Heru pun menanyai keberadaanmu, sayangnya itu sudah terlambat untuk Julian Granger mengubah pola pikirnya”
“Dia melakukannya?” Vania tidak bisa menutupi rasa terkejutnya ketika sahabatnya Mira menjelaskan semua itu padanya, seperti biasa menelpon Mira adalah kegiatan yang membuatnya merasa lebih baik, dari Miralah ia bisa tahu perkembangan diluar sana, jauh dari tempatnya yang terisolasi
Meskipun Julian sekarang sering mengajaknya berjalan-jalan keluar, Vania tetap merasa kesepian karena tidak bisa berinteraksi dengan orang-orang diluar
“Dia benar-benar melakukannya, manager Heru pun tidak pernah tahu alasan kenapa dia melakukannya” Vania diam, ia tahu kenapa. Mengingat tentang perbincangan mereka ditepi pantai tempo hari, dimana Vania menceritakan alasan kenapa ia dipecat saat itu
Vania tidak pernah tahu Julian akan melakukan hal seperti itu, memanggil kembali orang-orang yang sudah ia pecat? Sungguh ajaib, Julian Granger selalu bisa membuatnya terkejut.
“kau lihat kan? tidak semua orang berhati besi” ujar Vania, tersenyum penuh rasa bangga. Ia benar tentang Julian, pria itu memang memiliki hati.
“Eum.. aku masih berfikir seseorang sudah bisa menjinakkannya”
"Seorang bayi " jawab Vania dalam hati
"Apapun itu Mira.. tidakkah itu berdampak baik?”
"Eum.. sangat baik.. aah,Ibumu bilang dia merindukanmu dan menginginkan fotomu” Mira tertawa keras
“tapi kukatakan padanya kau tidak bisa mengambil satu selca karena peraturan yang ketat. Bayangkan apa yang akan terjadi padanya jika kau mengirimkan fotomu yang sedang hamil tujuh bulan”
Vania tertawa bersama Mira
“katakan padanya aku baik-baik saja, dan akan kembali sekitar dua atau tiga bulan lagi”
“jadi akhirnya akan seperti itu?” tanya Mira tiba-tiba
“setelah kau melahirkan kau akan pergi meninggalkan bayimu bersamanya?” Vania terdiam
“memang seperti itu perjanjiannya bukan”
“ya.. aku tahu, tapi.. kau terdengar bahagia setiap kali kita berbicara ditelepon, aku malah sempat berfikir kau sudah menikah dan hamil bukannya hamil karena dibayar” Vania mengusap perutnya
“aku harus bahagia, ini demi kesehatan bayinya” jawab Vania sendu
“ya sudah.. semangatlah Vania...”
“Iya..Terima kasih Mir...” Vania menurunkan ponselnya lalu menerawang jauh kedepan. Ia tidak pernah berfikir bagaimana kondisinya nanti setelah melahirkan? apa ia masih harus pergi setelah bayi ini lahir atau bagaimana?.
Melihat dari semua perhatian Julian akhir-akhir ini menimbulkan sebuah harapan di hati Vania. Ia sadar ia tidak boleh mengharapkan hal ini, tapi Vania sudah mencintai bayi yang ada didalam kandungannya, ia tidak sanggup membayangkan harus meninggalkan bayi ini setelah ia melahirkannya. Ditambah lagi, Vania juga tidak sanggup membayangkan ia harus pergi jauh dari sisi Julian.
.
.
.
Mohon kritik dan sarannya🙏🙏
kyknya seru