Status sebagai anak angkat, membuat Sita Anggraini selalu berusaha untuk membahagiakan kedua orang tua angkat yang sudah memberikannya kasih sayang berlimpah. Termasuk saat kedua orang tua Sita memintanya untuk menikah dengan anak dari teman mereka, Sita juga hanya menurut.
Namun nyatanya, pernikahan yang Sita harapkan akan langgeng dan bahagia, seketika berubah menjadi bencana setelah Akshara, suami Sita di-PHK dari tempat kerjanya. Akshara berubah menjadi sosok yang temperamental dan kerap melakukan KDRT pada Sita.
Lalu bagaimana selanjutnya nasib pernikahan Sita dan Aksha?
Bagi Robert Erlangga, cinta sejati miliknya hanyalah untuk Sheila Arinda. Apapun rela Robert lakukan demi Sheila. Bahkan ketika keluarga besarnya menentang hubungan Robert dan Sheila, Robert tetap pada pendiriannya dan rela angkat kaki meninggalkan semua kemewahan demi Sheila.
Hingga akhirnya, sebuah takdir memaksa Robert untuk melepaskan cintanya pada Sheila selamanya.
Dunia Robert runtuh seketika.
Lalu tiba-tiba seorang bocah laki-laki dengan sorot mata lembut datang ke hadapan Robert dan seketika memberikan aura baru untuk dunia Robert yang terasa hampa.
"Om baik hati, mau jadi papa aku, nggak?"
Siapa sebenarnya bocah laki-laki itu?
Apakah Robert akan tetap bersedia menjadi Papa untuk bocah tersebut setelah tahu asal-usulnya?
Cerita tentang Robert Erlangga (asisten Liam Halley) dan Sita Anggraini (sahabat Teresa di "Bukan Perebut Suami Orang")
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bundew, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CERITA
Sita masih tercengang dengan apa yang baru saja disampaikan oleh Anne perihal Sheila yang ternyata adalah istri Robert yang sudah meninggal tiga tahun lalu.
Pantas saja waktu itu Robert sampai menangis saat memanggil nama Sheila dalam tidurnya.
"Sheila meninggal karena apa kalau aku boleh tahu?" Tanya Sita yang akhirnya buka suara. Yumi dan Anne bertukar pandang sejenak sebelum kemudian Yumi yang mebjawab pertanyaan Sita.
"Tertabrak mobil yang dikemudikan oleh orang mabuk."
"Dan saat kecelakaan itu Sheila tengah hamil tujuh bulan." Yumi menggigit bibir bawahnya dan Sita segera menutup mulutnya dengan telapak tangan karena benar-benar tak menyangka jika kepergian istri Robert ternyata setragis itu.
"Itu adalah calon anak pertama Robert dan Sheila yang kata Abang Liam jenis kelaminnya laki-laki," Anne menyambung cerita Yumi.
"Mungkin itu alasan lain Robert selalu mudah dekat dengan anak laki-laki. Keano, Fairel, Sebastian, Azzaryan, Sakya dan sekarang Angga," imbuh Anne panjang lebar.
"Robert merindukan calon putranya yang sudah pergi ke surga sebelum ia sempat memeluknya," pungkas Yumi seraya menyeka butir bening di sudut matanya.
"Apa Robert tidak menikah lagi setelah kepergian istrinya?" Tanya Sita selanjutnya pada Yumi dan Anne yang langsung menggeleng bersamaan.
"Robert bahkan tak pernah terlihat menjalin hubungan dengan seorang wanita selama tiga tahun terakhir. Liam sampai khawatir dengan kondisi pria itu," terang Yumi yang langsung membuat Sita mengingat malam sialannya bersama Robert waktu itu.
Ya ampun!
"Kau sendiri sudah lama mengenal Robert, Sita?" Tanya Anne kepo.
Sita menggeleng.
"Angga yang lebih dulu mengenalnya karena saat aku masih bekerja sebagai perawat, Angga sering bermain ke kediaman Halley dan bertemu Robert."
"Aku sendiri baru berkenalan dengannya beberapa minggu yang lalu saat Robert membawa Angga ke optik tanpa sepengetahuanku dan aku mengira Angga hilang," Sita tertawa kecil mengingat kepanikannya waktu itu.
"Aku ikut panik karena akunpikir ada yang menculik Angga. Ternyata Robert yang menculiknya," timpal Yumi yang ikut tertawa bersama Sita.
"Perhatian sekali! Mungkin Robert memang berniat menjadi papa untuk Angga, Sita!" Pendapat Anne tiba-tiba yang langsung membuat tawa Sita lenyap.
"Aku rasa tidak," ujar Sita sedikit canggung.
"Robert pria yang baik, Sita! Jadi misalnya dia memang berniat menjadi papa untuk Angga, kami harap kau akan memberikannya kesempatan," ucap Yumi penuh harap seraya menggenggam tangan Sita.
"Aku rasa hubungan kami tak akan sejauh itu."
"Robert pria yang baik, jadi pasti dia akan mendapatkan wanita lain yang jauh lebih baik dan bukan seorang janda miskin sepertiku," tutur Sita merendah.
"Sita--"
"Aku pamit sekarang, karena ada hal lain yang harus aku urus," Sita memotong kalimat Yumi sebelum pembahasan ini melebar kemana-mana.
"Angga!" Panggil Sita pada Angga yang entah berada dimana.
"Angga, ayo pulang! Mama masih ada urusan lain," Pangg Sita sekali lagi. Angga keluar bersama Fairel dan Keano seraya membawa sebuah buku cerita.
"Ma, kata Keano, Angga boleh meminjam.buku ceritanya Keano," ujar Angga memamerkan buku cerita di tangannya pada Sita.
"Enggak! Kembalikan sekarang, Angga! Buku ceritamu di rumah sudah banyak!" Perintah Sita seraya mengambil paksa buku di tangan Angga.
"Tapi yang ini Angga belum punya, Ma!" Sergah Angga bersikeras.
"Sudah biar dibawa tidak apa-apa, Sita! Jangan membuatnya menangis!" Ucap Anne yang langsung mencegah Sita yang masih berusaha merebut buku cerita dari tangan Angga.
"Keano juga kurang suka membaca dan buku itu hanya nganggur di rumah. Jadi buat Angga saja tidak apa-apa," sambung Anne lagi berusaha meyakinkan Sita yang terlihat tak enak hati.
Tidak Robert, tidak keluarga Halley, semuanya terlalu dermawan dan baik hati pada Sita serta Angga.
"Lihat, Ma! Kata mamanya Keano boleh buat Angga bukunya," ucap Angga yang tadi sudah hampir menangis. Sita hanya menghela nafas dan tak memaksa Angga lagi.
"Terima kasih, ya, Mamanya Keano!" Angga berterima kasih pada Anne, lalu mencium tangan ibu satu anak tersebut.
"Sama-sama! Besok main-main kesini lagi, ya, Angga!" Pesan Anne seraya mengusap kepala Angga.
Angga lanjut pamit pada Yumi dan mencium punggung tangan Yumi juga.
"Kami pulang dulu, Mamanya Keano, Mom-nya Fairel!" Sita ikut berpamitan pada Yumi dan Anne.
"Hati-hati di jalan! Bye!" Pesan Yumi seraya melambaikan tangan ke arah Sita yang sudah bersiap di atas motornya. Tak berselang lama, motor Sita sudah melaju pergi meninggalkan rumah Anne.
"Benar-benar wanita pekerja keras!" Ujar Yumi memuji Sita yang baru saja pergi.
"Ya! Bagaimana kalau kita comblangkan dengan Robert? Sepertinya mereka serasi. Satu janda, satu duda," sahut Anne mencetuskan sebuah ide.
"Ide bagus! Nanti kita beritahu Liam agar turut membantu," jawab Yumi yang langsung setuju dengan ide Anne. Dua saudara ipar itu tak lupa juga melakukan tos.
****
Robert baru kembali dari luar kota dan pria itu langsung menuju ke rumah sakit. Bukan mau menjenguk Pak Alwi, karena setahu Robert, Pak Alwi sudah pulang sejak beberapa hari yang lalu. Robert hendak menjenguk seseorang yang berada di kamar perawatan lantai paling atas rumah sakit.
Ting!
Suara lift membuyarkan lamunan Robert. Sesaat pria itu kembali ragu apakah akan melanjutkan langkahnya atau kembali turun saja seolah tak peduli. Sudah hampir empat tahun, Robert tak menyapa mereka. Bahkan saat Sheila meninggalpun, Robert sama sekali tak mengabari kedua orang tua tersebut.
Hhhh!
Mereka saja tak pernah menerima kehadiran Sheila sebagai menantu, lalu untuk apa Robert menyampaikan berita duka tentang Sheila pada mereka.
Robert melanjutkan langkah ragunya menuju ke satu-satunya kamar perawatan yang dijaga oleh banyak pengawal.
"Tuan muda!" Sapa seorang pengawal yang rupanya mengenali Robert. Pengawal itu hendak mengantar Robert masuk ke dalam ruangan Mami Indri, namun Robert menolak dengan cepat. Robert hanya mengintip melalui jendela di pintu.
Mami Indri terlihat sedang duduk di bed perawatan dan sedang disuapi makan oleh Papi Guntur.
"Aku sudah menyelidiki asal usul supir mobil yang menabrak Sheila, Robert! Semua keluarganya aku telusuri dan ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan Papimu."
"Supir itu memang gemar mabuk-mabukan dan kejadian yang menimpa Sheila murni kasus kecelakaan karena kelalaian sang supir. Ini semua bukan rencana busuk papimu untuk menyingkirkan Sheila."
Tiga tahun lalu, setelah kecelakaan yang menimpa Sheila, Robert memang menyewa seseorang untuk melakukan penyelidikan apa kecelakaan itu memang disengaja dan direncanakan oleh Papi Guntur. Namun nyatanya semua dugaan Robert salah. Bahkan hingga detik ini kedua orang tua Robert itu masih tak tahu menahu soal kematian Sheila.
"Tuan muda, anda ingin masuk?" Tanya pengawal tadi yang hanya dijawab Robert dengan gelengan kepala.
Robert akhirnya berbalik dan kembali masuk ke dalam lift. Pria itu tak jadi menemui Mami Indri maupun Papi Guntur. Robert masih merasa bimbang.
.
.
.
Terima kasih yang sudah mampir.
Jangan lupa like biar othornya bahagia.
konflik sederhana tp mengharukan juga sih