Caca gadis muda berusia 21 tahun, hidup sebatang kara, semenjak Ayah dan Ibunya meninggal Caca tinggal dirumahnya sendiri, Paman Jaka, adik dari Ayah Caca sudah beberapa kali mengajak Caca untuk tinggal bersama, tapi Caca selalu menolaknya.
Niat baik Caca untuk menolong seorang pria yang ditemukan Pingsan di pingir sungai samping rumahnya, harus berakhir dengan mengakhiri masa lajangnya, dan menikah dengan lelaki yang tidak di kenalnya.
Tidak ada rencana, malam ini Caca harus menikah dengan Arkana pria tampan yang tidak di cintanya, semua itu terjadi karena kesalahpahaman warga, yang melihat Caca membawa masuk pria kedalam rumahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aa zigant, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Caca pergi
Caca yang sudah tersulut emosi, hendak melayangkan samurainya kearah Burhan, seperti mendengar suara Ayahnya.
"Jangan pernah mau kalah dengan emosimu, jangan lakukan Nak, Ayah sudah tenang dengan Ibu di sini." Caca meneteskan air mata, tak lama kaki Caca mendaratkan tendangan kekaki Burhan seketika Burhan langsung berlutut membelakangi Caca.
Setelah itu Caca melihat Doni dan Arkana menatap ke arahnya, Caca yang tak ingin identitasnya di ketahui suaminya langsung berlari ke arah jalan, tapi sebelum berlari Caca menendang Burhan tepat di punggungnya membuat lelaki paruh baya itu jatuh tersungkur ke tanah.
"Siapa wanita itu Don?" Ucap Arkana memperhatikan punggung Caca.
"Dewi penyelamat kita bos," jawab Doni yang langsung pergi ke mobilnya di ikuti Arkana.
"Bos kita tinggalkan saja di sini burung hantu itu," ucap Doni.
"Enggak sopan Don, dia lebih tua dari kita, biarkan saja pasti sebentar lagi kacungnya akan datang menolongnya." Jawab Arkana.
Caca yang sudah sampai ke sopir Taksi tadi langsung masuk ke dalam mobil.
"Jalan Pak," ucap Caca
"Kalian akan membawa kami ke mana?" Terdengar suara Maminya Arkana yang masih terlihat shock.
"Ibu tenang saja," ucap sopir taksi itu.
Setelah perjalanan 30 menit Caca sampai rumah besar, kedua orang tua Arkana segera turun dan tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Caca dan sopir taksi.
"Kita ke mana lagi Nona," ucap sopir taksi itu.
"Ke apartemen saja Pak," jawab Caca. Mobil melaju menuju Apartemen Arkana. Setelah sampai Caca langsung membayar ongkos taksinya.
"Semoga mas Arkana belum sampai," batin Caca. Setelah Caca membuka pintu langsung bernafas lega, tapi saat Caca membalikkan badan alangkah terkejutnya Caca melihat tubuh tinggi tegap berdiri di depannya, tak lama terdengar siulan bersamaan dengan seluruh lampu hidup, Mata Caca langsung membulat saat Arkana menatapnya tajam, apa lagi Caca lupa melepas kostumnya tadi.
"Siapa sebenarnya dirimu?" Suara Arkana begitu dingin terdengar oleh Caca.
"A...Aku..." Ucap Caca terpotong saat mendengar tepuk tangan Doni.
"Ternyata kamu bukan wanita sembarangan? atau kamu salah satu anggota mafia yang menyamar," kata Doni biasa terlihat berbicara lembut kini bicara begitu datar pada Caca, tiba-tiba pintu terbuka, Ayah Joni masuk menatap tajam ke arah Caca.
"Astagfirullah kenapa semua menatapku begitu menyeramkan." batin Caca.
"Jelaskan apa maumu!" bentak Ayah Joni, seketika Caca terkejut mendengarnya.
"Ayah...a..aku," ucap Caca terpotong oleh Ayah Joni yang.
"Jangan pernah kau panggil lagi aku Ayah," teriak Ayah Joni dengan suara menggelegar.
Caca meneteskan air matanya, menjelaskan juga percuma, orang yang di depannya tengah tersulut emosi, Caca membalikkan badannya hendak keluar tapi seketika langkahnya berhenti karena tangannya di cekal seseorang dengan kuat.
"Kamu pikir bisa lolos begitu saja dariku Nona," suara Arkana terdengar menyeramkan di telinga Caca. Caca membalikkan badannya kini matanya dan mata Arkana beradu, ada kilatan amarah di mata lelaki yang sudah membuatnya merasakan kasih sayang dari lawan jenisnya.
"Doni," ucap Ayah Joni dengan suara masih bergetar membuat Caca meliriknya sekilas. Caca melihat ke kecewaan di mata lelaki paruh baya itu.
"Ia Ayah, jawab Doni singkat.
"Lepaskan Jaka sekarang terserah dia mau ke mana?" suara dingin terdengar di telinga Caca, Caca memejamkan matanya menahan sesak di dadanya.
Arkana menatap wajah istrinya dengan tajam, tatapan yang biasa teduh sudah tidak terlihat lagi di mata lelaki yang berstatus suaminya ini.
Arkana berlahan melepaskan tangan Caca, itu artinya membiarkan wanita itu untuk pergi.
"Maaf," hanya itu yang terucap dari mulut mungil Caca, setelah itu Caca pergi keluar apartemen sambil mengusap air matanya yang sudah dari tadi ingin menerobos keluar.
Setelah kepergian Caca, Arkana menjatuhkan tubuhnya di lantai, menjambak rambutnya ke belakang, air matanya menetes ke lantai. merasakan sesak di dadanya.
"Tenanglah, besok rencana tetap kita jalankan," ucap Ayah Joni mengusap bahu Arkana.
"Sebenarnya siapa dia Ayah? kalau melihat gerakan bela dirinya sepertinya dia salah satu pasukan khusus." kata Arkana sambil mengusap wajahnya dengan kasar.
"Nanti kita selidiki siapa dia?" jawab Ayah Joni.
Doni yang tau kalau Ayahnya sangat kecewa dengan Caca hanya mengepalkan ke dua tangannya, dulu pernah melihat Ayahnya seperti itu saat Ibunya pergi meninggalkannya, sekarang Doni melihat kekecewaan lebih dalam dari Ayahnya.
"Ayo kita pulang ke rumah besar," Ayah Joni membantu Arkana untuk berdiri.
Sementara Caca berjalan menyelusuri jalan dengan air mata yang terus mengalir di pipinya.
"Aku harus pulang ke mana sekarang," batin Caca.
Caca berhenti di jembatan, di mana saat dirinya menemukan Arkana tak sadarkan diri. Caca mendekatkan tubuhnya di pinggir jembatan sambil melihat ke bawah.
"Aku rasa kalau orang jatuh ke sana enggak akan selamat," Caca berbicara sendiri sambil tersenyum getir.
Caca melepaskan kalung yang di berikan Arkana kepadanya, dan cincin pernikahan yang harganya sangatlah fantastis Caca juga membuka sepatunya setelah itu Caca membuangnya satu kesungai.
Caca melangkah ke rumahnya, berlahan Caca membuka pintu lalu segera menutupnya Lagi.
"Semangat Caca jangan cengeng, kamu di lahirkan untuk menjadi kuat." kata Caca menyemangati dirinya sendiri. Caca merasa bersyukur dengan pernikahannya yang belum genap satu bulan dirinya tidak terlalu manja dengan segala fasilitas yang Arkana berikan.
Akhirnya seorang Caca mengalahkan artis papan atas menikah kurang lebih 3 Minggu lalu di depak suaminya, batin Caca tersenyum hambar.
Caca duduk bersandar di sofa ruang tamu, bagaimana kehidupannya selanjutnya, tidak mungkin Caca kembali lagi berkerja di restoran suaminya.
Aku harus pergi dari kota ini, pasti akan banyak orang yang akan mencariku gara-gara samurai sialan itu, batin Caca sambil memukul-mukul kepalanya.
Caca membaringkan tubuhnya di sofa, sebaiknya sekarang istirahat saja, tapi kalau aku tidur di sini, orang akan tau aku pulang. ah...ruang rahasia Ayah, Caca melangkah menuju kamar mandi lalu menggeser bak kamar mandi, setelah lampu di tangga menyala Caca menutup kembali pintu dan menarik kuncinya.
"Ayah aku datang," ucap Caca melihat sekeliling yang sudah hampir sebulan tidak ia bersihkan.
Ayah maaf, perhiasan bunda akan aku jual, Caca butuh uang, andai tadi kalung dan cincin sialan itu enggak ku lempar ke sungai pasti bisa ku jual. umpat Caca pada dirinya sendiri.
Sementara itu, di kediaman Arkana, Arkana duduk di sofa yang biasa di tempati Caca. tak lama pintu kamarnya di ketuk oleh seseorang.
"Masuk," ucap Arkana, Doni segera mendorong pintu kamar Arkana.
"Ada apa?" ucap Arkana dingin.
"Maaf bos, saya hanya khawatir dengan bos," jawab Doni, Arkana menarik nafasnya kasar.
"Kira-kira ke mana wanita itu sekarang Don? tanya Arkana yang terlihat frustasi.
"Sepertinya Anda menyesal bos, telah menyuruhnya pergi.batin Doni yang memperhatikan Arkana, Arkana menatap Doni yang sedang melamun.
"Don!" suara Arkana sedikit berteriak membuat Doni tersadar dari lamunannya.
"Eh...ia bos, Mungkin dia pulang ke rumahnya." jawab Doni yang terkejut karena di bentak Arkana.
Arkana mengambil handphonenya, karena dia ingat pernah memberikan kalung ke Caca, tapi kalung itu sudah di lengkapi alat sinyal, jadi Arkana tau di mana Caca sekarang.
Arkana memperhatikan layar handphonenya melihat titik keberadaan Caca.
"Doni! coba lihat titik ini bukankah ini dekat rumah Caca," tanya Arkana,. Doni memperhatikan titik di handphonenya Arkana. mereka saling pandang.
"Ini sungai itu Don?" ucap Arkana yang langsung berdiri dan keluar kamar dengan buru-buru di ikuti oleh Doni. Ayah Joni yang melihat kedua putranya keluar buru-buru segera berlari mengejar anaknya.
"Ada apa?" ucap ayah Joni.
"Ayo Ayah ikut saja," jawab Doni, sedangkan Arkana sudah terlihat sangat khawatir.
"Ngebut Don" ucap Arkana terdengar kalau sedang panik.
Setelah menempuh perjalanan selama 30 menit Arkana sampai di jembatan, di lihatnya sekitarnya sepi karena hari sudah mau mulai magrib.
"Ada lihat enggak Don?" tanya Arkana yang juga sedang menatapnya sekitarnya.
"Tidak bos, coba cek lagi sekarang di mana titiknya bos," ucap Doni, Ayah yang bingung dengan kedua anaknya a hanya memperhatikan keduanya.
"Cari apa Nak?" ucap Ayah Joni.
"Caca Yah,' jawab Arkana sambil menyalakan sinyal ke kalung Caca.
Arkana berlahan mengikut arah ke mana sinyal titik itu membawanya. Doni dan ayah Joni mengikuti Arkana dari belakang.
Tiba-tiba Arkana berhenti di pinggir sungai, di lihatnya sekitarnya, sepi tidak ada orang sama sekali, tapi sinyal berhenti di sekitar sini, batin Arkana.
"Bagaimana Nak?" kata Ayah Joni yang ikut Khawatir, tapi karena dulu orangnya termasuk pintar menyembunyikan ke khawatirnya.
Mata Arkana seketika membulat dan tubuhnya langsung lemas terduduk di pinggir sungai yang arusnya deras. Doni dan Ayahnya terkejut segera memegang bahu Arkana.
Ada apa Nak?" ucap Ayah Joni.
"Caca," ucap Arkana terpotong sambil menunjuk kalung yang tersangkut di dahan, dan di dekatnya ada sepatu yang Arkana tau itu sepatunya Caca.
Ayah Joni terduduk menatap ke arus sungai, tanpa terasa air matanya menetes, di pipinya yang sudah termakan usia.
Bersambung ya..
Waah gercep banget Doni langsung meluk2 aja..🤔🤔