NovelToon NovelToon
Balas Dendam Istri Yang Dikhianati

Balas Dendam Istri Yang Dikhianati

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas dendam pengganti
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Fazilla Shanum

Aira memergoki suaminya selingkuh dengan alasan yang membuat Aira sesak.
Irwan, suaminya selingkuh hanya karena bosan dan tidak mau mempunyai istri gendut sepertinya.

akankah Aira bertahan bersama Irwan atau bangkit dan membalas semuanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fazilla Shanum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Gerbang Baru dan Ancaman Lama

"Darma Group? Sepertinya nama perusahaannya nggak asing," sahut Pak Dani.

"Aku juga nggak tau, Paman. Aku hanya ingin cari pengalaman kerja aja sesuai apa yang di sarankan Mama aja," jawab Aira.

"Nggak ada salahnya kan, Pa? Daripada Aira lebih banyak waktu kosongnya dan kembali memikirkan suaminya yang mokondo itu," ucap Bu Melati.

"Iya sih bener juga, tapi kamu juga jangan terlalu kelelahan, nanti kamu malah jadi drop Paman juga yang akan merasa bersalah pada mendiang almarhum kedua orang tua kamu," kata Pak Dani dengan lembut.

"Insyaallah nggak, Paman? Aku akan jaga diri dengan baik," jawab Aira.

"Gimana ceritanya kamu bisa di terima di perusahaan Darma Group?" tanya Bu Melati penasaran.

Aira menceritakan awal bertemu dengan Damian sampai akhirnya ia di tawari bekerja di perusahaan yang di pegang oleh Papanya sebagai sekretaris dan tentu saja ada misi yang harus ia lakukan.

"Aku hanya membayangkan kalau aku yang berada di posisi ibu-ibu itu, Ma. Jadi aku sebisa mungkin akan menyadarkan suaminya kalau nggak selamanya selingkuhan itu akan menemaninya saat dia sakit ataupun susah nantinya," ucap Aira.

"Agak beresiko juga sih pekerjaan kamu itu, Aira. Apa kamu nggak mau berpikir ulang?" tanya Pak Dani.

Aira menggelengkan kepalanya. "Sepertinya sih nggak, Paman. Aku udah terlanjur mengiyakan."

"Ya udah kalau kamu nggak betah, kamu berhenti aja," sahut Bu Melati.

"Bener apa yang istri Paman katakan, Aira. Jangan di paksakan, Nak. Kalau masalah uang, kita pasti bisa bantu kamu, yang penting kamu fokus untuk menguruskan tubuh kamu dan merawat diri," ucap Pak Dani.

"Aku pasti bisa, Paman. Paman dan juga Mama percaya aja sama aku, tapi mungkin aku akan memiliki waktu yang sangat jarang sekali dengan Syifa, mungkin nanti saat weekend aja baru bisa bermain sama Syifa," ucap Aira dengan sedih.

"Mama pasti akan memberikan pengertian pada Syifa, dia anak yang sangat mengerti kondisi orang tuanya. Yang penting adalah kebahagiaan kamu juga," jawab Bu Melati dengan lembut untuk menenangkan Aira.

"Iya, Ma," ucap Aira sambil memeluk Bu Melati.

"Kamu udah makan siang belum?" tanya Bu Melati.

"Belum, Ma. Mungkin nanti aja, aku masih belum laper. Kalau boleh, aku ingin ke kamar Syifa sekalian numpang istirahat dulu," jawab Aira sambil nyengir.

"Nggak usah pake izin segala, Aira. Anggap aja rumah ini adalah rumahmu juga. Oh iya, sebenarnya Mama tadi mau bilang sama kamu, kalau mulai nanti saat kamu ingin pulang, kita tukeran mobil. Jadi kamu bawa mobil Mama," ucap Bu Melati.

"Kenapa tiba-tiba harus tukeran mobil, Ma?" tanya Aira bingung.

"Mama dan juga Paman hanya takut kalau nanti kamu bertemu dengan Irwan di jalan dan pasti dia akan mencari gara-gara sama kamu," jawab Bu Melati mengatakan tentang kekhawatirannya.

"Iya sih Mama bener juga, aku setuju aja kalau itu untuk kebaikanku," sahut Aira tidak keberatan sama sekali malah dia sangat senang dengan perhatian Bu Melati dan juga Pak Dani kepadanya.

"Ya udah sana kamu istirahat dulu, kamu pasti lelah banget setelah muter-muter seharian," ucap Bu Melati.

"Iya, Ma. Aku permisi ke kamar Syifa dulu ya, Ma, Paman." Pamit Aira dan segera beranjak dari duduknya dan langsung melangkahkan kakinya ke arah kamar yang ditempati Syifa.

"Malang sekali nasib anak itu ya, Ma? Semoga setelah ini akan ada pelangi setelah hujan badai yang menimpanya," ucap Pak Dani sambil melihat kepergian Aira.

"Mama juga berharap begitu, Pa."

*****

Jam pulang kantor akhirnya tiba, Irwan segera keluar dari ruangannya dan ia berhenti di meja Lisa.

"Jadi mau ke rumah sakit?" tanya Irwan.

"Kalau kamu sih ayo, tapi kalau kamu keberatan, aku akan menggugurkan anak ini aja Mas," jawab Lisa.

"Kamu gila! Anak itu sama sekali nggak bersalah, Sayang. Apa karena aku yang bukan pemilik perusahaan ini kamu ingin mengorbankan anak kita?!" bentak Irwan pada Lisa.

"Ya bukan karena itu aja sih sebenernya, aku juga ragu kamu bisa jadi ayah yang baik untuknya atau nggak, bisa aja nanti kamu di pecat dari sini dan nggak bisa menafkahi ku," jawab Lisa dengan santai.

"Kalaupun aku nanti harus dipecat, aku nggak mungkin pengangguran Sayang. Aku akan cari cara agar bisa menafkahi kamu, pasti banyak perusahaan lain yang akan nerima aku dengan kemampuan yang aku miliki," ucap Irwan.

Ia tidak ingin kehilangan Lisa yang sangat cantik. Bahkan Irwan juga sudah mengorbankan semuanya demi Lisa, termasuk rumah tangganya dengan Aira.

"Kamu janji ya, Mas? Aku nggak mau hidup susah," jawab Lisa.

Ia buru-buru membereskan mejanya dan mengambil tasnya, lalu berdiri dari duduknya untuk pergi ke rumah sakit bersama Irwan.

"Iya Sayang aku janji. Kalau kamu nanti benar-benar positif hamil, sepertinya ucapan Mama benar kalau kita akan langsung menikah malam ini juga. Aku nggak mau sampai perut kamu semakin membesar," ucap Irwan.

Itu adalah satu-satunya agar ia bisa menjerat Lisa setelah Lisa tahu kalau bukan dirinya yang kaya dan memiliki perusahaan ini.

"Oke, aku nggak keberatan, Mas," jawab Lisa.

Irwan dan Lisa masuk ke dalam lift, beberapa menit yang lalu, mereka berdua sampai di lobi. Irwan mengedarkan pandangannya untuk melihat beberapa karyawan yang juga berlalu-lalang untuk pulang.

Namun, dari mereka semua tidak ada yang menatapnya dan malah seperti menantang secara terang-terangan.

"Sebenarnya siapa yang musuh dalam selimut di kantor ini? Bahkan aku sudah memecat Jon orang kepercayaan Aira selama ini!" batin Irwan.

Ia masih bertanya-tanya dan menebak siapa kira-kira yang sudah membuatnya di intimidasi oleh para investor.

"Kamu tunggu disini dulu aja, biar aku ngambil mobil dulu di parkiran," ucap Irwan.

"Iya, Mas," jawab Lisa.

Setelah Irwan tidak ada, Lisa langsung dihampiri oleh beberapa karyawan wanita yang sudah merasa kesal dan juga gedek dengan tingkah Lisa.

"Kalau kerja sambil nyari sampingan enak juga ya, jadi kita nggak dapat kerjaan yang susah. Tinggal ngangkang doang udah dapat uang banyak," sindir Via.

"Bener banget sih, percuma cantik kalau murahan. Tapi buat apa ya? Toh sebentar lagi bakalan dibuang sama Pak Irwan."

"Eh, tapi dengar-dengar Pak Irwan posisinya lagi ditangguhkan kan? Jangan-jangan sebentar lagi Pak Irwan bakalan miskin lagi dan selingkuhannya itu hanya akan menyesal karena udah merelakan tubuhnya tanpa dinikahi. Ih amit-amit banget, jangan sampe gue kayak gitu," ucap Via lagi.

"Apa maksud kalian ngomong seperti itu, hah? Kalian mau nyindir gue? Kenapa nggak bilang langsung aja?" tanya Lisa dengan marah.

"Oh ternyata ngerasa kesindir? Harusnya kan tinggal menyahuti aja kalau emang ngerasa, iya kan?" ucap Via pada temannya.

"Tapi ya Vi, dari raut wajahnya sepertinya dia udah melendung deh. Ya semoga aja nanti anaknya itu dapat pengakuan dari Pak Irwan," sahut temannya.

"Ya udah yuk pergi, dia kan bisanya cuma ngadu doang. Mana bisa dia ngelawan sendiri, mulutnya kan emang nggak berfungsi dengan baik. Hanya bisa merayu dan mengangkang di ruangan bos aja," sahut Via.

Via langsung menarik tangan temannya karena ia melihat mobil Irwan yang sudah keluar dari parkiran.

Wajah Lisa langsung merah karena kesal mendengar sindiran dari teman kantornya. Ia tidak mau disalahkan walau kenyataannya memang dia salah karena telah menggoda bosnya.

"Kenapa semua karyawan di sini mendengar berita tentang penangguhan Mas Irwan? Apa benar Mas Irwan akan jatuh miskin? Nggak, itu nggak mungkin. Mas Irwan pasti akan bekerja keras, dia nggak mungkin membiarkan aku hidup miskin," gumam Lisa yang mulai khawatir dengan nasibnya.

Irwan mengklakson mobilnya karena Lisa malah bengong saja. Lisa kaget dan tersadar dari lamunannya.

Lisa langsung masuk ke dalam mobil dan Irwan langsung melajukan mobilnya meninggalkan kantor. Di dalam mobil, Lisa lebih banyak diam karena masih kepikiran dengan nasibnya nanti.

"Kenapa tadi ngelamun, Sayang? Apa yang sedang kamu pikirkan?" tanya Irwan.

"Aku kepikiran sama nasib aku nanti kalau nanti kamu di pecat, Mas. Aku takut anak kita nggak memiliki masa depan yang cerah," jawab Lisa.

"Udah aku bilang, kalau aku memiliki kemampuan dan juga pengalaman di bidang CEO. Jadi sangat mudah bagi aku untuk cari pekerjaan lagi. Bukan berarti lepas dari Alexander Group aku akan nganggur Sayang, ketakutan kamu itu hanya ilusi aja. Lebih baik kamu berpikir hal-hal yang positif aja agar kandungan kamu juga nggak bermasalah," ucap Irwan menjelaskan.

"Iya sih kamu bener juga, Mas," jawab Lisa.

1
🍌 ᷢ ͩ 👏Mojito🏚️²²¹º
Luar biasa
🍌 ᷢ ͩ 👏Mojito🏚️²²¹º
semangat aiiraaaa🏃‍♀️🏃‍♀️🏃‍♀️
🍌 ᷢ ͩ 👏Mojito🏚️²²¹º
setaaannn 😤😤😤
🍌 ᷢ ͩ 👏Mojito🏚️²²¹º
garasi thor.. bukan bagasi🤦🏻‍♀️
🍌 ᷢ ͩ 👏Mojito🏚️²²¹º
laki2 gila, ga tau diri.. bajiguurrr😒
DARU YOGA PRADANA
Karakternya juara banget. 🏆
[mini share] Andrea Duarte ouo
Bravo thor, teruslah berkarya sampai sukses!
Raptor gamer
Aku suka banget sama cerita ini, jangan berhenti menulis author!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!