NovelToon NovelToon
Reinkarnasi si Pelayan Setia

Reinkarnasi si Pelayan Setia

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Kelahiran kembali menjadi kuat / Harem / Cinta Murni / Fantasi Wanita / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Black _Pen2024

Di istana yang berkilauan, kebohongan adalah mata uang dan darah adalah harga dari kesetiaan. Seorang pelayan setia menyaksikan dosa tak terampuni yang dilakukan sang Permaisuri—dan dibungkam selamanya.
Atau begitulah yang Permaisuri pikirkan.

Langit yang menjadi saksi pilu mengembalikan Takdir si pelyan setia, mengembalikannya dari gerbang kematian, memberinya wajah baru, identitas baru—tubuh seorang selir rendahan yang terlupakan. Dengan jiwa yang terbakar dendam dan ingatan yang tak bisa dihapus, ia harus memainkan peran sebagai wanita lemah, sambil merajut jaring konspirasi paling mematikan yang pernah ada di istana. Tujuannya bukan lagi sekadar bertahan hidup, melainkan merenggut keadilan dari singgasana tertinggi.

Setiap bisikan adalah pertaruhan. Setiap senyuman adalah topeng. Di tengah intrik berdarah antara selir dan para menteri, mampukah ia meruntuhkan kekuasaan sang Permaisuri dari bayang-bayang sebelum identitas aslinya terungkap dan ia mati untuk kedua kalinya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Black _Pen2024, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13: Cermin dan Kenangan

Mei telah pergi, dan Istana Dingin kembali menelan dirinya dalam keheningan yang tebal dan berdebu. Di dalam kekosongan itu, Xiao Ling—kini Selir Xia—menghadapi dirinya sendiri. Tubuh yang baru ini adalah permata yang diselimuti kotoran; di bawah kelesuan yang diciptakan oleh depresi dan penindasan, tersembunyi garis leher panjang seorang bangsawati, pinggul yang anggun, dan kulit yang bersih.

Namun, tubuh ini menolak. Ketika Xia mencoba menggerakkan jari-jarinya dengan kecepatan seorang pelayan yang terlatih, otot-ototnya berkedut dalam protes. Ini adalah korpus yang telah menyerah pada takdir, sebuah kuil yang dihancurkan oleh kelemahan psikologis.

“Kau harus patuh,” desis Xia kepada bayangannya di cermin, sebuah dialog yang hanya didengar oleh dinding batu yang dingin. “Aku adalah roh yang menolak kuburan. Kau harus menanggung amarahku.”

Xia memutuskan untuk memulai ritual perendaman yang ia minta. Air panas, yang seharusnya menenangkan, terasa seperti membakar kulitnya, membersihkan bukan hanya kotoran fisik, tetapi juga residu keputusasaan Selir Xia yang lama. Dalam kabut uap rempah yang mahal, ia menutup mata, memaksa dirinya untuk berhadapan dengan hantu pemilik tubuh ini.

“Siapa dirimu?” tanya Xiao Ling, suaranya bergema di ruang mental yang gelap.

Dalam sekejap, tirai ingatan terbuka, membanjiri kesadaran Xia dengan gelombang dingin dan kepahitan yang hampir membuatnya tersedak. Ia melihat pesta pora yang glamor, tetapi mata Selir Xia asli hanya melihat dirinya sendiri sebagai dekorasi yang diabaikan. Ia merasakan penghinaan yang membakar ketika Permaisuri Xiu Feng melemparkan mangkuk teh ke kakinya, dan rasa sakit ketika Raja Tien Long berjalan melewatinya tanpa sekalipun menoleh.

“Aku adalah kehampaan,” jawab ingatan itu, suara Selir Xia yang asli terdengar seperti bisikan yang menyayat. “Aku adalah selir yang dilupakan. Aku adalah kegagalan yang tidak layak mendapatkan perhatian.”

“Tidak! Kau adalah korban!” balas Xiao Ling, menolak identitas itu. “Korban dari kecemburuan dan tirani yang sama yang telah membunuhku dan Selir Hong.”

Xia merasakan pergelangan tangannya. Tubuh ini pernah mencoba menyakiti dirinya sendiri. Keindahan yang ia lihat di cermin adalah keindahan yang rapuh, yang hampir dihancurkan oleh penderitaan internal.

“Apa yang telah ia lakukan padamu?” desak Xia, memaksa ingatan itu menampilkan kekejaman Xiu Feng yang paling gelap.

Gambar-gambar itu muncul: hari-hari yang tak terhitung jumlahnya di mana Xiu Feng mengirimkan makanan berlebihan hanya untuk memaksanya membuangnya, menyuruh pelayan mencuri pakaian berharganya, dan yang paling parah, menyebarkan desas-desus bahwa Xia menderita penyakit kotor sehingga Raja tidak akan pernah mendekat.

“Aku melihat kejahatannya,” gumam Selir Xia yang asli dalam benak Xiao Ling. “Aku melihatnya memerintahkan penutupan sumur di Istana Dingin, memastikan kami kelaparan dan kehausan. Aku melihatnya tersenyum saat Raja mengumumkan kematian selir Hong. Aku tahu dia jahat, tetapi aku terlalu lemah untuk berbicara.”

Kesedihan Selir Xia asli adalah lautan, dan Xiao Ling, sebagai nahkoda baru, harus berjuang untuk tidak tenggelam. Ia menyadari bahwa tubuh ini tidak hanya lemah secara fisik, tetapi jiwanya telah terluka parah. Xia asli adalah selir yang dibunuh oleh isolasi dan penghinaan, sementara Xiao Ling dibunuh oleh pedang. Keduanya adalah korban Xiu Feng.

“Mulai sekarang, kita bersatu,” kata Xia, kini berdiri tegak di tengah bak mandi, airnya mulai mendingin, tetapi tekadnya membara. “Aku mengambil kehampaanmu dan mengisinya dengan amarahku. Aku mengambil keindahanmu dan menjadikannya senjata. Kau menderita demi selir Hong, karena kau menyaksikan kejahatan Xiu Feng terhadap semua orang yang lebih bahagia darinya.”

Xia menyentuh lehernya. Ia harus menguasai setiap gerakan, setiap kata. Selir Xia adalah putri seorang pejabat kecil yang jatuh. Etiketnya harus sempurna, pengetahuannya tentang sastra harus memadai. Xiao Ling, si pelayan, hanya tahu bagaimana melayani dan mengamati.

“Tubuh ini harus belajar bahasa baru,” gumamnya, mulai berlatih berjalan dengan postur selir bangsawan, bukan langkah cepat pelayan. Gerakan pertama terasa kaku, tetapi setelah beberapa kali percobaan, memori otot Selir Xia mulai beresonansi dengan ketegasan Xiao Ling.

Ia keluar dari bak mandi, dibalut jubah mandi sutra yang basah. Ia merasakan setiap lekuk tubuhnya, sebuah kesadaran sensual yang baru. Keindahan ini adalah magnet bagi Raja, dan ia harus memanfaatkannya. Ia adalah Dendam Langit, dan daya tarik adalah pelindung pertamanya.

Saat ia menyisir rambut Selir Xia yang panjang dan gelap, Xia kembali fokus pada detail di Istana Dingin yang kumuh. Istana ini dinamakan "Dingin" bukan hanya karena lokasinya yang terpencil, tetapi karena minimnya kasih sayang dan perhatian.

Xia berjalan menuju meja tulis Selir Xia yang lama. Di sana, di antara gulungan puisi yang setengah jadi, ia menemukan sebuah buku harian. Selir Xia asli selalu menyembunyikan penderitaannya di dalam tinta, takut suaranya terdengar.

Xia membuka buku harian itu. Tulisannya indah, tetapi isinya mengerikan. Catatan itu merinci setiap penghinaan, setiap hari tanpa kunjungan Raja, dan yang paling penting, catatan tentang hari-hari setelah kematian Selir Hong.

Ia membaca dengan cepat, mencerna detail yang krusial:

“...Raja sangat berduka, tetapi Permaisuri tersenyum saat pemakaman. Senyum itu dingin dan memuakkan. Aku melihatnya hari itu, di taman anggur. Dia memegang sesuatu, sebuah botol kecil. Dia terkejut melihatku. Dia mengancamku, tetapi ancaman itu tidak berarti. Apa yang harus kulakukan, ketika aku tahu kejahatan yang begitu besar tersembunyi di balik sutra Permaisuri? Aku takut. Aku hanya bisa menulis ini, berharap suatu hari kebenaran akan muncul....”

Xiao Ling berhenti. Botol kecil? Ancaman? Itu adalah titik krusial. Selir Xia asli tidak hanya dibenci karena ketidakpentingannya; dia adalah saksi bisu yang terlalu lemah untuk bersaksi.

Xia membalik halaman. Di bagian paling akhir, di bawah lapisan tinta yang tebal, ada sketsa kasar: sebuah liontin giok yang berbeda dari liontin yang Raja berikan kepada selir biasa. Liontin itu memiliki ukiran yang sangat spesifik, berbentuk Naga yang menggigit Bunga Peoni. Di bawah sketsa itu, ada tulisan tangan yang tergesa-gesa:

“Dia menyembunyikannya di sana. Di tempat yang paling dingin, tempat yang paling tidak dicurigai.”

Mata Xiao Ling melebar. Ini bukan hanya jurnal depresi. Ini adalah peta harta karun. Liontin Naga dan Peoni? Liontin itu familiar—liontin milik Selir Hong, yang selalu ia kenakan. Liontin itu hilang setelah Hong meninggal.

Selir Xia, melalui mata Xiao Ling, kini menyadari kebenaran yang mengerikan: Xiu Feng tidak hanya membunuh Hong dan Xiao Ling, tetapi dia juga menghancurkan Selir Xia karena ketakutan bahwa dia akan mengungkap rahasia liontin itu. Liontin itu, atau apa pun yang disembunyikan di "tempat yang paling dingin," adalah kunci. Itu adalah bukti fisik yang menghubungkan Xiu Feng dengan tragedi tersebut.

Xia memegang buku harian itu erat-erat, energi balas dendamnya kini memiliki arah yang jelas. Dia bukan lagi hanya Xiao Ling yang sedih; dia adalah Selir Xia yang bangkit, didorong oleh dendam dua jiwa.

“Tempat yang paling dingin,” bisik Xia. “Istana Dingin ini sendiri adalah tempat yang paling dingin. Di mana tepatnya kau menyembunyikannya, Xiu Feng?”

Ia menyentuh dinding batu di kamarnya, matanya menelusuri setiap retakan, mencari tanda-tanda yang disebutkan Selir Xia. Malam baru saja dimulai, dan Xia tahu bahwa ia harus bergerak cepat. Sebelum Xiu Feng menyadari bahwa Selir Xia yang lemah telah menjadi mata elang yang berbahaya.

Ia melihat kembali sketsa liontin itu, matanya terpaku pada ukiran naga yang menggigit peoni—simbol kekuasaan yang menindas keindahan. Tiba-tiba, ia menyadari sesuatu yang mengejutkan. Di bawah sketsa, ada huruf kecil, ditulis menggunakan darah kering:

“Pintu Rahasia.”

Liontin itu tidak disembunyikan di suatu tempat. Liontin itu adalah kunci untuk sebuah rahasia yang jauh lebih besar

1
Ita Xiaomi
Kecerdikan utk melawan kelicikan.
Ita Xiaomi
Seramnya tinggal di lingkungan yg penuh intrik dan konspirasi.
Ita Xiaomi
Wah keren ceritanya. Menegangkan.
Ita Xiaomi: Sama-sama kk. Insyaa ALLAH. Tq kk. Berkah&Sukses selalu.
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!