Wulan, seorang bayi perempuan yang diasingkan ke sebuah hutan karena demi menyelamatkan hidupnya, harus tumbuh dibawah asuhan seekor Macan Kumbang yang menemukannya dibawa sebatang pohon beringin.
Ayahnya seorang Adipati yang memimpin wilayah Utara dengan sebuah kebijakan yang sangat adil dan menjadikan wilayah Kadipaten yang dipimpinnya makmur.
Akan tetapi, sebuah pemberontakan terjadi, dimana sang Adipati harus meregang nyawa bersama istrinya dalam masa pengejaran dihutan.
Apakah Wulan, bayi mungil itu dapat selamat dan membalaskan semua dendamnya? lalu bagaimana ia menjalani hidup yang penuh misteri, dan siapa yang menjadi dalang pembunuhan kedua orangtuanya?
Ikuti kisah selanjutnya...,
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keributan
Suasana istana tampak sedikit tegang. Para puteri bangsawan sudah tiba diistana dengan balutan kebaya yang sangat anggun dan juga memperlihatkan nilai pendidikan yang mereka miliki.
Setiap peserta audisi, bukan saja hanya sekedar cantik, tetapi mereka juga harus cerdas, sebab kelak akan menjadi calon ratu, dan ikut dalam kepemimpinan dikerajaan, sehingga raja membutuhkan menantu yang cerdas dan juga bijaksana dalam mengambil setiap keputusan.
Raja Arsana dan juga Kanjeng Ratu Sekti Rahayu sudah duduk disinggasananya.
Para puteri perserta audisi sudah duduk berjejer dibagian sisi kiri dan kanan.
Mereka harap-harap cemas dan merasa gugup menantikan kehadiran putera mahkota yang mana nantinya akan menjadi pendamping hidup mereka.
Dikursi kebesarannya, Kanjeng Ratu Sekti Rahayu masih tampak gelisah, menantikan kabar tentang puteranya, berharap jika segera pulang agar tidak membuat kegaduhan.
Ia beranjak dan berpamitan sejenak kepada sang Raja Arsana, lalu pergi kebelakang pendopo, dan memanggil Senopati Wiguna agar datang menghampirinya.
Pria yang bertubjh kekar dan memiliki kesaktian yang cukup mumpuni itu berjalanmenghanpirinya lalu mengjaturkan sembah dengan satu kaki dilipat diatas lantai dan lutut kiri ditekuk setengah berjongkok.
"Ada apa yang Mulia Kanjeng Ratu,?" tanyanya dengan merendshkan suaranya.
"Bagaimana dengan kabar pencarian Raden Pangeran Rajendra? Apakah sudah ada akabar baik tentangnya? Sedangkan para puteri bangsawan, tetulah ingin melihat wajah pria yang akan menikahi mereka," ucap sang Ratu dengan gelisah.
Senopati Wiguna tampak berfikir dan mencari solusinya. "Sampai saat ini, masih belum ada kabar tentang keberadaan Kanjeng Raden Pangeran yang kabur entah kemana. Tetapi sebaiknya masalah ini diulur saja, para puteri diberi tugas untuk menyelesaikan setiap ujian yang diberikan, dan saya yang akan langsung memerintahkan Patih Kamandaka yang ada di kadipaten Utara untuk mencari langsung sang putera mahkota," jawab senopati Wiguna dengan tegas.
"Laksanakan segera! Dalam dua hari ini, Pangeran harus segera ditemukan!" titah sang Ratu Sekti Rahayu dengan penuh harap.
"Baik yang mulia, Kanjeng Ratu. ucapanmu adalah perintah bagiku." jawab Senopati Wiguna, lalu bergerak mumdur, dan berjalan pergi meninggalkan istana.
Sedangkan Raja Arsana mengalihkan acara dengan memberikan lembar ujian kepada para calon permaisuri puteranya, untuk melihat kemampuan mereka, seberapa cerdas dalam membantu mengelola kerajaan nantinya.
****
"Pulanglah Raden. Raja dan Ratu sedang gelisah menantikanmu. Mengapa harus bersikap sebagai seorang pengecut, melarikan diri dari tanggungjawabmu, dan mencoreng nama baik keluarga besar kerajaan." ucap Macan Kumbang menasehati.
Raden Rajendra tampak diam. Mungkin yang dikatakan oleh kucing jumbo itu benar adanya. Tetapi ia tak suka akan perjodohan itu. Ia ingin menemukan tambatan hatinya sendiri, tanpa harus ada campur tangan orang lain.
"Aku tidak suka dijodohkan, aku inginkan gadis itu. Biarkan aku membawanha ke istana, dan akan ku jadikan permaisuri, kasihan sekali nasibnya dikurung didalam goa seperti itu," ucap Rajendra, sembari melirik sang Macan Kumbang, yang saat ini sudah berdiri dari posisinya.
"Waktunya belum selesai. Ia masih ada keperluan lain yang lebih penting daripada menikah cepat" sosok itu menatap sang Pangeran dengan sangat dalam.
"Kalau begitu, aku akan menunggu waktu tepat itu datang." Rajendra melompat jaumping, lalu berdiri tegak berhadapan dengan sang Macan Kumbang.
"Jalani saja takdirmu Raden, bagaikan air yang mengalir. Jika garis jodohmu ada dengannya, maka akan ada cara untuk kalian bersatu," jawab sang Macan Kumbang dengan menegaskan.
Saat bersamaan, hewan itu mendengar suara desiran angin yang sangat kencang datang menuju kearah mereka. Lalu dengan sigap, ia melompat dan menangkap dengan kukunya yang tajam, sebuah anak panah yang melesat dari arah baik pohon.
Wuuuussh
Tap
Anak panah itu berhasil dihalaunya dan membuat sang Pangeran tersentak kaget. "Pergilah, Pangeran, ada banyak pendekar dari golongan hitam yang ikut sayembara untuk menemukanmu demi hadiah besar, tetapi sepertinya mereka memiliki tujuan lain," ucapnya, sembari melemparkan anak panah begitu saja, lalu bergerak menatap seseorang yang bersembunyi dibalik pohon.
Rajendra mengeluarkan pedang dari sarungnya, lalu bersiaga untuk menyambut musuh yang datang.
Saat bersamaan, tampak seorang pria yang memakai ikat kepala tengkorak sedang melesat dengan kecepatan bagaikan sebuah kilatan cahaya, lalu menyerang sang Raden Rajendra.
Trang trang
Suara dentingan benda logam.saling beradu, dan membuat siang ini menjadi berisik.
Rajendara membalas serangan sang penguntit, lalu melompat dan...,
Craaaaash
Satu tebasan berhasil memotong lengan kiri lawannya.
"Aaaarrgh," pekik pria yang mengenakan ikat kepala berwarna hitam dengan lambang tengkorak.
Setelah mengalami peritiwa memalukan itu, ia akhirnya pergi menghilang, lalu meninggalkan aroma busuk yang sangat menyengat.
"Hueeeek!, puuuih!" pangeran merasa mual dengan aroma yang dihasilkan oleh sosok pendekar golongan hitam tersebut.
Sang Macan Kumbang yang sedari tadi hanya menonton mengjampirinya.
"Siapa nama pendekar tersebut? Mengapa memiliki aroma yang sangat menjijikkan sekali?" ucap Raden Rajendra dengan mengibaskan tangannya diudara untuk menghilangkan aroma busuk tersebut.
"Dia bergelar Walang Sangit, karena aroma menyengat itu ia gunakan untuk mengecoh lawan dan membuyarkan konsentrasi musuhnya," sahut Macan Kumbang dengan masih waspada, memindai keberadaan lawannya.
"Dia sudah pergi, dan luka pada tangannya sudah membuatnya menjadi si tangan buntung," Macan Kumbang menimpali.
"Heeem, hanya segitu kemampuannya," sabut Rajendra.
"Harap jangan meremehkan kekuatan musuh, Pangeran. Waspada itu perlu," ucapnya dengan tegas. "Dan sebaiknya Kanjeng Raden pulang, sebelum Patih Kamandaka datang menjemput kemari," Macan Kumbang menasehati.
"Hah?! Patih Kamandaka akan ikut juga mencariku?" ucapnya dengan geleng kepala.
"Ya! Kanjeng Ratu sendiri yang memerintahkannya, jika ia sampai meninggalkan tugas kemiliterannya demi mencari Raden, maka dikhawatirkan akan ada pemberontakan yang datang dari kerajaan lain, maka tolong pulanglah, jangan buat Ratu cemas," Macan Kumbang mencoba menasehatinya.
Raden Rajendra tampak gelisah. Mungkin benar apa yang dikatakan oleh Macan Kumbang jika ia tidak bersikap dewasa, dan kabur bukanlah solusi dalam menyelesaikan masalahnya, tetapi justru menambah masalah.
Ia menatap dinding goa yang yang tertutup oleh bebatuan, lalu menarik nafasnya dengan berat, dan ia merasa enggan untuk meninggalkan tempat itu, tanpa membawa gadis itu serta.
"Aku akan kembali lagi kesini, setelah menyelesaikan tugasku," ucapnya pada Macan Kumbang, lalu berlari menuju bawah pohon, tempat dimana ia menambatkan kudanya.
Sang Macan Kumbang memandang punggung sang Raden yang sudah berada didekat kudanya, lalu melepaskan ikatan talinya, dan melompat naik ke punggung kuda, dan bergerak pergi.
Setelah kepergian kuda tersebut, sang Macan Kumbang menatap dinding goa, lalu berlari dan melesat dengan cepat, kembali menemui Wulan Ningrum, untuk memberikan ilmu kanuragan tambahan yang nantinya akam menjadi bekal bagi sang gadis dalam menghadapi kejamnya dunia luar yang mana belum pernah lia lihat selama ini.
tp ini rajendra mah kok ya suka kali ngelitik si macan sih 🤔🤔
kk siti masih ada typo ya di atas hehehe
meski aq ratu typo sih 🤭🤭