NovelToon NovelToon
MISTERI TELAGA GINTUNG

MISTERI TELAGA GINTUNG

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Cinta Beda Dunia / Iblis / Mata Batin / Roh Supernatural / Tumbal
Popularitas:30.4k
Nilai: 5
Nama Author: Siti H

Novel ini hasil collab antara Siti H dan Mom Young penulis novel 'Santet Pitung Dino'.

Sumber: Mbah Tainah, Desa Tiga Sari, kecamatan Jatenegara. Tegal-Jawa Tengah.

Diangkat dari sebuah kisah nyata. Kejadian ini terjadi sekitar tahun 1968 silam, dimana seorang pemuda miskin harus terjebak oleh sesosok makhluk ghaib Ratu Ular bernama Nyi Arum Lopa.

Tanpa sengaja, ia bertemu dengan Nyi Arum Lopa dibawah pohon Gintung yang tumbuh tinggi menjulang dan berusia ratusan tahun.

Dibawah pohon Gintung itu juga terdapat sumber mata air yang membentuk sebuah telaga kecil dengan airnya yang sangat jernih.

Karena persekutuannya itu, membuat pemuda bernama Saryat mendapatkan wajah tampan dan tidak pernah tua, serta harta yang melimpah. ia memulai usahanya dengan menyewakan gamelan saat setiap ada hajatan, dan harus dikembalikan sebelum pukul 12 malam..

Ada apa dengan gamelan tersebut, dan bagaimana kisa Saryat dengan sang Ratu Ular Nyi Arum Lopa?

ikuti novel ini selan

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Siksaan

Saryat mengerang kesakitan. Cairan pekat berwarna merah mengalir dari sudut bibirnya. Ia kesulitan untuk bangkit, dan mencoba memengang pohon Gintung untuk membantunya berdiri.

Nafas sang pemuda terasa sesak, dan menatap Nyi Arum Lopa dengan tatapan yang sangat tajam.

"Siksa saja aku, tetapi lepaskan Ayu--adikku," ucapnya dengan suara yang berat dan serak.

Sosok itu hanya menyeringai, lalu merayap menuju ke arahnya. tatapannya tampak jalang, dan haus akan hasrat yang menggebu.

"Daun-daun gintung ini sudah berguguran. Itu pertanda kau harus datang padaku saat malam Jum'at Kliwon, dan jika saja kau tak datang, maka aku akan memberikan siksaan yang lebih kejam," ancam sosok tersebut dengan senyumnya yang begitu puas, saat melihat penderitaan yang dialami oleh Saryat, dan ia ingin melihat, seberapa kuat pemuda itu dengan pendiriannya.

"Dasar, iblis laknat!" makinya dengan kasar, dan hal itu membuat Nyi Arum Lopa semakin penuh amarah.

Ia menggerakkan ekornya, lalu kembali membelit pinggang sang pemuda. Rasanya dengan melemparkan Saryat ke pohon gintung tak cukup untuk membuat pemuda itu menyerah.

Siluman Ular tersebut membawa tubuh Saryat mendekat ke arahnya. Tatapannya penuh amarah, dan ia mengayunkan cakarnya ke arah sang pemuda.

Craaaaaash

Sebuah cakaran mengenai dada kirinya. Rasa perih dan ngilu membuat Saryat meringis kesakitan dan hal ini tampak begitu menyenangkan bagi Iblis.

Setelah mencakar tubuh korbannya, kini ia menghempaskan kembali pemuda itu ke pohon gintung, hingga membuat terpelanting dan masuk ke dalam telaga.

Byuuuuuur

Suara ceburan itu begitu keras. Airnya memercik hingga mengenai pohon gintung dan tanaman rambat laibnya.

Pemuda itu hampir tenggelam, dan sang Ratu Ular tersenyum dengan licik.

Saryat akhirnya dapat menepi, meski tubuhnya penuh luka dan rasa lelah yang cukup berat.

Baru saja ia bernafas, kini iblis tersebut melesat dan kembali membelitnya menggunakan ekornya, lalu melemparkan Saryat hingga ke atas bukit.

Braaaaak

Tubuhnya terpental menghantam tanah, dan kembali cairan pekat keluar dari sudut mulutnya. Pemuda tampak lemah, dan kesulitan bernafas.

Sedangkan Nyi Arum Lopa tampak menyeringai, menatap dari kejauhan dengan rasa puas.

Baginya, penolakan Saryat adalah sebuah penghinaan terbesar badinya, dan pemuda itu pantas mendapatkan penyiksaannya.

*****

Waktu memperlihatkan pukul dua belas siang. Tainah sedang memasak didapur. Perapian yang menyala dari kayu bakar, mendidihkan air yang sedang direbusnya. Ia sedang memasak daun pepaya bersama batangnya yang masih muda.

Tak lupa ia merebus pisang yang dibawa oleh Joko saat pagi tadi, dan itu sungguh sangat membantu perekenomiannya, menghemat bahan pangan lebih lama.

Sesekali ia meniup batang bambu yang dijadikan sebagai semprong untuk menghidupkan api yang meredup.

Suara erang kesakitan dari Ayu masih terdengar. Kali ini kulitnya bukan saja dipenuhi borok, tapi seolah melepuh dengan cairan didalamnya, yang bila sampai meletus, maka rasa perih dan juga panas bercampur menjadi satu.

Hati Tainah bagaikan tersayat, saat erang kesakitan itu muncul dari mulut puterinya.

Ia tidak tahu, apa yang menyebabkan Ayu menderita seperti itu.

Sesekali ia mengintai puterinya, memastikan jika Ayu masih bernafas. Hatinya tak kalah perih saat melihat kondisi puterinya sangat memperihatinkan.

Sesekali ia mengusap bulir bening yang jatuh disudut matanya. Rasanya bagaikan terkena sayatan sembilu ketika menyaksikan semua itu.

Ditambah lagi, Joko bersiap melamar Ayu, dan juga sudah mendirikan rumah, yang mana itu merupakan sebuah penghargaan bagi dirinya sebagai orang tua, saat puterinya dilamar seseorang dengan baik.

"Saryat kemana, sih? Sudah tengah hari, tetapi belum juga kembali," ucapnya dengan wajah gusar. Kini beban fikirannya bertambah, tak hanya memikirkan Ayu, tetapi juga mengkhawatirkan anak lelakinya yang tak kunjung kembali.

Ia kembali memeriksa masakannya, dan daun pepaya yang direbusnya sudah empuk, dan siap disajikan.

Ia mengambil dua potong pisang rebus, lalu dipotong-potong menjadi bagian kecil, dan menyendokkan nasi yang diberi lauk daun pepaya rebus.

Ia membawanya ke kamar. Berniat menyuapi Ayu yang saat ini sedang berbaring menggunakan alas daun pisang, sebab jika terkena benda lain akan lengket dan menimbulkan rasa perih.

"Cah Ayu, yuk makan, si Mbok suapin," ucapnya dengan menahan rasa perih dihatinya.

Bahkan untuk mengucapkan kalimat itu ia sudah berbohong, sebab wajah Ayu saat ini sangat begitu menyeramkan.

Ayu merasakan perutnya sangat lapar, tetapi anehnya, rahangnya tak dapat dibuka, dan merasakan sakit dibagian gusinya yang juga membengkak dengan tiba-tiba.

Jangankan untuk menelan makanan, sekedar membuka mulut saja ia tak mampu.

lepuhan dikulitnya memecah, dan cairan bening keluar dari bekas lepuhannya yang disertai rasa panas dan juga perih.

Sedetik kemudia, bekas lepuhan itu berubah menjadi kudis dengan campuran nanah dan juga darah yang semakin membuat aroma anyir yang sangat kuat.

"Makanlah, Nduk. Nanti kamu lapar," rayu Tainah dengan suaranya yang lirih, dan ia sangat tertekan hari ini.

Bahkan rasa gusar menyelimutinya, saat Saryat tak juga kembali.

Ayu hanya menggelengkan kepalanya. Sebab ia tak dapat menjawab ucapan isi Mboknya.

Tainah merasakan perutnya yang tadi lapar mendadak kenyang karena beban fikirannya yang begitu sangat banyak.

"Duh Gusti, cobaan apa lagi ini? Kau sudah mengambil suami hamba, tetapi mengapa harus puteriku yang menderita seperti ini?" gumamnya dengan lirih.

Hati wanita itu tampak rapuh, dan ia kembali menghapus bulir bening yang jatuh disudut matanya.

Sedangkan Ayu tampak gelisah. Sebab kondisinya saat ini membuat ia serba salah, karena miring salah, telentang, dan telungkup apalagi.

Ia merasakan semua kesakitan yang begitu menyiksanya.

Tainah beranjak dari ranjangnya. Ia juga bingung harus berbuat apa. Membawa Ayu kerumah sakit bukanlah hal mudah. Dimana membutuhkan kendaraan yang akan membawanya.

Nika ditandu, tidak mungkin juga ia dan Saryat sanggup menandunya, ditambah lagi harus mendaki bukit untuk tiba didesa sebelah, dan hal itu tidak saja cukup sampai disitu. Dimana jalanan menunu rumah sakit juga menempuh jarak sepuluh kilometer, ditambah lagi menyeberangi kali gede dengan menggunakan rakit.

Segala pertimbangan dan biaya yang akan dikeluarkan nantinya tentulah bukan sedikit. Sebab saat dirumah sakit juga membutuhkan biaya, dan ia tak memiliki uang untuk semua itu, ditambah lagi Saryat yang tak juga kembali, semakin membuatnya pusing.

Wanita itu duduk dibalai bambu teras rumahnya. Wajahnya tampak bingung. Ia menatap jalanan ke arah timur dan juga barat, berharap jima Saryat akan segera kembali.

Setidaknya, kehadiran puteranya iti, dapat meringankan beban fikirannya.

Tainah masih mendengar suara rintihan kesakitan dan erangan yang begitu menyayat hati dari puterinya.

Ia dapat merasakan, jika Ayu saat ini sangat menderita, dan ia sudah berusaha mengobati dengan lulur tepung beras, serta jamu kunyit asam, berharap penyakitnya akan sembuh, tetapi justru semakin parah.

Jangan lupa komen, like ya😘

1
FiaNasa
ngeri kali efek digigit ular gibug itu
Siti H: iua.. yang ada Pulau Jawa penyebarannya.. hati-hati ya kak
total 1 replies
FiaNasa
hidupmu selamanya tak kan tenang saryat,,kau akan dihantui rasa bersalah & tertekan oleh NYI Arum lope
FiaNasa
kasihan tono
kaliaa🐈🐈‍⬛👯
kasiannn bangetttt
Reni
kenapa g langsung kabur wae g usah bawa apa2 itu ntar duit emas yg didapat jadi ular juga 😬😬😬
Reni
ya Allah sungguh makin brutal nyi lopa saat cemburu , gimana nasib sarimah dan keluarganya 😬
Ayu Putri
ya Allah JD banyak korban Thor,GK sesuai perjanjian
Siti H: makanya jangan terkecoh ama setan.. mereka itu licik
total 1 replies
Ayu Putri
KLO jaman dulu ditempatku liat yg begituan GK bakalan diambil Thor yg ada malah tambah takut
Siti H: iya abang ipar juga kena karena ngambil udang berkumpul dalam satu tempat. banyak gak habis-habis..
total 1 replies
Endah SR
alah..alahh.. yg ada giliran kamu yg jd tumbal klo bawa pedatinya 😩
itu pedati bisa berubah jd ulaarrrr..
Siti H: 🥺🥺🥺🥺🐍🐍🐍🐍
total 1 replies
kaliaa🐈🐈‍⬛👯
seremm ya Bun..
kaliaa🐈🐈‍⬛👯
waduhhh kang Tejo....takut bngt gagal
kaliaa🐈🐈‍⬛👯
seremmm
kaliaa🐈🐈‍⬛👯
ciee ciee sarimah
kaliaa🐈🐈‍⬛👯
hayoloh si lopa marah🤣
kaliaa🐈🐈‍⬛👯
ciee ciee, tuhkan saling suka🤣🤣🤣
kaliaa🐈🐈‍⬛👯
sarimah, yu bantu saryat
kaliaa🐈🐈‍⬛👯
nih ini sarimah😎😎😎😎
kaliaa🐈🐈‍⬛👯
semoga aja, kan yg saryat suka itu nama nya siapa ya lupa, Sumirah Samirah atau siapa gitu, dia kan lagi pesantren, semoga aja pas dia balik bisa bantuin saryat lepas dari si lopa itu
Sulis Wati
sereemm thoorrrr
kaliaa🐈🐈‍⬛👯
hayoloh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!