NovelToon NovelToon
Lelaki Dari Satu Malam

Lelaki Dari Satu Malam

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / CEO / Keluarga
Popularitas:903
Nilai: 5
Nama Author: Keke Utami

Rinjani hanya ingin hidup tenang.
Tapi semua hancur saat ia terbangun di kamar hotel bersama pria asing. Dan beberapa jam kemudian mendapati kedua orang tuanya meninggal mendadak.

Dipaksa menikah demi melunasi utang, ia pingsan di hari pernikahan dan dinyatakan hamil. Suaminya murka, tantenya berkhianat, dan satu-satunya yang diam-diam terhubung dengannya ... adalah pria dari malam kelam itu.

Langit, pria yang tidak pernah bisa mengingat wajah perempuan di malam itu, justru makin terseret masuk ke dalam hidup Rinjani. Mereka bertemu lagi dalam keadaan tidak terduga, namun cinta perlahan tumbuh di antara luka dan rahasia.

Ketika kebenaran akhirnya terungkap, bahwa bayi dalam kandungan Rinjani adalah darah daging Langit, semuanya berubah. Tapi apakah cinta cukup untuk menyatukan dua hati yang telah hancur?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Keke Utami, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

13. Yang tersisa

Rinjani menggenggam erat nampan di tangannya. Dari balik dapur, matanya terus melirik ke ruang tengah tempat Darren duduk bersama Langit.

Suaminya bersikap asing, seolah tak pernah kenal dengannya. Namun Rinjani yakin di balik sikapnya itu ada rencana besar  yang sedang Darren rencanakan. 

“Non!” 

 Suara Sulit mengejutkannya, membuat nampan hampir terjatuh.

“Aya naon? Kenapa ketakutan gitu?” tanyanya cemas.

Rinjani segera mengamit lengan Sulis, membawanya menjauh dari dapur, “Ada Darren di ruang tengah, Bi.” 

Mata Sulis membola, keterkejutannya sama seperti ketakutan Rinjani. 

“Non, kok bisa dia ada di sini?” 

“Aku juga nggak tahu ,Bi. Sekarang dia lagi ngobrol sama Mas Langit,” tutur Rinjani, suaranya gemetar. 

“Temannya Mas Langit?”

Rinjani menggeleng, “Maybe ….” ia menahan napas, kemudian melanjutkan, “Tadi dia nggak bilang apa-apa. Tapi aku takut banget … Gimana kalau dia paksa aku lagi buat gugurin anak ini?” suaranya rendah, hampir ditelan kegelisahan.

Darren bisa datang ke rumah ini kapan saja. Dan Rinjani mulai merasa kondisinya semakin terancam. 

Sulis hanya menatapnya iba. Tidak ada solusi untuk masalah Rinjani yang kian rumit. Namun ia selalu berharap semoga Rinjani selalu baik-baik saja.

***** 

“Kalau udah nikah, istri tuh di bawa-bawa. Dipajang terus di rumah, lo pikir boneka?” sindir Langit sambil melipat tangan di dada.

Darren hanya membalas dengan senyum tipis yang dingin. 

“Sorry … gue nggak sempat datang ke nikahan lo,” ujar Langit santai, “Next time deh, acara pertunangan Vicky, kita ngumpul. Gue bakal ajak Nafa juga.”

“Ya, kita lihat nanti,” jawab Darren singkat.

Langit berdecak pelan, ia membayangkan bagaimana bosannya menjadi istri seorang Darren.

“Gue cabut dulu,” ujar Darren, ia bangkit, menoleh ke arah dapur, kembali mencari sosok Rinjani yang tak pernah terlihat lagi.

Arah pandang Darren menarik atensi Langit. Ia kembali berdecak. 

“Ck, ingat istri! ART gue udah nikah, lagi hamil. Buruan pulang!” usir Langit.

Darren mendelik, tidak membalas. Ia berjalan ke arah pintu, dan di antara Langit hingga ke luar.

Setelah mobil Darren meninggalkan halaman rumah, Langit melangkah ke dapur. Di sana ia melihat Rinjani sedang duduk, melamun, tatapannya kosong.

“Halo?!” tegur Langit. Suara beratnya membuat Rinjani tersentak.

“Mas ….” bergegas ia bangkit dan menunduk sopan. 

“Ngelamunin apaan?” tanya Langit, tangannya membuka kulkas, mencari sesuatu yang bisa untuk ia makan.

“Mas Langit butuh sesuatu?” tanya Rinjani.

“Bikinin jus jeruk ya, Rin. Saya di kamar,” ucap Langit, namun ia menoleh lagi “Kue-kue yang dulu kamu jual, kamu bikin sendiri?”

Rinjani menggeleng, “Nggak, Mas. Saya ambil di tempat  produksi. Nggak jauh dari kontrakan.”

“Oh … saya kepengen klepon, tapi ya udahlah,” gumam Langit sambil mengangkat bahu, “ Saya nggak tahu beli di mana.” 

“Saya bisa bikinin kok, Mas. Kalau Mas Langit mau menunggu,” ujar Rinjani cepat.

Langit mengangguk, “Oke. Kalau selesai anter ke kamar sama jus jeruknya.”

Langit berlalu, meninggalkan Rinjani yang sudah mulai melakukan tugasnya. Bukan tanpa alasan ia menawarkan diri. Ia ingin tetap di sini dan menghindari Darren yang bisa kapan saja menemuinya di kontrakan.

“Non Arin ngapain?” tanya Sulis yang muncul di dapur.

“Bikin klepon, Bi.”

“Klepon? Buat siapa?” tanya Ami yang baru keluar dari kamar mandi.

“Mas Langit,” ucap Rinjani lirih. Ia menatap Ami dan Sulis, “Aku mau nginep di sini boleh kan, Bi? Aku takut pulang. Gimana kalau Darren nyariin aku.”

“Aku tidur di sini ya, Bi. Biar aku gantiin Teh Ami di sini. Aku takut pulang, gimana kalau Darren cariin aku?” pinta Rinjani. 

Sulis menoleh ke arah Ami. Menunggu keputusan, karena ia yang biasanya menginap.

“Kamu yakin?” tanya Ami.

“Makan malam juga udah siap, sisanya cuci piring ‘kan?” ujar Rinjani. 

Ami mengangguk, “Ya sudah Teteh tinggal. Kalau ada apa-apa telepon aja ya,” pesan Ami.

“Siap, Teh. Makasih,” ucap Rinjani merasa lega. Ia melanjutkan tugasnya membuat klepon. 

****** 

Malam datang, Rinjani menyiapkan makan malam untuk keluarga itu. Namun saat ia meletakkan piring terakhir, Olivia tiba-tiba bertanya.

“Tumben, kok kamu yang tinggal di sini? Suami kamu di kontrakan nggak butuh kamu?”

Pertanyaan itu membuat lidah Rinjani kelu, ia lupa terkait kebohongan tentang suaminya yang lumpuh. Namun ia berusaha  tetap tenang. 

“Udahlah, Ma. Mungkin Rinjani udah minta izin ke suaminya,” sela Evan.

“Ya sudah,” Olivia akhirnya mengalah, ia menoleh ke arah Langit  yang malam ini ikut duduk di meja makan demi menghidari kecurigaan. 

Rinjani menarik napas panjang, lalu pamit ke dapur. Melanjutkan kembali membuat klepon untuk ia antar ke kamar Langit setelah pria itu makan malam.

*

Makan malam keluarga itu selesai, setelah menyimpan semua bekas ke dapur, Rinjani segera menuju  kamar Langit, kedua tangannya penuh berisi klepon dan jus yang ia bawa di nampan.

Setelah mengetuk pintu, ia masuk, tampak Langit sedang fokus membaca berkas. 

Langit hanya menoleh singkat, “Makasih, taruh di sana.”

Rinjani meletakkan nampam di meja kecil. Matanya tak sengaja menangkap tulisan besar di lembaran kertas:

PEMBELIAN BERLIAN DARI HARSA GRUP.

Deg!

Napasnya tercekat. Tanggal yang tercantum adalah tanggal setelah kematian kedua orang tuanya. 

“Ada apa?” suara Langit membuatnya terlonjak.

“Nggak, Mas,” jawab Rinjani cepat. 

“Kalau udah, kamu boleh keluar,” ujar Langit.

“Iya, Mas,” bisik Rinjani, ia menunduk,  melangkah keluar, dan menutup pintu. Namun langkahnya tertahan di depan pintu. Pikirannya mulai kalut.

Jika memang harta keluarganya sudah habis. Lalu kenapa ada tranksaksi berlian setelah kedua orang tuanya tiada?

Apa masih ada sesuatu yang belum ia ketahui? 

Rinjani menarik napas dalam, dadanya sesak oleh pertanyaan yang belum terjawab.

1
Nadin Alina
Hebat sih, Rinjani. Yang semula tuan putri mau berjuang untuk hidup🙃
Nadin Alina
next bab Thor....
Nadin Alina
Ceritanya keren, semangat Thor 🔥
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!