Gena Febrian pernah mengambil resiko untuk kehilangan segalanya demi seorang Indri, perempuan yang Ia cintai namun perempuan itu malah meninggalkannya untuk orang lain. Semenjak saat itu Ia bersumpah akan membuat hidup Indri menderita. Dan kesempatan itu tiba, Indri memiliki seorang anak sambung perempuan. Gena c akan menemukannya, membuatnya jatuh cinta padanya, dan kemudian dia akan menghancurkannya.
Sally Purnama seorang staff marketing dan Ia mencintai pekerjannya dan ketika seorang client yang dewasa dan menarik memberi perhatian padanya Ia menaruh hati padanya.
Tak lama kemudian dia menerima ajakan Gena, lalu ajakan lainnya. edikit demi sedikit, Genamengenal perempuan yang ingin ia sakiti, dan ia tidak bisa melakukannya. Dia jatuh cinta padanya, dan Sally jatuh cinta padanya.
Tapi-dia telah berbohong padanya, dia tidak bisa berbuat apa-apa. Dia terjebak. Saat Sally menemukan kebenaran, dia patah hati. Pria pertama yang sangat dia cintai telah mengkhianatinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon khayalancha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
Sally sudah sembuh, saat ini Sally sedang bersama Jaka. Wanita itu terus menangis karena Jaka telah baik pada dirinya. Tapi, Sally malah kadang ingin menjauhi Jaka.
"Sa, kita pulang ke Indonesia ya, Ibu dan Ayahmu sudah menunggumu." Kata Jaka pada Sally.
Sally mengangguk, dia menghapus air matanya. Dia tidak mau berlarut-larut lagi dalam kesedihan. Dia harus pulang ke Jakarta untuk menemui keluarga dan sahabat-sahabatnya. Dia tidak mau terus berada di Singapura, negara yang menjadi saksi seorang pria menyakiti hatinya.
"Kamu mau jalan-jalan dulu di sini? Sama aku, Sa?" Tanya Jaka. Dia pasti tahu Sally akan menolaknya.
"Engga, Jak. Aku mau langsung pulang aja. Aku enggak mau juga berlama-lama disini." Kata Sally sambil tersenyum getir ke arah Jaka.
Sally memutuskan untuk pulang ke Jakarta bersama Jaka. Seharusnya di Singapura, Sally dan Gena pergi ke tempat wisata yang akan menjadi tujuan Sally saat awal pertama datang. Tapi, malah hal itu tidak kesampaian. Karena Gena, Sally jadi hancur. Padahal tidak ada yang terjadi antara mereka berdua, tapi keadaan malah menjadi rumit.
"Sa, kamu siap-siap ya. Aku udah pesen tiket pulang ke Jakarta, buat jam empat sore hari ini. Kita pulang ke Jakarta, biar kamu ada temen. Kamu bisa cerita semua yang kamu alami, sama sahabat-sahabat kamu, atau sama Indri." Kata Jaka, Jaka tidak mau lagi melihat orang yang disukainya itu menangis dan merasa sedih lagi.
*****
Sally dan Jaka sudah kembali Ke Jakarta. Wanita itu tidak mau banyak berbicara dulu pada keluarganya, kedua orang tuanya mengkhawatirkan kondisi Sally. Tapi, Sally tidak mau terlihat lemah. Saat ini, yang Sally rasakan adalah kekecewaan yang besar yang tidak tahu lagi, dengan cara apa dia harus melakukannya. Tapi, wanita itu juga tidak tahan jika harus memendamnya sendirian.
"Ibu, pernah enggak, disakitin sama orang?" Tanya Sally tiba-tiba pada Indri yang sedang berada di kamarnya.
"Pernah dong, dulu Ibu juga pernah di sakitin orang. Tapi, Ibu enggak balas, karena itu malah akan menambah luka baru." Kata Indri membelai lembut rambut anaknya.
"Aku mau jujur, Bu. Kemarin, aku ke Singapura sebenernya mau ketemu sama kekasih hati aku. Tapi.." Sally menarik napasnya panjang, dia ingin menangis lagi, tapi masih ia tahan.
"Tapi apa, Nak? Kamu disakiti sama pacarmu?" Tanya Indri menebak.
"Sebenernya, komunikasi kita udah agak renggang setelah dia ke Singapura. Aku memberanikan diriku untuk ke Singapura, menemuinya. Tapi, sikap dia dingin banget ke aku. Dia seakan-akan enggak mau aku itu ada. Dia pengen banget aku pergi dari hidupnya. Hati aku, rasanya bener-bener kecewa." Sally menjelaskan kepada Indri, air di pelupuk matanya langsung turun dengan deras.
Indri memeluk Sally, Ibu sambungnya itu menepuk-nepuk pundak anaknya pelan-pelan. "Syut..Syut.." Tangisan Sally semakin menjadi. "Enggak apa-apa, Sa. Kamu nangis aja. Biar hati kamu tenang. Keluarin semua kesedihan yang ada di hati kamu, setelah itu kamu bisa berpikir. Apakah aku harus terus terpuruk seperti ini? Apakah aku akan terus menjadi wanita lemah? Pria masih banyak, Sa. Ibu yakin, kamu cepat atau lambat, bisa lupain pacar kamu itu." Kata Indri, Sally melepaskan pelukan Ibunya itu. Dia mengusap air mata yang ada di wajahnya. Sally berpikir, benar apa yang di katakan Indri, dia harus bisa lupa, agar tidak terus terbayang-bayang rasa sakitnya.
"Bu, makasih ya. Besok, Asa, akan mulai berangkat kerja lagi. Aku akan mencoba lupa sama dia. Aku enggak mau gini terus." Sally mulai tersenyum, membuat hati sang Ibu menjadi sedikit lega.
"Kamu yakin, besok langsung mau berangkat kerja aja? Enggak mau istirahat dulu di rumah?" Tanya Indri.
Sally menggelengkan kepalanya, "Enggak, Bu. Asa harus cari kesibukan, agar hati Asa, enggak lemah kaya gini." Tekad Sally sudah bulat. Lebih baik menyibukkan dirinya dengan urusannya yang lain. Jangan berhenti di tempat, dia harus terus berjalan maju.
"Oke kalau gitu, besok di antar Jaka ya, kerjanya?" Tanya Indri.
"Iya, Bu. Biar Om Jaka, yang anter aku." Baru kali ini, Sally mengiyakan perkataan Ibunya perihal Jaka.
*****
"Ada yang ketinggalan?" Tanya Jaka, saat Sally keluar dari dalam mobil.
"Enggak ada. Makasih, Jak. Udah anter aku." Sally menutup pintu mobil dan melangkahkan kakinya menuju gedung kantornya. Fani melihat Sally di antar Jaka, tidak biasanya Sally mau diantar oleh Jaka. Kenapa kali ini sahabatnya mau?
"Sa, itu Jaka?" Tanya Fani sambil menunjuk mobil Jaka yang baru saja pergi meninggalkan kantor merek.
"Iya, Fan." Sally tersenyum tipis.
"Kenapa lu udah masuk kerja, Sa? Bukannya masih cuti?" Tanya Fani curiga.
"Gue kangen aja kerjaan, rasanya kalau enggak kerja sehari aja buat badan jadi sakit." Sally tertawa menyembunyikan sesuatu.
"Sa, inget, gue udah kenal lu lama, gue tau kalau ada sesuatu yang terjadi sama sahabat gue." Kata Fani menghentikan langkah Sally.
"Ketawan ya?" Tanya Sally kikuk.
"Ceritain ke gue, sebenernya ada apa?" Tanya Fani meminta penjelasan Sally.
"Fan, lu tau kan, gue ke Singapura mau nemuin Gena?" Tanya Sally, sahabatnya menganggukkan kepalanya mengerti. "Nah, jadi gue sama Gena itu ada problem." Kata Sally.
"Problem apa? Gena apain lu?" Tanya Fani kesal.
"Gena kecewain gue, Fan. Dia perlakukan gue dengan enggak pantas. Gue enggak tahu salah gue apa, tapi dia buang gue, selayaknya gue itu sampah bagi dia. Padahal gue kesana sekalian mau ajak dia jalan-jalan di Singapura. Tapi malah semuanya jadi kacau begitu. Sampai saat ini, pun. Pria brengsek itu, enggak coba hubungin gue." Napas Sally tersengal-sengal menjelaskan masalahnya kepada Fani.
"Kurang ajar tuh Gena. Dia buat sahabat gue jadi begini. Udah lah, Sa. Lu lupain aja itu si cecunguk. Masih banyak cowok lain. Kalau perlu, lu buka hati lagi aja buat Jaka." Fani menjadi kesal dengan penjelasan Sally tentang Gena.
"Iya, Fan. Gue akan berusaha buat lupain dia."
"Sa, dengerin gue. Kalau lu terpaku sama cowok modelan begitu, lu bakalan di bawah terus. Ini permintaan gue sebagai sahabat lu. Lebih baik, mulai hari ini, lu belajar jatuh cinta ke orang lain aja." Sally mengerti ucapan sahabatnya itu. Sally berpikir, untuk membuka hati lagi kepada Jaka. Mungkin itu lebih baik, karena Jaka juga baik kepada Sally selama ini.
"Gue kayanya akan ngebuka hati buat Jaka, Fan." Kata Sally kepada Fani.
"Oh ya udah, baguslah. Toh dulu lu pernah suka kan ke Jaka. Mungkin lu bisa lagi suka sama Jaka lagi. Enggak ada salahnya kan mencoba." Kata Fani.
"Iya, waktu gue di Singapura juga, Jaka yang ngerawat gue, bukan Gena." Kata Sally Pada Fani.
"Oh iya kah? Kayaknya emang Jaka beneran suka sama lu deh, Sa. Lu coba aja. Toh Jaka kan baik orangnya." Kata Fani.
Sally manggut-manggut, "Oh iya, Fan, makan dulu yuk di kantin deket kantor, gue laper nih." Kata Sally mengajak Fani makan pagi alias sarapn.
"Gue temenin makan aja ya, gue udah sarapan soalnya." Kata Fani, Sally menganggukkan kepalanya. Sally adalah tipikal orang yang sebenarnya lebih suka jika makan bersama orang lain, karena itu tidak membuatnya kesepian.