‼️Harap Bijak Dalam Memilih Bacaan‼️
Series #3
Maula Maximillian dan rombongan kedokterannya dibuang ke sebuah desa terpencil di pelosok Spanyol, atas rencana seseorang yang ingin melihatnya hancur.
Desa itu sunyi, terasing, dan tak tersentuh peradaban. Namun di balik keheningan, tersembunyi kengerian yang perlahan bangkit. Warganya tak biasa dan mereka hidup dengan aturan sendiri. Mereka menjamu dengan sopan, lalu mencincang dengan tenang.
Yang datang bukan tamu bagi mereka, melainkan sebuah hidangan lezat.
Bagaimana Maula dan sembilan belas orang lainnya akan bertahan di desa penuh psikopat dan kanibal itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13 : Mendarat
...----------------...
...----------------...
...----------------...
...----------------...
...•••Selamat Membaca•••...
Malam itu, Mavros melihat Maula keluar dari rumah Barbara dalam keadaan menangis. Mavros memberitahu pada Anna untuk segera mengirimkan e-mail pada Maula mengenai keberangkatan besok pagi.
Benar saja, mereka tersenyum senang ketika melihat Maula datang seorang diri tanpa Rayden. Pagi itu terlihat biasa saja dan bus berjalan dengan baik. Di tengah perjalanan, Mavros meminta sopir berhenti karena dia ingin buang air kecil, sehingga bus pertama sudah lebih dulu, ketika itu Anna mengirimkan pesan pada Maula sebagai alibi agar nanti jika dilakukan penyelidikan, maka yang tertuduh bersalah adalah Barbara dan Nicholle.
Anna dan Mavros sudah mempertimbangkan semua dengan baik. Tak lama, datang satu helikopter yang mana beberapa pria turun menggunakan tali lalu masuk ke dalam bus. Mereka melemparkan sesuatu hingga asap langsung memenuhi bus, Anna menutup hidungnya sendiri.
Ketika semua penumpang tertidur, satu per satu dari rombongan di bawa menggunakan helikopter dan dinaikkan dengan tali. Sehingga tak meninggalkan jejak apapun.
Mavros dan Anna juga ikut dan mereka dibawa ke hutan, tempat Mavros membuang para korban eksperimen gilanya itu. Sampai di hutan itu, Mavros dan Anna mengoleskan sesuatu ke tubuh mereka, sehingga para kanibal tersebut tidak menyukai aroma mereka berdua, namun tidak pada Nicholle.
“Kita akan aman, Maula akan aku amankan sendiri dan setelah mereka semua mati, kita akan pergi dari sini menggunakan helikopter yang sama,” tutur Mavros dengan wajah ceria.
“Oke. Terserah mau kau apakan Maula, yang jelas. Kita harus kembali hidup-hidup ke kota, aku tidak sabar menjadi yang terbaik di kampus setelah hilangnya Maula,” ungkap Anna.
Mavros dan Anna langsung rebahan di atas tanah, saat Maula mulai sadarkan diri. Ketika itulah kehidupan mengerikan mulai dijalani oleh rombongan tersebut.
Rayden dan yang lain beranggapan bahwa semua ini adalah rencana Barbara, tapi sayangnya, ini adalah rencana Mavros dan Barbara digunakan sebagai kambing hitam untuk melancarkan rencana busuknya.
Setelah dari desa ini, Maula akan dianggap menghilang karena siapa pun yang menyelidiki tempat ini, akan mengira bahwa rombongan mati dimakan kanibal. Itulah mengapa Mavros melibatkan banyak orang dan membiarkan mereka mati, semua agar memudahkan dia membawa Maula dan tidak akan ada yang mencari wanitanya itu, termasuk Rayden. Karena dunia akan menganggap bahwa Maula telah mati dimakan kanibal.
Kembali ke hutan yang kelam...
Sofia tercekat mendengar cerita runtun dari Mavros dan Anna, dia ingin pergi tapi takut kalau mereka melihat atau mendengar suara langkah kakinya.
Sofia menunggu Mavros dan Anna pergi lebih dulu.
“Ingat, besok kita harus pastikan Corvin, Rachell, dan Sofia mati dimakan kanibal itu. Baru kita pergi dari desa ini, mengerti,” ingat Mavros pada Anna.
“Kau tenang saja, aku akan membuat mereka semua mati.”
Mavros dan Anna meninggalkan tempat itu, Sofia masih berdiri di balik pohon dengan kaki yang mulai bergetar hebat. Dia terisak saat Mavros dan Anna menjauh, Sofia merosot ke tanah dan memeluk kedua lututnya sendiri.
“Sampai hati mereka melakukan ini, lindungi kami Ya Allah, dari sifat manusia bagai setan seperti mereka,” doa Sofia dalam isakannya.
Sofia segera berdiri dan menghapus air matanya. Lengannya tiba-tiba dicekal oleh seseorang dan itu membuat Sofia kaget.
Saat berontak, Sofia dipepet ke pohon dan mulutnya dibekap. “Diamlah, ini aku, Rachell. Aku mengikuti kalian dan mendengar semuanya, kita harus kembali seperti tidak terjadi apa-apa.” Sofia mengangguk dan Rachell melepaskan bekapannya.
Mavros dan Anna berbaring di tanah tanpa curiga sama sekali, karena Sofia dan Rachell sampai lebih dulu melalui jalan lain dan lebih cepat daripada mereka berdua.
Sofia memegang kuat tangan Maula, dia merasa kasihan karena hidup Maula benar-benar terancam saat ini.
“Besok, saat matahari terbit, aku akan membawa kamu lebih dulu, Maula. Aku tidak mau kamu dimiliki oleh Mavros dan Anna. Rayden pasti sedang berusaha mencari kita dan untuk menunggu itu, aku akan pastikan kamu aman,” gumam Sofia dalam hatinya, air matanya jatuh membasahi tangan Maula yang mulai terasa dingin.
Mereka semua tidur dalam kondisi meringkuk, tidak ada selimut atau apa pun yang menghangatkan.
...***...
Rachell bangun lebih awal, dia memegang sebuah kayu dan memukulkannya pada Mavros dan Anna dengan kuat, jeritan Mavros dan Anna membuat semua terbangun kaget. Matahari belum muncul sama sekali. Langit masih gelap dan hanya cahaya putih yang mulai tampak.
“Rachell, apa yang kau lakukan?” Corvin ingin menarik Rachell tapi Sofia menghalanginya.
“Biarkan saja, tidak ada waktu untuk menjelaskan sekarang, lebih baik kita pergi dari sini dan biarkan dua manusia jahat itu mati.” Maula menganga mendengar ucapan Sofia, wanita yang dikenal baik dan lembut bisa berkata begitu.
“Kau gila ya?” bentak Corvin.
“Mereka yang gila, semua ini rencana mereka dan kita hanyalah korban,” teriak Rachell yang puas memukuli Mavros dan Anna. Kedua manusia laknat itu sudah terkapar tak berdaya.
Rachell menceritakan apa yang dia dengar semalam pada Corvin dan Maula. Corvin tersulut emosi dan ikut menghantam tubuh Anna dan Mavros.
“Biarkan mereka berdua mati di sini, tak lama lagi para kanibal itu akan datang. Lebih baik kita selamatkan diri saja, ayo!” ajak Maula lalu meludahi kedua orang itu.
Mereka berempat pergi dari sana, mencari jalan keluar dari desa tersebut bersama. Sebelum matahari makin menampakkan diri, mereka menjauh dan mencari tempat aman. Mavros berusaha bangkit, dia mengambil satu obat di dalam saku celananya dan meminum obat itu.
“Minum ini, kita harus bertahan.” Mavros memberikan obat tersebut pada Anna dan mereka duduk bersandar ke pohon.
“Brengsek, pembicaraan kita didengar oleh mereka semalam. Tidak masalah, kita tidak perlu lagi berpura-pura baik. Kita bisa membunuh mereka secara terang-terangan,” kata Mavros dengan tatapan tajam.
“Apa yang akan kau rencanakan?” tanya Anna memastikan.
“Habisi ketiga manusia itu, kita akan segera keluar dari tempat ini sekarang juga.” Mavros mengeluarkan sebuah alat dan menekan tombolnya, alat itu kecil tapi berguna untuk memberikan sinyal pada anak buahnya agar menjemput dia hari ini juga.
Di sisi lain, anggota Rayden ikut menangkap sinyal tersebut.
“Ray, sinyal dari hutan ini,” seru Advait pada Rayden.
“Lakukan pendaratan di tempat yang aman, aku yakin, ini hutan terakhir yang kita kunjungi, mereka pasti di sini,” sahut Rayden dengan semangat.
Lima helikopter Rayden menuju ke hutan itu, melakukan ancang-ancang untuk pendaratan sekaligus melakukan pantauan lebih dalam agar tempat tersebut aman untuk mendarat.
Helikopter perlahan turun dan menempatkan diri di atas tanah, derunya begitu menggelegar hingga Maula langsung terpaku dan menoleh ke belakang.
Kaki Rayden menapaki tanah di hutan tersebut, hati Maula seketika menghangat dan air matanya menetes.
“Rayden,” lirihnya sambil tersenyum, seakan dia melihat suaminya di sana.
...•••Bersambung•••...