Disakiti, diselingkuhi, tidak dianggap sebagai istri. Itulah yang dialami oleh Sara selama tiga tahun pernikahannya.
Awalnya dia berniat bertahan karena keluarganya memerlukan kebesaran nama suaminya untuk bertahan dalam bisnis. Tapi dia tak tahan lagi.
Lalu kecelakaan terjadi, membuat suami yang tidak pernah mencintainya berubah.
Apa Sara membatalkan niatnya untuk berpisah? Atau dia tetap dalam pendiriannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elena Prasetyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
"Sayang, tanganku kebas"
"Sayang, suapi aku"
"Sayang, bajuku"
Semua rengekan pria itu tidak didengar oleh Sara sama sekali. Sara memilih untuk meninggalkan pria itu di kamar. Karena dia begitu sibuk berpikir. Berpikir caranya bisa lepas dari masalah ini secepatnya.
Sejak pagi, Sara mencari artikel tentang amnesia. Dia bahkan pergi ke perpustakaan untuk membaca buku kesehatan. Tapi semuanya menyebutkan hal yang sama dengan perkataan dokter. Amnesia tidak bisa diprediksi kesembuhannya. Ada pasien yang ingatannya kembali dan juga tidak.
Bagaimana caranya mengembalikan ingatan pria itu dalam waktu cepat?
"Apa yang kau cari?" tanya sebuah suara yang mendadak muncul di telinganya. Dan setelah Sara menoleh, dia melihat pria itu.
"Aku ... Mencari sesuatu, sebelum pergi bekerja"
"Kerja?"
Sara baru sadar kalau pria itu tidak tahu menahu tentang pekerjaannya di perusahaan.
"Iya, aku bekerja di perusahaan"
"Perusahaan? Perusahaan siapa?"
"Perusahaan keluargamu"
"Benarkah?"
"Iya"
"Dan jabatanmu?"
Sara tidak bisa menjawab. Bagaimana mengatakan tentang apa yang dia lakukan di perusahaan milik keluarga pria itu?
"Tidak punya jabatan" jawabnya lalu menjauh dari pria itu.
"Tidak punya jabatan? Jangan bilang kalau kau bertugas untuk melayaniku di perusahaan?"
"Melayani? Iya"
Sebenarnya memang melayani. Tapi bukan melayani pria itu saja. Melainkan satu perusahaan sebagai seorang bagian kebersihan.
"Kau memang suka bekerja, sayang. Tapi tidakkah lebih baik kau di rumah saja? Aku hari ini belum bisa pergi ke perusahaan"
Sungguh keberuntungan untuk Sara. Setidaknya dia akan bebas dari tanggung jawab merawat pria itu selama beberapa jam.
"Kau masih harus banyak beristirahat. Yang terpenting adalah kesehatanmu" kata Sara lalu meletakkan buku kesehatan yang dibacanya di atas meja dan pergi bekerja.
Sara tidak pernah merasa begitu bersyukur karena bekerja. Hari ini, dia merasa sangat bersyukur karena bisa keluar dari rumah keluarga Varamus dan lepas dari pria itu.
"Nyonya" sapa seorang pria.
Sara yang sedang mendorong troli kebersihannya terkejut dengan panggilan itu. Ternyata yang menyapanya adalah asisten Noel.
"Tuan Asisten"
"Saya pikir Anda tidak bekerja hari ini. Karena Tuan Marco ada di rumah"
"Saya harus bekerja. Saya sudah ijin satu Minggu. Kalau ijin satu hari lagi, saya pasti dipecat"
"Tapi ... Bukankah situasinya sekarang berbeda?"
Asisten Noel mengatakan suatu kebenaran. Tapi tak ada artinya bagi Sara sama sekali.
"Saya yakin ingatan itu akan kembali. Dan setelahnya, semua akan kembali ke tempatnya. Termasuk saya. Lalu, apa yang bisa saya gunakan untuk bertahan hidup nanti? Anda tahu sendiri, orang tua saya sudah mengembalikan semua pinjaman dan sekarang tidak memiliki apa-apa. Akan lebih baik kalau saya pulang dalam keadaan memiliki uang. Walau tidak banyak"
"Kalau ingatan Tuan Marco tidak kembali? Apa yang akan Anda lakukan?"
"Tidak kembali? Kalau begitu saya akan tetap pergi dari rumah keluarga Varamus. Kembali ke keluarga saya sendiri"
"Pasti Tuan Marco akan menentangnya"
"Hubungan kami sudah benar-benar berakhir. Lagipula, kasihan Nyonya Besar dan Nona Naya kalau saya terus membuat mereka kesal setiap hari. Hanya karena berada disana." kata Sara lalu meninggalkan asisten Noel untuk bertugas di lantai berbeda.
Baru saja turun dari lantai ruangan CEO, dia melihat wanita kecil dengan langkah kaki penuh riang naik lift. Ke lantai tempat ruangan CEO berada. Apa yang dilakukan wanita kecil itu? Nyonya Besar belum datang. Dan pria itu ada di rumah.
"Itu bukan urusanku" katanya mengingatkan dirinya sendiri untuk tidak mencampuri urusan orang lain.
Sara sedang membersihkan toilet ketika dua pegawai perempuan masuk. Dan mulai bergosip.
"Kapan Tuan Marco masuk lagi? Aku begitu merindukannya"
"Iya, sayang sekali Tuan Marco kecelakaan"
"Untung saja Tuan Marco tidak terluka parah"
"Benar, kalau saja aku bisa merawat CEO tampan itu di dalam pelukanku!!!" seru salah satunya.
"Jangan keras-keras!! Apa kau tidak tahu tadi Nona Naya ke perusahaan?"
"Untuk apa? Bukankah harusnya Nona Naya merawat Tuan Marco di rumah?"
"Tidak tahu. Tapi katanya Nona Naya kesal karena pernikahan mereka harus ditunda karena kecelakaan itu"
"Benarkah? Tapi yang kudengar bukan karena kecelakaan, pernikahan mereka harus ditunda"
"Lalu karena apa?"
"Rumor itu, apa kau tidak dengar?"
"Rumor apa?"
"Katanya, Tuan Marco sebenarnya sudah memiliki istri. Pernikahan Tuan Marco dan Nona Naya ditunda karena belum ada perceraian terjadi"
"Jadi Tuan Marco sebenarnya sudah punya istri? Siapa istrinya?"
"Tidak ada yang tahu. Tapi Nyonya Besar menyembunyikan identitas istri Tuan Marco, karena tidak menyukai wanita itu"
"Tidak menyukai istri Tuan Marco? Apa karena dari kalangan biasa?"
"Sudah pasti! Nyonya Besar selalu menjaga keturunannya berasal dari kalangan terhormat"
"Kasihan sekali istri Tuan Marco. Tidak diberitahukan ke publik dan kini suaminya memiliki calon istri baru sebelum bercerai"
"Tapi aku penasaran bagaimana wajahnya. Pasti cantik, karena Tuan Marco menikahinya"
"Tidak tahu juga"
Kedua pegawai itu tidak tahu istri CEO mereka sedang membersihkan toilet. Tepat di belakang mereka.
Sara keluar dari toilet dan memutuskan untuk istirahat sebentar. Dia belum makan pagi tadi. Sebelum bekerja, Sara sempat membeli nasi kepal di sebuah toko kecil dekat taman. Sekarang dia memakannya pelan-pelan.
"Kau sedang istirahat?" tanya seseorang membuat Sara terkejut.
Ketika mengetahui yang datang adalah salah satu rekan bagian kebersihan, Sara merasa lega.
"Iya"
"Aku baru saja mendapatkan keberuntungan. Lihat!! Ada orang yang memberiku roti mahal"
Sara melihat merek roti yang dibawa rekannya.
"Itu roti dari tempat mewah. Harganya mahal" katanya.
"Benarkah?"
Tampaknya rekan kerjanya itu juga terkejut mengetahui kalau roti yang dibawa ternyata memiliki harga mahal.
"Iya. Siapa yang memberi?"
"Seorang pria tampan. Dia menyuruhku untuk membaginya dengan teman"
Sara curiga dengan cerita rekannya. Tidak ada orang bodoh yang akan memberikan roti semahal itu untuk pegawai kebersihan.
"Periksa dulu tanggal kadaluwarsanya!"
"Masih lama, seminggu lagi. Kau pasti terlalu khawatir"
Apa mungkin, memang ada orang sebaik itu? Memberikan roti mahal pada pegawai kebersihan begitu saja? Atau, orang yang memberi roti tidak tahu tentang harganya.
"Iya"
"Ayo, kita makan!!"
"Tidak perlu, aku sudah makan" tolak Sara.
"Sudah, ambil saja. Kau bisa memakannya nanti" kata rekan kerjanya meninggalkan dua roti di atas pahanya lalu pergi. Membagikan roti ke rekan kerja yang lain. Sara melihat roti itu dan tersenyum Dia punya makan malam hari ini, pikirnya merasa sangat beruntung.