Kanza Odelia terpaksa meninggalkan kekasihnya Adrian Miguel di altar sebab sehari sebelum pernikahan Kanza kehilangan kesuciannya karena jebakan dari kakak tirinya.
Bukan hanya itu, buah dari jebakan kakak tirinya itu Kanza akhirnya hamil, lalu terusir dari keluarganya sebab telah membuat malu karena hamil di luar nikah.
Kanza kira penderitaannya akan berakhir saat dia keluar dari rumah dan tak berurusan lagi dengan kakak tirinya. Namun sekali lagi Kanza harus berjuang demi bayi yang dia lahirkan yang ternyata tak sempurna.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenah adja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku Ayahnya
Kanza baru selesai sarapan saat mendengar suara ponselnya berbunyi. Dia yang akan meletakan piring kedalam wastafel pun segera mencuci tangannya dan melihat benda pipih itu untuk menerima panggilan tersebut.
"Hallo?" Kanza mengelap tangannya yang basah dengan ponsel yang diampit diantara dagu dan pundak.
"Ya, aku?" Kanza terdiam beberapa saat untuk mendengar suara di seberang sana.
"Benarkah? Baik, aku akan datang." Kanza berucap dengan senang dan bibir yang mengembang. "Terimakasih banyak," ucapnya sesaat sebelum mematikan teleponnya.
Kanza masih tersenyum saat panggilan berakhir. Akhirnya dia mendapat pekerjaan. Setelah sekian lama dan beberapa hari ini dia memasukan surat lamaran akhirnya dia di terima bekerja.
Dia tak perlu khawatir lagi dengan masa depan Bill. Kanza akan bekerja keras dan mendapatkan uang banyak untuk membesarkan Bill.
...
Kanza menolehkan kepalanya ke belakang saat merasa ada yang mengikutinya. Ketika dirasa tak ada yang aneh Kanza melanjutkan langkahnya dan kembali mendorong troli Bill. Kanza baru saja keluar dari sebuah mini market untuk membeli beberapa kebutuhan di rumah termasuk popok Bill yang hampir habis.
Jadi, Kanza sengaja membawa bayi itu jalan-jalan sekalian belanja.
Sekali lagi Kanza menoleh, dan tetap saja dia tak menemukan siapapun yang mencurigakan. Namun kali ini Kanza mulai panik, dan melangkah cepat untuk segera tiba di rumah. Jalan menuju perumahan Daegan sedikit sepi, belum lagi jarak rumah Daegan dari rumah lain cukup jauh. Kanza menelan ludahnya kasar. Bagaimana jika ada orang jahat yang mengikutinya?
Kanza yang mulai gelisah membuka ponselnya dan mencoba menghubungi Mia. Namun gadis itu tak menerima panggilannya.
Kanza terus berjalan dengan mendorong troli Bill lebih cepat, sambil berusaha menghubungi siapa saja yang bisa menolongnya. Saking paniknya Kanza bahkan lupa dengan polisi. Kanza menggulir ponselnya hingga tiba di nomer Daegan. Sangat mungkin dia menghubunginya.
Pertanyaanya apakah pria itu akan menerima panggilannya? Saat Kanza baru menekan nomer Daegan seseorang muncul tiba-tiba di hadapannya.
"Kamu?" Kanza meremas ponselnya tak menyadari jika panggilannya sudah tersambung.
"Mau apa, kamu?" Kanza menarik troli Bill mendekat.
"Kanza-"
...
Daegan hendak pulang dan baru saja akan memasuki mobilnya saat ponselnya berdering. Melihat nama Kanza disana Daegan mengernyit. Tak biasanya gadis itu menghubunginya.
Daegan menerima panggilan tersebut. Namun dia tak mendengar suara Kanza beberapa saat, hingga terdengar suara Kanza bernada terkejut.
"Mau apa, kamu?"
"Kanza, ini anak kamu?" Terdengar suara seorang pria hingga Daegan mengeraskan rahangnya, dengan memasuki mobil Daegan berseru pada Tarran yang akan mengemudikan mobilnya.
"Cepat pulang!"
....
"Kanza ini anak kamu?"
Kanza menghela napasnya. "Ya."
Adrian tersenyum. "Dia sangat lucu." Adrian berjongkok hendak menyentuh Bill, namun dengan cepat Kanza menjauhkannya.
"Ada apa kamu menemui-ku?" tanya Kanza.
"Kanza, aku datang untuk minta maaf. Sungguh aku ingin kita kembali."
"Kamu benar-benar gila? Sudah aku bilang aku tidak mau."
"Kanza aku mencintai kamu. Aku tidak akan menyerah. Lagi pula kamu membutuhkan aku, suatu saat anak kamu besar dia membutuhkan Ayah. Dan aku bersedia jadi Ayahnya."
Kanza menaikan alisnya. "Tidak, aku tidak berencana memiliki Ayah untuk Bill. Jadi, jangan buang waktuku. Pergi! Aku tidak mau berurusan dengan kalian. Apalagi jika Olivia tahu suaminya mendekatiku."
Kanza membelokkan troli Bill untuk menghindari Adrian dan segera pergi. Namun sekali lagi Adrian mencegahnya dengan menahan troli Bill.
"Kamu salah, pernikahanku dan Olivia tidak seperti yang orang bayangkan. Tidak ada cinta diantara kami," ucap Adrian. Dia berusaha meyakinkan Kanza, agar mau kembali padanya. Adrian tidak mau menjalani pernikahan tanpa cinta ini dengan Olivia. Dia berencana akan menceraikan Olivia jika gadis itu tidak hamil, dia hanya perlu menunggu beberapa minggu untuk melihat apakah Olivia hamil atau tidak.
"Tidak kamu, tapi Olivia? Dengar Adrian. Kamu pikir kenapa Olivia menjebakku waktu itu? Dia menyukai kamu, dan dia ingin merebutmu dariku. Dan lihat, sekarang niatnya terlaksana. Tentu saja karena kamu mempercayainya. Jadi jangan menyesal Ad, kita memang tidak di takdirkan bersama, karena kamu sendiri yang tidak menginginkannya."
Adrian menggeleng. "Masih tidak percaya? Menurut kamu apa yang akan terjadi padaku jika Olivia tahu kamu menemuiku sekarang? Tolong jangan tambah masalahku. Aku hanya ingin hidup tenang." Melihat Adrian tertegun Kanza akan meneruskan langkahnya. Namun tiba-tiba Adrian berlutut dan memegangi kakinya.
"Apa yang kamu lakukan!" Kanza menarik diri, namun pegangan Adrian sangat kencang hingga Kanza kesulitan melepaskan diri.
"Aku tahu aku bersalah, tapi maafkan aku. Aku tidak akan mengulanginya lagi. Aku berjanji. Mulai sekarang aku akan percaya padamu."
"Kamu benar-benar gila, Adrian. Lepaskan aku!"
"Aku tidak melepaskan kamu sebelum kamu menerimaku, aku-" perkataan Adrian terhenti saat merasakan seseorang menarik kerahnya dari belakangan, hingga Adrian terjengkang ke tanah.
"Shit," umpatnya. Namun saat menemukan Daegan disana dia justru mengernyit.
"Paman?" Bukan hanya Daegan tapi Kanza juga terkejut. Namun entah kenapa dia kini merasa aman dan bersembunyi di balik punggung Daegan.
"Paman, kenapa kau disini?" Adrian bangun dan berdiri.
"Ini jalan menuju rumahku." Benar, Adrian ingat ini jalan menuju rumah Daegan. Jadi pertanyaan nya harusnya kenapa Kanza ada disana?
"Kalian saling kenal?"
Kanza mendongak menatap Daegan, lalu menggeleng.
Tidak! Jangan katakan 'ya'. Tangan Kanza bahkan meremas ujung jas Daegan, khawatir pria itu bicara yang tidak- tidak.
Tidak mungkin Daegan akan mengatakannya, kan? Dia pria beristri. Pria itu tidak akan menghancurkan nama baiknya dengan mengatakan memiliki simpanan, bukan?
Namun lagi- lagi Daegan yang tidak tertebak justru mengangguk.
"Ya, kami saling mengenal," Daegan bahkan menarik Kanza dan menekan pinggangnya mendekat, hingga Kanza membelalakan matanya.
Adrian menggeleng. "Apa ini, Kanza? Kamu tidak tahu pamanku sudah memiliki istri?"
Kanza menelan ludahnya kasar, dia berusaha menjauh, namun tekanan Daegan di pinggangnya semakin erat.
"Perlukah aku bilang aku juga Ayah Bill? Jadi aku tidak akan membiarkanmu menjadi Ayahnya." Tentu saja Daegan mendengar semua ucapan Adrian tadi saat pria itu mengatakan bisa menjadi Ayah Bill. Lancang sekali Adrian akan menjadi Ayah anaknya.
Bukan hanya Adrian yang terkejut, tapi Kanza juga. Tubuh Kanza yang masih di dekapan Daegan menegang. Daegan tahu?
"Tapi, kamu dan Bibi Deby?" Adrian menatap tak percaya. "Kau-" Adrian menunjuk Daegan dan Kanza. "Bagaimana bisa?" lirihnya. Tak lama kemudian Adrian menggeleng. "Tidak, Paman pasti bohong. Paman hanya tak ingin aku mengganggu Kanza."
"Perlukah aku memberikan hasil DNA kami?" Adrian memundurkan langkahnya masih dengan menggeleng, raut wajahnya yang kacau kini semakin kacau.
"Jadi, kamu melakukannya dengan Pamanku?" Adrian mendekat dan mengguncang bahu Kanza. "Bagaimana bisa, Kanza? Tidak bisakah kamu lebih murahan dari ini!" teriaknya.
Plak!
Tamparan Kanza menghentikan ucapan Adrian hingga suasana hening beberapa saat.
"Kamu tetap tidak percaya padaku! Tapi kamu bersikeras untuk kembali?" Kanza terkekeh. "Ya, aku semurahan itu, Adrian. Jadi, jauhi aku!" Adrian terpaku, bahkan saat Daegan mendorong Kanza memasuki mobilnya disusul Bill yang dia berikan pada Kanza, sementara Tarran melipat troli Bill dan meletakannya di bagasi.
Daegan akan memasuki mobil, namun Adrian mencekalnya. "Bagaiamana kalau Bibi Deby tahu, Paman?"
Daegan menyeringai, lalu menepuk pundak Adrian. Tak peduli Adrian yang terus berteriak Daegan memasuki mobil dan Tarran mulai melaju meninggalkan Adrian yang meraung frustasi.
Kanza meremas tangannya yang memegangi Bill, lalu menoleh pada Daegan yang berwajah tenang seperti biasa. Apa wajah itu yang akan terus pria itu tunjukkan bahkan saat dia baru saja mengatakan jika bayi Kanza adalah anaknya?
"Tuan, kenapa kau mengatakan itu?"
"Yang mana?" Daegan tahu yang Kanza maksud hanya dia ingin lihat beranikah Kanza mengatakannya.
"Kau bilang Bill anakmu?" Kanza berkata dengan gugup.
Daegan menyeringai. "Haruskah aku membalik pertanyaannya. Kenapa kau menyembunyikannya dariku, Kanza?"
ternyata Hary hanya anak adopsi, pantesan daegan nampak lebih berkuasa dan keturunan darinya sangat dinantikan oleh ayahnya.
jarak umur daegan dan hary juga sangat jauh, daegan malah hampir seumuran Adrian.
aq kan pengen liat Daegan nangis2 dulu...🤭
Makin seru aja nih
tinggalkan mereka, jangan mau status mu hanya simpanan bayaran daegan,dia masihlah lelaki beristri.siapa tau istrinya berbuat nekad padamu dan bill.
Adrian pula, tinggal kan dia dengan segunung penyesalan karena kebodohannya.