NovelToon NovelToon
Dikhianati Tunangan Dinikahi Pria Mapan

Dikhianati Tunangan Dinikahi Pria Mapan

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Menikah dengan Kerabat Mantan
Popularitas:46.4k
Nilai: 5
Nama Author: Itta Haruka07

Kelahiran bayi hasil pengkhianatan tunangan dan adiknya, membuat Nara merasakan puncak kehancuran. Rasa frustrasi dan kecewa yang dalam membuat Nara tanpa sengaja menghabiskan malam dengan seorang pria asing.
“Aku akan bertanggung jawab dan menikahimu.” -Daniel Devandra Salim
“Menikah dengan pria asing? Apakah aku bisa bahagia?”
“Seluruh kekayaanku, akan kugunakan untuk membahagiakanmu.”
Dalam pernikahan yang dikira menjadi jalan bahagia, Nara justru menemukan sebuah fakta yang mengejutkan tentang Devan yang tidak pernah dia sangka. Di saat yang sama, ipar alias mantan tunangannya mencoba meyakinkan Nara bahwa dia hanya mencintai wanita itu dan menyesal telah mengkhianatinya.
Akankah Nara berhasil mendapatkan kebahagiaan dalam pernikahannya dengan Devan?
Ataukah dia mengalami kegagalan dan kembali pada mantannya?
*
*
Follow IG @ittaharuka untuk informasi update novel ini ❤️

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itta Haruka07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13

Setelah prosesi tukar cincin yang sakral dan in-tim, Nara dan Devan resmi menjadi suami istri. Suasana haru dan bahagia menyelimuti ruangan terbuka yang dihias bunga-bunga asli itu. Namun, di balik senyum Nara, sebuah keraguan masih tertinggal.

“Nara, akhirnya kita berhasil menikah,” kata Devan, suaranya lembut. “Apa sekarang kamu bisa merasa lega? Dari tadi wajahmu tegang banget, sampai bikin aku lupa secantik apa kamu kalau tersenyum.” Devan menggoda Nara, mencoba mencairkan suasana.

Nara berusaha tersenyum, tetapi raut wajahnya masih menunjukkan keraguan. Pertanyaan tentang hubungan Devan dan Endra masih menghantuinya.

Tiba-tiba, Devan mencium bibir Nara. Tanpa aba-aba, dan tanpa kode sama sekali.

Nara tersentak, hampir saja melepaskan diri, tetapi tangan Devan sudah menahan pinggangnya. Ciuman itu terjadi begitu saja, di depan para tamu undangan yang menyaksikan dengan riuh rendah.

Devan baru melepaskan ciuman itu setelah mendengar tepuk tangan dan sorak sorai para tamu. Ia menatap Nara, tersenyum.

Nara merasa malu luar biasa karena berciuman di depan banyak orang.

Melihat rona merah itu, Devan dengan sigap memeluk Nara, menyembunyikan wajah istrinya di dada. Pelukan itu terasa hangat, tetapi tak mampu sepenuhnya menghilangkan keraguan yang masih menghantui hati Nara.

Devan menggenggam tangan Nara, jemarinya terasa hangat dan menenangkan di tengah debaran jantung Nara yang masih belum sepenuhnya reda. Mereka menyusuri kerumunan tamu, seakan terapung di lautan wajah-wajah tersenyum dan ucapan selamat.

Aroma makanan yang lezat dan musik meriah menjadi latar belakang perjalanan mereka menuju orang tua Nara. Doa restu dari orang tua Nara terasa seperti embun pagi yang menyejukkan, mengurangi beban keraguan yang masih membayangi hati Nara.

Selanjutnya, mereka menuju orang tua Devan. Mama Devan, wanita berparas anggun dengan senyum ramah, memeluk Nara dengan erat. “Akhirnya, aku punya teman belanja, makan-makan, dan jalan-jalan!” ujarnya, suaranya riang dan penuh kasih sayang. Pelukan itu terasa hangat, menghilangkan sedikit demi sedikit rasa canggung dan keraguan Nara.

“Iya, Tante … eh, maksudnya Mama,” kata Nara, tersenyum canggung. Ia masih sedikit kesulitan memanggil Mama Devan dengan panggilan "Mama" karena belum terbiasa.

“Panggil Mama aja, Sayang! Kamu kan udah jadi anak Mama sekarang,” sahut Mama Devan, matanya berbinar.

Suasana hangat dan akrab langsung tercipta. Bahkan Oma Devan, yang sebelumnya terlihat dingin dan garang, kini tersenyum lembut, memberikan restu dengan tatapan yang penuh makna. Namun, di balik senyum itu, Nara menangkap kilasan kecemasan yang samar di mata sang Oma.

“Nara, kita harus sapa tamu yang lain,” kata Devan, berniat membawa kabur istrinya dari Mama dan Omanya.

Devan kini menggandeng tangan Nara, menuntunnya menyapa para tamu yang mulai menikmati hidangan. Saat mereka melewati kerumunan, tatapan Devan bertemu dengan tatapan Endra.

Endra, yang dipaksa istrinya untuk menghampiri mereka, memandang Devan dengan tatapan tajam dan penuh kebencian. Devan membalasnya dengan tatapan yang sama intensnya, tetapi ada sesuatu yang berbeda.

Di balik tatapan tajam itu, sesuatu yang aneh dan tak terdefinisi berkelebat. Sebuah kilatan yang singkat, tetapi cukup untuk membuat Nara merasakan sebuah kejanggalan. Senyum Devan tampak sedikit memudar, diganti oleh ekspresi yang sulit diartikan.

Ada sesuatu yang berubah dalam dirinya, sesuatu yang membuat Nara bertanya-tanya, siapakah sebenarnya Devan yang ia nikahi hari ini?

Suara Renata, nyaring dan ceria, menarik perhatian Endra dan Devan dari tatapan mata mereka yang menegangkan. Ia menghampiri Devan dan Nara, tersenyum lebar. “Selamat ya, Kak Nara, Kak Devan! Semoga kalian selalu langgeng dan bahagia.” Ia kemudian memperkenalkan Endra pada Devan.

Devan mengulurkan tangan, tetapi senyumnya terasa dipaksakan, kaku dan tak sampai ke matanya. Tatapan matanya pun terasa kosong, seaakan ada penghalang tak terlihat di antara mereka.

Sebuah perubahan halus, tetapi cukup kentara bagi Nara yang memperhatikannya dengan seksama. Ia merasakan sesuatu yang berbeda dari Devan yang dikenalnya.

“Selamat untuk pernikahan kalian,” kata Endra saat menjabat tangan Devan, suaranya datar dan tanpa emosi.

Devan hanya berdehem pelan, suaranya terdengar sedikit lebih berat dan dalam dari biasanya. Ia mengalihkan pandangannya sejenak, seakan menghindari tatapan Endra.

Nara, yang merasakan ketegangan di antara mereka, dengan sigap menggenggam tangan Devan. Sentuhannya terasa lembut menyentuh jari-jari Devan yang terasa dingin dan sedikit kaku di genggamannya.

“Kalian nikmati makanannya, ya,” kata Nara, suaranya sedikit gemetar. Ia berusaha agar suaranya terdengar tenang, tetapi tangannya gemetar. “Aku sama Devan harus ganti baju dulu untuk persiapan pesta malam nanti.”

Nara menarik tangan Devan, tetapi Devan tampak tak memberikan perlawanan, seperti patung yang ditarik. Ia meninggalkan Endra yang masih berdiri di sana, tatapannya masih tertuju pada mereka.

Nara merasakan sebuah firasat buruk, sesuatu yang jauh lebih besar daripada sekadar ketegangan antara Devan dan Endra.

Di kamar, suasana tenang menyelimuti Nara dan Devan. Kelelahan tampak jelas di wajah Devan yang kini menjatuhkan tubuhnya di sofa.

Nara memecah kesunyian di dalam kamar yang canggung. “Devan,” suaranya lembut, “tadi … kenapa kamu bersikap dingin sekali pada Endra? Dan kenapa Endra menatapmu dengan kebencian seperti itu?”

Pertanyaan Nara membuat Devan terdiam sejenak. Ia merasakan sesuatu yang aneh, sesuatu yang tidak biasa. Sebuah perasaan tidak nyaman yang dalam, seperti sebuah bayangan yang menggelayut di pikirannya. Untuk pertama kalinya, Devan menyadari ada sesuatu yang salah, sesuatu yang tidak beres dengan dirinya sendiri.

Nara, yang melihat keraguan dan kegelisahan Devan, melanjutkan pertanyaannya. “Devan, aku penasaran … apa sebenarnya hubunganmu dengan Endra? Aku melihat ada sesuatu yang lebih dari sekadar ketidaksukaan biasa di antara kalian.”

Devan menghela napas panjang, matanya tampak sayu dan lelah. Ia mengusap wajahnya, mencoba mengumpulkan pikirannya yang terasa berantakan.

“Papaku … adik tirinya papa Endra,” ujarnya, suaranya terdengar berat dan lesu. “Keluarga kami dan keluarga Endra … tidak pernah akur. Apalagi setelah Kakek meninggal.”

Devan terdiam, suaranya tercekat. Ia tampak sangat lelah, baik secara fisik maupun emosional. Rahasia keluarga yang terungkap ini, justru semakin menambah beban yang ia rasakan. Pria itu menyadari ada sesuatu yang jauh lebih besar dan rumit yang perlu dihadapinya.

Nara tampak keheranan melihat Devan yang terlihat sangat lelah, jauh melampaui kelelahan biasa setelah hari yang panjang. Lingkaran hitam di bawah matanya semakin kentara, dan napasnya terdengar berat. Padahal, acara pernikahan mereka masih belum selesai.

Dengan penuh perhatian, Nara mendekati Devan yang kini terbaring di sofa dengan mata terpejam. Rambutnya sedikit berantakan, menambah kesan lelah dan rapuh.

“Dev,” suaranya lembut, dipenuhi kekhawatiran, “kamu kenapa? Kamu sakit?” Ia berusaha memegang kening Devan untuk memeriksa suhunya, tetapi Devan tiba-tiba membuka mata, tatapannya tampak kosong dan jauh.

Sebelum Nara sempat menarik tangannya, Devan menariknya ke dalam pelukan yang erat. Pelukannya begitu kuat, seakan membutuhkan pegangan yang kuat untuk menopang tubuhnya yang lemas.

“Aku … aku nggak tahu kenapa,” bisik Devan, suaranya hampir tak terdengar, “Rasanya … aku sangat lelah … sangat, sangat lelah. Berikan aku energimu, Nara…” Suaranya terdengar seperti memohon, seakan membutuhkan sesuatu yang lebih dari sekadar istirahat.

Pelukannya semakin erat, menunjukkan kelelahan dan kerentanan yang mendalam.

Nara terpaku, merasakan sesuatu yang aneh dan mencemaskan dalam pelukan Devan. Ini bukan hanya kelelahan fisik biasa, ada sesuatu yang lebih dalam yang belum ia mengerti.

“Aku butuh lebih dari pelukan,” kata Devan seraya membalik posisi sehingga kini Nara yang tertidur di sofa, dan dia ada di atas tubuh Nara.

“Kamu … kamu mau apa, Devan?”

***

Kalau aku sih mau like komen aja yang banyak 😂😂

1
Lsari
bagus ceritanya
Nasira✰͜͡ᴠ᭄
ko bisa ya devan bara jelasin boleh nga ni thor
🍒 ig@ittaharuka 🍒: jelasinnya lewat cerita berkelanjutan mak 😂😂
total 1 replies
K4RL4
aku prnh nonton drakor, dia pny 7 kepribadian. dg sabar si cewe menyatukan kembali
🍒 ig@ittaharuka 🍒: kak, judulnya apa??
aku butuh referensi soalnya 😂😂
total 1 replies
K4RL4
klo bara yg muncul, mslh bs teratasi dg baik walo ad tragedi, seru nih.
Rosy
kalau Bara mau melakukan itu gimana kita mau nyelametin kak..yg ada malah bengong jadi penonton 🙈🤣🤣✌️✌️
🍒 ig@ittaharuka 🍒: wkkkkk kalau dengan kekerasan, masak gak mau nolongin 😂😂😂
total 1 replies
Esther Ling
semoga secepatnya kontrak noveltoon biar bisa double upload hehe
🍒 ig@ittaharuka 🍒: udah aku kirim, tunggu review Kak babnya 🤭🤭
total 1 replies
❤️ mamah kanay ❤️
lanjut kak ...🥰🥰🥰
vivinika ivanayanti
Kak Jiaannn... digantung koyok jemuran 🤭🤭🤭
🍒 ig@ittaharuka 🍒: musim hujan 😂😂😂
total 1 replies
宣宣
pasti mau MP di ruangan nya Dev🤭🤭🤭😅😅😅😅
🍒 ig@ittaharuka 🍒: helehhhhh maunya 🤣🤣🤣
total 1 replies
宣宣
jangan berfikiran negatif Dev, aku yakin Nara gx akan ninggalin kamu meskipun dia tahu ke anehan mu....
vj'z tri
aku tahuuuu ,,,,ber sam bung 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
🍒 ig@ittaharuka 🍒: brati gak tau 🤣🤣
total 1 replies
enur 🍀⚘
please deh Devan atau Bara atau siapa pun kamu ,, jan bikin Nara takut dong ,, ni kalo kamu sering memperlihat kan wajah begitu , bisa2 Nara kabur loh ,, 🤧 asli jadi ikut deg2an 🙊😢
🍒 ig@ittaharuka 🍒: jangan kabur²an kayak Syera 🤣🤣🤣
total 1 replies
Reni Anjarwani
kayak dirasuki jin devan
🍒 ig@ittaharuka 🍒: perlu diruqyah Kak 😂😂
total 1 replies
Intan Nurwulan
Aq bacanya jd tegang gini ka othor,smoga Bara ga nyakitin Nara🙏🏻
🍒 ig@ittaharuka 🍒: artinya, dapat feelnya Kak 🤭🤭
total 1 replies
tau ach
positif thinking aja, seumpama ada kekerasan yg di lakukan kepada Nara,paling kekerasan di atas ranjang,atau sofa kantor 🤭😂😂
tau ach: jangan di ganti,,,biar ada Devan junior
🍒 ig@ittaharuka 🍒: ihhh kok tau jalan pikiranku, apal banget 🤣🤣🤣
dahlah, aku ganti aja 🤣🤣🤣🤣
total 2 replies
Santi Eprilianti
masih penasaran sama sosok bara,,,
kak semangat up nya,,klo bisa yg banyak up nya😁
🍒 ig@ittaharuka 🍒: nanti aja kalau udah dikontrak Kak, aku usahakan update doble 😂😂😂
total 1 replies
Suci Dava
Nara terlalu sembrono
Sri Rahayu
jangan takut Nara....malah kamu bisa tau seperti apa sosok Devan yg misterius itu...semoga Devan tidk menyakiti mu...lanjut Thorr 😘😘😘
ᰔᩚ 𝙼𝚊𝚖 𝚄𝚖𝚎𝚢𝚜 ♡ᰔᩚ
jangan galak² Dev
Kamiem sag
heran aja sama Nara
udah dilarang bejerja di oerusahaan suami tapi tetap dilanggar
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!